KETIKA CINTA MENGUATKANKU
Yang
kutahu judul film itu “Ketika Cinta Bertasbih”. Bukan Ketika Cinta
Menguatkanku. Tapi memang sejak mengenalmu aku jadi lebih kuat. Lebih tangguh
dalam menghadapi semuanya. Termasuk dalam hal mewujudkan mimpi-mimpiku.
Setipis
ari pengetahuanku akan cinta. Kau mengajariku ibarat seorang ibu yang mengajari
anaknya. Bahwa cinta itu tentang pengorbanaan dan soal kepekaan akan rasa. Ya. kau
adalah kejadian terhebat dalam hidup. Alasan terpenting bagiku untuk senantiasa
melangkah maju.
Larik
demi larik kesalahanku saat menjalani hidup bersamamu. Namun kau menguatkanku.
Bahwa aku bisa. Bisa menjadi imam keluarga ini. Ayah bagi anak-anakku.
Lantas
ketika kita membangun keluarga ini. Sen demi sen tabunganku dan tabunganmu. Tak
sedikit pun kau mengeluh soal ini. Dan rumah kita tak pernah sepi dari cerita cinta
dan cita-cita akan hidup bahagia.
Aku
pun menyanyikan doksologi. Pujian untuk kemuliaan Tuhan atas cahaya cinta yang telah
Dia curahkan dalam keluargaku.
Lantas,
aku ingat saat itu. Saat pertama kali aku mengenalmu. Saat kita mulai dekat,
dan aku pun memberikanmu sepotong rindu dalam hijabmu.
Begitu
pula, aku juga ingat saat anak-anak kita terus bermetafora dimulai dari
rahimmu, hingga menjadi sekumpulan anak-anak yang lucu.
Maka,
aku pun berjanji tidak akan membuat anak-anakku lapar. Tidak sepertiku dulu.
Tidak menjadi gelandangan child of street
atau child on street seperti yang
kubaca di koran-koran dulu. Yang rentan dikerasi, yang juga rentan dicemari.
Sungguh aku tidak mau!
Aku
ingin anakku riang, tidak introvert
seperti bapaknya. Kalau pun introvert,
dia mesti benar-benar pintar.
Walakhir,
kau adalah teman imajinasiku dalam hal kefanaan dunia, hingga maut memisahkan
kita.
Sayang, semoga kita tetap dipertemukan kembali suatu saat nanti di tempat yang berbeda. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Komentar
Posting Komentar