Teori Difusi Inovasi

No.

Keterangan

Jawaban

1.

Penemu

Sosiolog Perancis bernama Gabriel Tarde

2.

Tahun

1903

3.

Esensi

Teori ini menjelaskan mengenai bagaimana suatu gagasan maupun ide baru dapat dikomunikasikan di dalam sebuah kultur dan kebudayaan, sehingga dapat diadopsi oleh suatu kelompok sosial.

Contoh: Tatanan kehidupan normal baru merupakan suatu gagasan maupun ide baru dalam rangka menghadapi Virus Corona. Hal ini telah dikomunikasikan oleh pemerintah lewat berbagai saluran media yang ada. Sehingga, terciptalah kultur baru di tengah masyarakat untuk senantiasa menjaga pola hidup bersih dan sehat. 

4.

Elemen

-          Inovasi merupakan gagasan atau ide yang digunakan sebagai suatu dasar dalam pandangan maupun tindakan terhadap suatu hal yang baru.

Contoh: Tatanan kehidupan normal baru ‘New Normal dalam rangka menghadapi pandemi Covid-19 yang sampai dengan saat ini belum ditemukan vaksinnya.

 

-          Saluran Komunikasi, elemen ini digunakan untuk menyampaikan atau mengomunikasikan inovasi atau gagasan baru yang dihasilkan, sesuai dengan tujuan dari inovasi itu sendiri.

Contoh: Pemerintah membentuk Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Adapun segala hal yang berkaitan dengan informasi terbaru, seperti jumlah masyarakat Indonesia positif terinfeksi Corona, meninggal dunia ataupun sembuh disampaikan oleh Tim Komunikasi/Humas/Jubir Covid-19, agar sistem informasi seputar permasalahan ini satu pintu dan terintegrasi.

 

-          Jangka waktu merupakan rentang waktu yang diperlukan sejak suatu inovasi dikomunikasikan hingga diterapkan atau diadopsi.

Contoh: Dulu sempat diterapkan PSBB yang berlaku hingga 14 hari atau 2 minggu. Adapun penerapan New Normal mungkin akan memperhatikan situasi dan kondisi terkini seputar penemuan vaksin untuk penyembuhan orang-orang yang terinfeksi Covid-19.

 

-          Sistem sosial di dalam teori ini dianggap sebagai suatu sasaran dalam sebuah inovasi, karena nantinya sistem sosial yang akan menerima maupun menolak inovasi yang dikomunikasikan.

Contoh: Yang menerima penerapan New Normal adalah masyarakat Indonesia sendiri. Di beberapa kota/kabupaten di Indonesia yang masih menerapkan PSBB pun memilih untuk bersikap transisi. Hal ini dilakukan agar ekonomi di tengah masyarakat menggeliat kembali. Walaupun banyak pedagang yang tidak setuju dengan penerapan buka tutup, sesuai dengan nomor kios ganjil atau genap per harinya ketika berjualan. Mereka beralasan, hal ini dapat menurunkan omzet penjualan mereka.

5.

Kritik

-          Terlalu sederhana, teori ini dianggap terlalu sederhana sebagai suatu representasi realitas yang sebenarnya kompleks.

Contoh: Permasalahan bantuan jaring pengaman sosial seperti BLT (dulunya Rp. 600.000, kini Rp. 300.000) belum benar-benar tepat sasaran. Banyak masyarakat miskin yang belum menerimanya. Serta masih adanya pemotongan-pemotongan atas bantuan tersebut, sehingga pendataan yang baik dan pengawasan secara masif perlu dilakukan secara kontinu.

Begitu pula dengan permasalahan tidak boleh mudik/pulang kampung, sementara banyak perusahaan yang memberhentikan karyawannya akibat mandeknya produksi serta minimnya pendapatan tatkala pandemi. Keseluruhan permasalahan ini adalah imbas dari Covid-19 dengan tata kelola penanganannya yang belum baik. Sehingga sekadar pemberian dana bantuan kepada warga terdampak pandemi belum benar-benar menjawab permasalahan yang kompleks ini.    

 

-          Tidak prediktif, hal ini disebabkan tidak adanya pengetahuan mengenai seberapa baik sebuah inovasi baru bekerja, sebelum kemudian dikomunikasikan untuk diadopsi.

Contoh: Pandemi Covid-19 merupakan suatu hal yang baru dihadapi oleh seluruh negara-negara di dunia ini. Sehingga, seluruh negeri termasuk Indonesia kelimpungan dalam mengahadapinya. Sehingga setiap kebijakan yang diambil, termasuk penemuan obat-obat alternatif masih merupakan uji coba dalam rangka menangkal penyebaran Virus Corona yang semakin masif, dan banyak memakan korban jiwa.

  

-          Tidak menjelaskan adanya perubahan, inovasi diketahui dapat berubah-ubah menyesuaikan dengan kondisi, atau bahkan teknologi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya teori difusi inovasi dalam komunikasi tidak dapat menjelaskan adanya perubahan maupun perpindahan tersebut.

Contoh: Perubahan kebijakan dari menggunakan masker hanya untuk orang sakit, berubah menjadi kebijakan yang mewajibkan setiap orang untuk menggunakan masker. Hal ini dilakukan untuk mereduksi penyebaran Virus Corona.

Begitu pula dengan kebijakan PSBB , yang berubah menjadi New Normal untuk menghindari kelesuan ekonomi di tengah masyarakat kelas bawah.

Kedua fenomena ini menunjukkan, bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah tidak bisa diprediksi, dan pada sewaktu-waktu difusi inovasi tersebut juga dapat berubah-rubah.

 

-          Over adposi sendiri merupakan suatu inovasi yang diadopsi oleh seseorang, namun seharusnya ditolak atau tidak diadopsi. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan maupun informasi yang dikomunikasikan mengenai inovasi tersebut.

Contoh: Wacana penerapan lockdown di Indonesia sempat mendapat penentangan dari berbagai kalangan masyarakat. Yang bersikukuh adalah tenaga kesehatan, karena menimbang begitu cepatnya penyebaran virus tersebut antarmanusia. Baik itu melalui sentuhan ataupun air liur, serta bersin. Oleh karena itu, pemerintah mengimbau masyarakat untuk senantiasa menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah, dan menerapkan pola social serta physical distancing untuk mencegah/meminimalkan penularan yang ada. 

Adapun yang menentang adalah para pekerja sektor informal dan penggiat Usaha Mikro dan Kecil Menegah, karena hilangnya omzet imbas dari pemberlakuan karantina wilayah.

 

-          Eksploitasi pada golongan lemah, adanya teori difusi inovasi tidak dapat merubah seluruh kehidupan sosial ke arah yang lebih baik. Sehingga akan memunculkan adanya eksploitasi terhadap golongan yang lemah. Oleh sebab itu, tujuan komunikasi kelompok sosial juga perlu diperhatikan dalam penyampaian inovasi baru.

Namun berbeda dengan para golongan kaya, yang justru dapat menjadi semakin kaya. Kondisi tersebut pastinya menyebabkan adanya eksploitasi dan juga gap yang membesar.

Contoh: Penerapan PSBB sempat menghancurkan ekonomi masyarakat kelas bawah (marginal). Sehingga, sedikit banyak pemberlakuan karantina wilayah ini berdampak secara ekonomi. Seperti tingginya angka pengangguran, dan marak munculnya fenomena gelandangan di DKI.


Komentar

Postingan Populer