INOVASI DALAM KOMUNIKASI SOSIAL PEMBANGUNAN

sumber: www.google.co.id

Salah satu bidang dalam Ilmu Komunikasi adalah Komunikasi Pembangunan dan Penyuluhan. Bidang Ilmu Komunikasi ini dianggap penting oleh banyak pakar, karena Ilmu Komunikasi tidak sekadar mengatur hubungan sosial antar manusia, tapi juga mengatur hubungan antara negara dengan warganya. Terutama dalam hal bagaimana sebuah negara mampu menyampaikan pesan-pesan pembangunan terhadap rakyatnya secara efektif dan efisien. 

Baik itu melalui media maupun peran pemuka pendapat, yang saat ini telah banyak digantikan oleh peran influencer di media sosial. Dari sini, dapat ditarik benang merah bahwa komunikasi pembangunan menganut prinsip-prinrip modernisasi dalam pembangunan. Dengan tidak lagi memposisikan pemerintah lebih tinggi  dari pada rakyat yang hanya membentuk pola komunikasi top down. Karena di negara yang menganut sistem politik terbuka, sebagaimana yang menjadi tuntutan serta cita-cita di era reformasi ini, idealnya memandang rakyat dalam posisi setara.

Pola komunikasi yang relevan adalah bottom up dan horizontal. Dengan pola tersebut, maka proses pembangunan sejak perencanaan dapat dilakukan secara bersama. Dengan melibatkan semua pihak baik objek, pelaku, maupun fasilitator. Karena dengan adanya komunikasi yang baik, maka perbedaan latar belakang dan kepentingan tidak lagi menjadi penghambat pembangunan. 

Dalam kajian Ilmu Komunikasi, peran tersebut dirasa perlu agar terciptanya komunikasi yang efektif. Artinya, masyarakat memahami benar pesan-pesan pembangunan yang disampaikan oleh pemerintah. Teori menyebutnya S/R = 1 (baca: Sender per Receiver equal one).

“Strategi yang menekankan pada perlunya sosialisasi pembangunan kepada para pelaku pembangunan daerah, dan masyarakat umum melalui berbagai media strategis. Penggunaan media-media strategis tersebut sangat disesuaikan dengan karakteristik khalayak sasaran yang berkepentingan dengan informasi pembangunan daerah”.

Adapun merujuk kepada sejarah, cabang Ilmu Komunikasi ini muncul pasca Perang Dunia ke-2, yang banyak memunculkan negara-negara miskin baru. Terutama negara dunia ke-3 atau negara berkembang yang paling terdampak secara ekonomi pasca perang dingin tersebut. Sehingga salah seorang Presiden Amerika Serikat kala itu, berinisiatif untuk membantu negara-negara dunia ketiga lewat suatu mekanisme bantuan. 

“Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara yang sedang berkembang. Terutama komunikasi untuk perubahan sosial yang terencana. Komunikasi pembangunan bertujuan untuk meningkatkan pembangunan manusia. Yang berarti menghapuskan kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan (Quebral dan Gomes, 1971)”. 

Di Indonesia sendiri, komunikasi penyuluhan sangat identik dengan dunia pertanian, dan keberadaan peran para tetua adat, dan/atau mereka yang dituakan di daerah tersebut. Pada masa Orde Baru, mereka kerap kali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesuksesan pembangunan rezim terkait. 

Hanya saja memang saat ini, peran tetua adat semakin tergerus di era post truth. Di mana orang-orang mengonsumsi informasi berdasarkan kegunaan, kepuasan dan kepentingannya. Sehingga, terkhusus generasi milenial dan generasi Z, serta generasi di bawahnya cenderung tidak akan mendengarkan apa yang sejatinya tidak mereka yakini. Sekalipun pesan itu disampaikan oleh para tetua yang paling dihormati dan benar isinya. Berdasarkan pengamatan saya, generasi ini akan cenderung mencari sendiri informasi terkait dari kanal-kanal tepercaya guna menggugah keyakinan mereka nantinya.

“Proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat”.

Oleh karena itu, saya berharap Gugus Tugas Nasional Covid-19 dalam menentukan jubirnya tidak hanya mengedepankan good looking ataupun camera face. Melainkan mereka yang aspiratif dan solutif dalam upaya percepatan penanganan Virus Corona. Selain menyampaikan data-data terkait jumlah korban positif Corona, jubir tersebut juga mampu meredam kepanikan dan ketakutan warga secara berlebihan.

