KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI DAN FILSAFAT

www.google.co.id
A.    Komunikasi dalam Organisasi
1.   Unsur-unsur atau komponen komunikasi dalam organisasi adalah komunikator (who), pesan (says what), media (in which channel), komunikan (to whom), dan efeknya (with what effect) (Harold D. Laswell). Tanpa itu komunikasi dalam organisasi tidak akan berjalan dengan baik.
2.   Syarat komunikator dalam organisasi adalah memiliki kredibilitas, etos (semangat) dan patos (hubungan emosional dengan bawahan). Kredibilitas sendiri artinya menguasai suatu persoalan. Untuk dapat menguasai suatu persoalan, komunikator harus mengenal konsep dirinya. Konsep diri adalah sesuatu yang potensi pada diri manusia (abstrak/ ada tapi kasat mata), yang menciptakan manusia menjadi manusia. Sebab, ada banyak sekali manusia yang tidak menjadi manusia sesungguhnya. Contoh: Homo Homini Lupus (manusia adalah serigala bagi manusia yang lain), dan Homoseksual[1].
3.   Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menjadi teladan bagi bawahannya. Sesuai dengan amanat Ki Hajar Dewantara, “Ing ngarso sung tulodo” (yang di depan memberikan teladan). Pemimpin yang baik menjadikan rapat sebagai wadah untuk menyelesaikan masalah; mengerjakan tugas sesuai dengan job description-nya; serta tepat waktu (disiplin). Ia juga bijaksana dalam artian: pengertian; punya pandangan; mau bekerjasama dan tidak ingin menyakiti orang lain.
B.     Filsafat
1.   Kekuatan manusia terletak pada pikirannya, sebagaimana dikatakan oleh filsuf Perancis Rene Descartes, “Cogito Ergo Sum” (Aku berpikir maka Aku ada).
2.      Berikut beberapa pertanyaan dan pernyataan seputar berpikir:
·       Adakah orang yang tidak berpikir?
Jawab: Ada, yaitu orang yang menggampangkan masalah, orang yang tidak menyenangi konflik, dan orang yang tidak disiplin.
·       Apa ciri-ciri orang yang berpikir?
Jawab:
·       Mengalir.
·       Apa yang saya tahu membuat saya tidak tahu, sehingga saya terus belajar.
·       Apa yang saya tahu saya belum pernah berbuat, berarti saya tidak tahu (bahasa pengabdian).
3.  Sudah seyogyanya dosen menjadi fasilitator di kelas, dan mendorong mahasiswa lebih aktif berdiskusi. Sesuai dengan amanat Student Learning Center (SCL) dan SKS, sehingga menghasilkan mahasiswa yang berkualitas bukan penonton setia.
4.     Diskusi akan berjalan baik, apabila anak-anak diajarkan filsafat sedari dini. Mulai dari SD belajar Dasar Filsafat; SMP belajar Dasar Filsafat; SMA belajar Filsafat Ilmu; dan Perguruan Tinggi belajar Filsafat Perbandingan. Secara etimologi[2], Filsafat berasal dari kata Philo (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan). Cinta sendiri bakal menghasilkan pengorbanan berupa tenaga, pikiran dan waktu. Sementara, tahapan filsafat adalah sebagai berikut: logika, etika, estetika, metodologis dan metafisika (paling tinggi).
5.      Potensi terdiri dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (kesempatan) dan problem (masalah).



[1] Dalam ajaran agama Islam, segala sesuatu yang ada di muka bumi ini telah diciptakan berpasang-pasangan. Allah SWT berfirman: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz-Dzariyat: 59). Atau sebagaimana yang dinyatakan Ibnu Katsir rahimahullah: “Setiap makhluk itu berpasang-pasangan. Ada matahari dan bumi. Ada malam dan ada siang. Ada matahari dan ada rembulan. Ada daratan dan ada lautan. Ada terang dan ada gelap. Ada iman dan ada kafir. Ada kematian dan ada kehidupan. Ada kesengsaraan dan ada kebahagiaan. Ada surga dan ada neraka. Sampai pada hewan pun terdapat demikian. Ada juga jin dan ada manusia. Ada laki-laki dan ada perempuan. Ada pula berpasang-pasangan pada tanaman”. 
[2] Etimologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata.

Komentar

Postingan Populer