PESAN NON-VERBAL DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
basartworks.files.wordpress.com |
1.1 Latar
Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial, yang barang tentu akan terus melakukan aktivitas komunikasi dalam
kehidupannya sehari-hari. Dengan adanya aktivitas komunikasi tersebut bakal semakin memudahkan mereka, guna saling
berhubungan satu sama lain. Ya, tanpa kita sadari hampir di setiap waktu kita melakukan proses
komunikasi. Baik itu komunikasi dengan orang lain (interpersonal)
maupun
dengan diri sendiri (intrapersonal). Baik secara lisan maupun tulisan.
Kita sering salah kaprah mengenai komunikasi yang
artinya adalah hanya tentang bicara. Padahal, komunikasi itu menurut pengertian
adalah menyampaikan pesan dan tidak harus berbicara. Tanpa kita sadari, ada
elemen-elemen yang turut menyampaikan pesan selain ucapan verbal yang keluar
dari mulut kita. Ya betul, elemen-elemen itu biasa kita kenal dengan komunikasi
nonverbal (Julia T. Wood).
Bahasa
nonverbal merupakan elemen penting dalam komunikasi
antarpribadi
yang kita lakoni sehari-hari. Mulai dari sekedar kegiatan bercakap-cakap dengan
teman, hingga kegiatan yang serius seperti seminar atau presentasi. Dimana
penyampaian pesan yang kita lakukan turut mengikutsertakan berbagai bahasa
isyarat. Misalnya: kontak mata (eye contact), pemilihan warna baju, gaya
potongan rambut dan berbagai penggunaan simbol lainnya, juga termasuk kedalam
pesan nonverbal.
Selain itu, pesan nonverbal juga sangat
bergantung pada tempat
aktivitas komunikasi interpersonal berlangsung. Misalnya di lingkungan aparat,
ketika seorang bawahan hormat kepada atasannya. Dengan mengangkat tangan kanan,
dan meletakkannya diatas alis sebagai bentuk penghormatan. Di lingkungan
mahasiswa, misalnya, komunikasi nonverbal juga sering kita dapatkan. Ketika
seorang mahasiswi curhat dengan teman perempuannya, dan kemudian temannya itu
menepuk-nepuk bahu mahasiswi tersebut sebagai bentuk sabar/dukungan. Ataupun
gerak-gerik tubuh seorang pelamar kerja yang tampak gelisah, menunjukkan
pelamar kerja tersebut belum benar-benar siap untuk interview.
Contoh lainnya seperti seorang pemuda yang duduknya
berjarak, berarti ia tidak suka diganggu. Senyum sinis seorang perempuan kepada
musuhnya, dapat diartikan sebagai pengejekan. Gerakan tangan seseorang yang
menyilang didepan dada, menandakan orang tersebut introvert ataupun
individualis. Tentu berbeda halnya dengan orang-orang yang membuka tangannya
lebar-lebar, menandakan orang tersebut lebih bersikap terbuka (opennes).
Atau, tindakan perhatian yang berlebih dari seorang lelaki kepada seorang
perempuan. Menandakan laki-laki tersebut sebenarnya suka kepada si perempuan,
hanya saja tidak berani mengungkapkannya. Semua gerakan tubuh ini jelas
mengatakan lebih banyak hal ketimbang apa yang kita ucapkan. Tell more than
what we have said. Jika sekiranya kita mampu untuk memperhatikan pesan ini
dengan baik, tentu akan menghasilkan suatu proses komunikasi yang efektif.
Dalam
studi Albert Mehrabian
(1971) menyimpulkan,
bahwa sekitar 93% dari arti pesan diterima dari komunikasi nonverbal yang
melatarbelakangi komunikasi verbal. Secara terinci adalah 7% dari pesan verbal,
38% dari nada suara, 55% dari ekspresi wajah, gerakan tubuh dan kepala atau
sikap. Dalam penelitian ini jelas sekali, komunikasi
nonverbal sangat membantu dalam menginterprestasikan arti pesan verbal.
