COVID-19, TELEVISI DAN TUMBUHNYA RASA KEPEDULIAN KITA
Ada salah satu fenomena unik yang penulis perhatikan sejak maraknya pemberitaan seputar Covid-19. Yaitu tumbuhnya rasa peduli masyarakat Indonesia terhadap sesama. Baik itu terhadap masyarakat pekerja informal pada umumnya, hingga pada tenaga medis pada khususnya, sebagai pejuang garda terdepan dalam memutus mata rantai penyebaran virus ini. Fenomena ini menjadi unik menurut penulis, karena terjadi di lingkungan perkotaan yang notabene diasosiasikan sebagai masyarakat individualis. Atau pun dalam kajian Komunikasi AntarBudaya disebutkan, masyarakat perkotaan itu cenderung Low Context Culture (berkonteks rendah) dan monomorphic. Atau dalam Ilmu Sosiologi disebut sebagai masyarakat organik dan struktural fungsional. Di mana mereka terlanjur disibukkan dengan pekerjaan mereka, guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak sempat memikirkan nasib orang lain.
Namun semua berubah sejak pandemi global ini menyerang, dan semakin intensnya pemberitaan seputar permasalahan ini. Membuat masyarakat kita terus memantau setiap perkembangan terkait Covid-19 melalui berbagai macam platform media, tak terkecuali televisi. Berdasarkan pemantauan penulis terhadap dua saluran televisi, seperti Metro TV dan Net. TV, penulis menyimpulkan bahwa Breaking News/Headline News adalah program siaran yang paling ditunggu pemirsa. Terutama statement dari Achmad Yurianto selaku Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Pernyataan-pernyataan beliau kerap kali bersinggungan langsung dengan persoalan berapa jumlah orang yang terpapar virus ini, berapa orang yang telah meninggal dunia, hingga berapa persentase kesembuhan diantara mereka. Artinya, televisi lewat pemberitaannya memiliki kans cukup besar dalam memantik rasa kepedulian masyarakat kita.
Dari dua stasiun televisi yang menjadi fokus penulis, Metro TV memang lebih unggul dalam memenuhi informasi masyarakat seputar Covid-19. Metro TV juga diunggulkan dengan program headline news yang ditayangkan setiap sejam sekali, guna memperbarui informasi masyarakat. Kedua televisi tersebut juga sepakat hanya menghadirkan/menampilkan atau pun mewawancarai narasumber yang berkompeten di bidangnya (Pasal 51 SPS). Hal ini sesuai dengan amanat Achmad Yurianto agar mengonsumsi informasi dari media resmi/arus utama yang melembaga, sehingga kita terhindar dari hoaks yang sejauh ini telah mencapai angka 1.125 terkait Virus Corona (sumber data: Kominfo).
Kedua televisi ini juga cukup rutin menyiarkan Iklan Layanan Masyarakat, yang pada intinya memasyarakatkan gagasan dan/atau pesan-pesan terkait menerapkan pola hidup sehat untuk menghindari dan mencegah penularan Virus Corona. Langkah ini juga berkesesuaian dengan Surat Edaran Ketua KPI Pusat Nomor 123/K/KPI/31.2/03/2020 tentang Penyiaran Wabah Corona poin 7, yaitu: “Menayangkan/Menyiarkan ILM tentang wabah Virus Corona yang berisi: cara persebaran, gejala, langkah pencegahan dan penanganan dini, hotline service pemerintah dan di daerah, serta RS yang ditunjuk untutk penanganan”. Dalam Ilmu Komunikasi, memang pesan yang disiarkan secara berulang-ulang ini akan tertanam di benak para pemirsanya (kultivasi); dan dalam skala paling moderat berpengaruh pada level kognitif hingga perilaku mereka.
Hanya saja, kritik untuk Metro TV ialah keberadaan ILM dan pemberitaannya masih disisipi dengan keberadaan Partai Nasdem. Memang, penulis memahami tidak ada peraturan P3SPS yang dilanggar. Hanya saja, penulis menyarankan agar channel ini lebih proporsional dalam menempatkan keberadaan partai tersebut, sehingga tidak terkesan dimanfaatkan oleh suatu kelompok tertentu, dan malah menggerus pesan-pesan yang sebenarnya ingin disampaikan. Adapun kritik untuk Net. TV ialah keberadaan ILM masih cukup minim, sehingga perlu ditambah lagi.
Metro TV juga memuat penggalangan dana dan bantuan terkait pandemi Covid-19, melalui Dompet Kemanuisaan Media Group (DKMG), sehingga masyarakat memiliki alternatif wadah untuk mengumpulkan dana. Metro TV juga cukup transparan dalam kegiatan penggalangan dana kemanusiaan tersebut, yang dipertanggungjawabkan kepada publik lewat berita baris (news sticker) setiap harinya. Beberapa televisi swasta lain juga melakukan hal yang sama, sementara Net. TV belum/tidak melakukannya. Begitu pula keberadaan kontel lokal masih menjadi perhatian Metro TV lewat program Metro Sumut dan Dialog Sumut (di Provinsi Sumatera Utara –red), sehingga masyarakat di daerah tetap mengetahui perkembangan terkini seputar Covid-19 di lingkungannya. Hal ini penulis harapkan menjadi perhatian bagi Net. TV dan induk jaringan televisi lainnya, sebagaimana amanat Undang-Undang Penyiaran.
Tumbuhnya rasa kepedulian masyarakat di tengah pandemi Covid-19, membuka mata kita akan pentingnya peran media dalam memengaruhi publik secara positif. Sehingga, masyarakat mau untuk mengikuti anjuran pemerintah dalam menerapkan Social dan Physical Distancing (Menjaga Jarak 1 – 2 Meter), mencuci tangan dengan sabun/hand sanitizer, menutup hidung ketika bersin, menggunakan masker jika keluar rumah, stay at home (#dirumahaja) selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga menunda mudik tahun ini. Semua langkah ini dilakukan guna mencegah penyebaran Virus Corona yang terus bertambah setiap harinya. Pemberitaan-pemberitaan di televisi juga sekaligus menggerakkan hati dan langkah masyarakat kita untuk menolong pekerja informal sebagai korban terdampak Covid-19 secara ekonomi. Baik itu berupa makanan hingga masker yang semakin langka di pasaran, serta donasi masyarakat dari berbagai lapisan sosial atas kurangnya perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) bagi dokter dan perawat yang bertaruh nyawa di rumah sakit. Lantas dari semua budi baik itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada televisi yang telah memberikan kami informasi, dan mendidik kami untuk lebih peduli di saat-saat seperti ini. Sekian.
Komentar
Posting Komentar