Musabab upaya percepatan penanganan Virus Corona tidak akan berjalan optimal, selama jubir sebagai garda terdepan dalam hal menginformasikan, belum mampu menciptakan hubungan sinergisitas antara pemerintah dan warganya untuk bersatu melawan Corona. Melalui penerapan protokol kesehatan dengan baik serta disiplin oleh seluruh lapisan elemen masyarakat.
 
Serta pemerintah harus mampu menyampaikan narasi tunggal di tengah masyarakat, dengan penerapan sanksi yang terukur dan tidak tebang pilih. Sehingga, tidak menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat kita. Komunikasi politik antara pusat dan daerah juga harus terintegrasi, sehingga tidak terkesan bergerak sporadis tanpa struktural yang jelas.

“Suatu wilayah yang luas untuk menemukan pendekatan dari seseorang kepada khalayak dari berbagai ideologi dengan pendekatan metodologis. Dengan menggarisbawahi pentingnya  penekanan interaktif dan proses partisipasi untuk perluasan informasi dari masyarakat yang sedang berproses”.

Inovasi dalam komunikasi sosial pembangunan di kala pandemi juga dapat dilakukan dengan mengintesifkan dialog dengan para pemangku kebijakan (stakeholders), dan para akademisi, termasuk para dokter dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Virus Corona. Sehingga seluruh lintas sektoral merasa dihargai atas jerih payahnya dalam melawan Covid-19 ini. 

“Sebagai proses rekayasa sosial, komunikasi pembangunan dipandang sebagai bentuk pengembangan tindakan komunikasi yang sistematis, terencana dan terarah. Dalam melakukan transformasi ide, gagasan atau inovasi melalui informasi yang disebarluaskan dan diterima. Sehingga menimbulkan partisipasi masyarakat dalam melakukan perubahan. Pada tingkat ini, intervensi komunikasi dalam mengarahkan bentuk rekayasa sosial yang diinginkan dapat berwujud interaksi, partisipasi, dan dukungan atas informasi yang mereka terima”.

Pada akhirnya, setiap kebijakan yang diputuskan oleh Gugus Tugas tingkat nasional tidak boleh mencla-mencle dan tegas. Dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi dan kesehatan masyarakatnya. “Agar komunikasi pembangunan berjalan dengan efektif, maka diperlukan suatu pusat komunikasi yang menjadi rujukan dari para pelaku pembangunan maupun pihak-pihak yang berkompeten. Dalam penyelenggaraan pembangunan untuk memperoleh informasi dan koordinasi pembangunan secara terpadu.’ 

“Usaha-usaha yang terorganisir untuk menggunakan proses komunikasi dan media dalam meningkatkan taraf sosial, serta membawa kemajuan ekonomi, yang secara umum berlangsung dalam negara sedang berkembang”. Walakhir menurut saya, inovasi dalam komunikasi sosial pembangunan di kala pandemi sudah cukup baik dilaksanakan oleh Tim Gugus Tugas Covid-19. Mulai dari berhasil menyadarkan masyarakat kita untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, lewat informasi-informasi yang mereka sajikan. Hanya saja memang, menurut pemantauan singkat peneliti, jubir Covid-19 kita belum mampu membuat masyarakat kita menjadi semakin mawas diri. 

“Dalam konteks ini, komunikasi pembangunan dilihat sebagai rangkaian usaha mengomunikasikan pembangunan kepada masyarakat, agar mereka ikut serta dalam memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu bangsa”. Alih-alih menjadi sadar dalam menerapkan protokol kesehatan. Narasi-narasi yang dibacakan ke hadapan masyarakat cenderung menimbulkan psikosomatik dan gejala paranoid yang berlebihan. Walhasil, masyarakat masih abai dan menganggap virus ini hanya bagian dari teori konspirasi. 

Selain itu, pemerintah dalam komunikasi sosial pembangunannya juga harus benar-benar kompak dan bersinergi dalam hal bersatu melawan Virus Corona. Musabab, jika pusat dan daerah saja terus gontok-gontokan dan tidak kompak. Maka, bagaimana mungkin bisa berharap masyarakat di kalangan akar rumput sudi kompak untuk memutus mata rantai permasalahan abad ini. Semoga kita bersemangat melalui semua ini. Sekian.

Komentar

Postingan Populer