Komunikasi
nonverbal meliputi ketidakhadiran suara. Misal: cara
manusia memuntir rambut atau menyentuh hidung, cara manusia melipat
tangan atau menyilangkan kaki. Contoh lainnya: ketika
Zainuddin mengungkapkan rasa cintanya kepada Hayati. Maka, Zainuddin mengatakan, “Aku cinta kau, encik
Hayati!” dan dibalas oleh Hayati, “Ya, aku juga, engku Zainuddin!”. Tentu, alangkah indahnya,
jika pernyataan cinta dua sejoli ini dibalut dengan tindakan-tindakan
nonverbal. Seperti membelai rambut panjang Hayati, mengecup dahi bening Hayati,
ataupun menggenggam kuat tangan Zainuddin yang bertujuan menguatkan pesan
verbal yang mereka sampaikan. Adelman (1993) menyatakan, gesture
bersifat alamiah, lebih murni dan orang bisa mengetahui apa yang disampaikan,
jika komunikasi verbal diikuti oleh bahasa nonverbal melalui bahasa tubuh.
Lebih jauh, bahasa nonverbal tanpa kita sadari akan
menggambarkan karakter kita sebenarnya. Contoh: Mengaku mendengarkan, tapi
nyatanya celinguk kesana-kemari. Lewat perilaku nonverbal pula, kita
dapat mengetahui suasana emosional seseorang. Contoh: Seseorang yang mengaku
tengah sedih, namun nyatanya tersenyum-senyum senang. Kesan awal kita pada
seseorang pun seringkali didasari pada perilaku nonverbalnya, yang mendorong
kita untuk mengenalnya lebih
jauh. Contoh: Fahri yang tingkah lakunya menunjukkan bahwa ia pemuda ‘alim
yang baik hati, bakal mendorong Maria untuk mengenalnya lebih jauh (Film
Ayat-ayat Cinta).
Ada keterkaitan erat antara bahasa verbal yang digunakan
oleh suatu masyarakat dengan bahasa nonverbalnya. Ada dugaan bahwa bahasa
nonverbal sebangun dengan bahasa verbalnya. Artinya, suatu kelompok yang punya
bahasa verbal yang khas, maka akan memiliki bahasa nonverbal yang khas pula.
Contoh: anak-anak di Amerika memanggil orangtuanya dengan sebutan nama, yang
menandakan mereka itu invidualis. Pesan verbal tersebut juga tercermin dari
perilaku nonverbal mereka yang kerap menyilangkan tangan di dada. Begitupula
halnya orang Jawa yang pesan verbalnya lembut, selaras dengan sikap kedua
tangannya yang terbuka terhadap lawan bicara.
Dari pemaparan di atas, dapatlah dipahami bahwa tindakan nonverbal berjalin
kelindan dengan konteks
budaya peserta komunikasinya. Salah
mengartikan tindakan nonverbal tersebut bisa berabe (berbahaya). Walaupun ada banyak komunikasi nonverbal
yang sifatnya universal (umum). Namun, tidak sedikit pula tindakan nonverbal yang menimbulkan
perbedaan makna
bagi negara-negara tertentu. Contohnya:
a. Jempol
-
Amerika: Jempol digunakan untuk
menyetop kendaraan.
-
Indonesia : Jari jempol
menunjukkan oke atau respon baik.
-
Irak: Jempol memiliki pengertian
yang serupa dengan jari tengah di Amerika.
-
Italia: Menghitung angka selalu
dimulai dari jari jempol.
b. Tersenyum
-
Tersenyum artinya senang ketika
mendapatkan pujian.
-
Tersenyum artinya malu ketika terlambat datang ke sekolah.
-
Tersenyum artinya tidak tahu
malu, ketika seorang koruptor tertangkap KPK, dan masih mengaku tidak bersalah.
c. Gerakan ‘OK’
-
Amerika: Ya
-
Indonesia: Oke/Nol/Oke-Oce
(belakangan trend pada kampanye Anies-Sandi di Pilgub DKI 2017)
-
Inggris : Ya
-
Jepang : Uang
-
Mediterania: Homoseksual (di beberapa negara
bagian)
-
Prancis : Tidak ada/Nol
1.2 Definisi
More than speaking! Komunikasi antarpribadi tidak
melulu berbicara tentang pesan verbal saja. Tapi lebih dari itu, komunikasi
antarpribadi juga meniscayakan terjadinya penyampaian pesan nonverbal
didalamnya. Hanya saja memang, hal seperti ini kurang mendapatkan perhatian
kita bersama. Lantaran kita masih memahami komunikasi antarpribadi dalam arti
sempit. So, interpersonal communication just not about languange, but also
about body language.
