SEJARAH KOMUNIKASI MASSA
www.google.co.id |
Melvin DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach (1989)
menyebutkan, terdapat lima jenis revolusi komunikasi massa, yaitu:
1. The age of signs and signals (Zaman tanda dan isyarat)
Pada zaman ini, manusia menggunakan tanda dan
isyarat sebagai alat komunikasi. Gerak tanda dan isyarat dalam ilmu komunikasi
disebut dengan nonverbal. Nonverbal terdiri dari emblem dan ilustrator. Emblem adalah
tanda dan isyarat yang telah disepakati bersama, sehingga dipahami secara luas.
Sementara, ilustrator berfungsi untuk mempertegas pesan yang disampaikan secara
verbal. Jadi, verbal + nonverbal = komunikasi efektif.
2.
The age of speech and language (Zaman bahasa lisan)
Pada zaman ini, masyarakat telah mampu
berkomunikasi secara verbal, dengan menyampaikan pesan melalui kata-kata.
Kemampuan ini menambah cara manusia untuk berkomunikasi. Selain itu, kemampuan
ini menjadikan proses pengiriman dan penerimaan pesan menjadi lebih jelas,
ketimbang nonverbal yang bisa jadi disalah persepsikan.
3.
The age of writing (Zaman bahasa tulian)
Pada zaman ini, masyarakat telah mampu menambahkan
kemampuan verbalnya dengan menulis. Hal ini dimulai sejak ditemukannya alfabet
(huruf A-Z), yang terdiri dari 5 huruf hidup (a, i, u, e, o) dan 21 huruf mati
(b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z). Sekaligus
menandai dimulainya era transformasi menulis dari batu, pelepah daun dan kulit
binatang ke kertas. Zaman ini juga menandai pelipatgandaan injil dengan
menggunakan tenaga biarawati untuk menyalinnya.
4.
The age of print (Zaman cetak)
Zaman ini ditandai dengan ditemukannya mesin
cetak oleh Johannes Gutenberg, seorang pandai logam berkebangsaan Jerman pada
tahun 1440-an. Namun, sebagian pendapat mengatakan, mesin cetak telah lama ada
di Cina. Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis (kategori hadist: lemah)
memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu ke Cina (uthlubul ‘ilma walau bish
shin), karena peradaban di sana telah sangat maju. Pada akhir abad ke-19
muncul beberapa bentuk media cetak seperti surat kabar, buku, dan majalah yang
digunakan secara luas oleh masyarakat, yang turut mencerdaskan umat manusia. Zaman
cetak dapat dikategorikan sebagai babak awal kemajuan umat manusia menuji. Hal
ini merujuk pada pernyataan Charles Horton Cooley (Jalaludin Rakhmat: 1994) yang
menyatakan, ada beberapa faktor yang membuat media baru (suratkabar, buku dan
majalah) jauh lebih efektif daripada proses komunikasi masyarakat sebelumnya
(tanda isyarat dan lisan), diantaranya: 1) expressivenes (mampu membawa gagasan
dan perasaan secara luas); 2) permanent of record (mampu mengatasi
hambatan waktu); 3) swiffness (mampu mengatasi hambatan ruang); dan 4) difussion
(jalan masuk kedalam kelas-kelas masyarakat). Singkat kata, keberadaan media
baru memecahkan masalah keterbatasan jarak, ruang dan waktu dalam proses
komunikasi manusia.
5.
The age of mass communication (Zaman komunikasi massa).
Pada zaman ini, masyarakat telah menggunakan
media massa sebagai alat komunikasi. Seperti media cetak (suratkabar), radio, televisi
dan film yang menjadikan masyarakat semakin modern. Apalagi, dengan
ditemukannya internet seperti sekarang ini. Beberapa pakar menolak internet dan
media daring masuk dalam komunikasi massa. Namun, merujuk kepada ciri-cirinya,
maka media daring merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah dan
perkembangan komunikasi massa.
Adapun ciri-ciri komunikasi massa: 1) komunikator
dalam komunikasi massa melembaga. Jelas, media daring memiliki platform
kelembagaannya sendiri dan bergerak atas nama itu; 2) Komunikan dalam komunikasi
massa bersifat heterogen. Jelas, komunikan media daring bersifat heterogen.
Baik karena perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan serta status sosial.
Meskipun media daring menentukan segmentasi komunikannya, namun setiap orang
dengan latarbelakang berbeda bisa mengaksesnya kapan dan dimana pun; 3)
Pesannya bersifat umum. Jelas, pemberitaan media daring bersifat umum. Baik itu
terkait dengan pemberitaan politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, serta
agama, gosip para artis, hiburan dan sebagainya; 4) Komunikasi berlangsung satu
arah. Jelas, komunikasi media daring bersifat satu arah. Walaupun terkadang
sifatnya interaktif, namun itu merupakan special case (kasus yang
spesia). Kebanya media daring masih menggunakan sistem feeedback (umpan balik)
yang delayed (tertunda); 5) Komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Jelas,
komunikan yang membuka media daring yang menimbulkan keserampakan. Baik itu
pada level kognitif (mengetahui isi suatu berita), afektif (turut merasakan isi
suatu berita), maupun konatif (bergerak karena isi suatu berita). Apalagi
komunikan yang sama-sama mengakses pemberitaan dari media mainstream (arus
utama); 6) Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis. Jelas, tanpa peralatan
teknis yang memadai, media daring tidak bisa menjalankan operasionalnya dengan
baik; 7) Komunikasi massa dikontrol oleh gate keeper (penjaga
gawang/redaktur dalam istilah media massa). Jelas, media daring yang tidak
menggunakan gate keeper merupakan media abal-abal. Gate keeper
lah yang menentukan apakah suatu pemberitaan layak muat atau tidak. Sayang,
terkadang keberadaan gate keeper sering disalahgunakan, untuk menyaring
pemberitaan sesuai kepentingan profit dan politik pemilik media daring.
Referensi:
DeFleur,
M. L. & Ball-Rokeach, S. 1989. Theories of mass communication. Edisi
5 . White Plains, NY: Longman.
Rahmat,
Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Rogers,
Everett M. 1986. Communicatio Technology: The New Media in Society.New
York: The Free Press.
Komentar
Posting Komentar