Secara terminologi, komunikasi nonverbal
merupakan proses komunikasi dimana
pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non verbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi
wajah (mimik/air muka), kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan
rambut dan penggunaan simbol-simbol lainnya. Serta juga cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, emosi dan
gaya berbicara.
Sepanjang hayat hidup manusia,
komunikasi nonverbal merupakan sistem simbol yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Bayi baru mulai memahami kata-kata ketika umur 6 bulan. Tetapi bayi mungil tersebut telah lebih dulu mengenal
komunikasi non verbal. Seperti
menangis ketika haus, menangis ketika ingin buang air besar dan sebagainya.
Komunikasi nonverbal jelas merupakan resep mujarab suksesnya interaksi
antarmanusia.
Menurut Adiyawarman (2000),
komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata. Menurut
Edi Harapan dan Syarwani Ahmad (2014: 30), komunikasi nonverbal merupakan
bentuk komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Resberry (2004)
berpendapat, bahwa komunikasi nonverbal merupakan suatu tindakan dan perilaku
manusia serta memiliki makna. Sedangkan Atep Adya Barata menyatakan, bahwa komunikasi
nonverbal adalah komunikasi yang diungkapkan lewat objek di setiap kategori
lainnya (the object language). Komunikasi
menggunakan gerak (gesture) sebagai
sinyal (sign language), serta
komunikasi melalui tindakan atau gerak tubuh (action language).
Komunikasi nonverbal menurut
Knapp (dalam Mulyana, 2009: 347), biasanya digunakan untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Adapun Hudjana
(2003: 26) mendefinisikan, komunikasi nonverbal sebagai penciptaan dan
pertukaran pesan yang tidak menggunakan kata-kata. Seperti komunikasi yang
menggunakan gerakan tubuh, sikap, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak,
dan sentuhan. Edward T Hall
menamai bahasa nonverbal sebagai bahasa diam (silent language), dan dimensi tersembunyi (hidden dimension).
Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam
konteks komunikasi yang memberikan isyarat-isyarat. Guna melakukan
penafsiran dari seluruh makna pesan yang tersampaikan. Jadi, bisa
disimpulkan bahwa komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan
tersampaikan tidak menggunakan kata-kata.
2.1 Pembahasan
Komunikasi nonverbal adalah cara dasar untuk menyatakan
apa yang dipikirkan dan
dirasa seseorang. Contoh: seseorang yang bingung acapkali akan
menggaruk-garuk kepalanya dulu, baru mengatakan, “Saya bingung!” dan
sebagainya. Untuk
itu, berikut
beberapa penggunaan tindakan nonverbal yang penting untuk diperhatikan, yaitu:
a.
Mengartikan
Keadaan Internal
Komunikasi nonverbal merupakan
media untuk mengekspresikan emosi dan juga informasi yang spesifik. Seperti yang dikatakan
Morreale, Spitzberg dan Barge
bahwa,
“Manusia menggunakan pesan nonverbal untuk menjelaskan keadaan sosial dan emosi
dari hubungan dan interaksi”.
b.
Menciptakan
Kesan
Komunikasi nonverbal penting untuk
diperhatikan,
karena dapat menciptakan kesan. Misalnya dengan memperhatikan penampilan ketika
hendak melakukan sesuatu.
Ketika hedak
wawancara atau kencan penting dan lain-lain. Atau bagaimana cara kita
menilai orang dari warna kulit (putih, hitam atau kuning langsat), usia (tua,
muda, anak-anak), gender (laki-laki, perempuan, banci), ekspresi wajah (marah,
senang, sedih dan sebagainya), cara berpakaian dan aksen. Bahkan cara berjabat
tangan punya peran penting dalam komunikasi nonverbal guna menciptakan kesan.
Contoh: Jabatan tangan seorang
pejabat yang kuat dan erat, menandakan ia merupakan orang yang ramah dan
hangat. Tentu berbeda halnya dengan orang yang bersalaman tanpa tenaga, dapat
dikira menganggap remeh lawan bicaranya.
c.
Mengatur
Interaksi
Tindakan nonverbal baik
disengaja ataupun tidak dapat memberikan petunjuk mengenai percakapan kita. Yakni
bagaimana memulai percakapan dan mengakhirinya. Atau bagaimana mengatur peran,
kapan menjadi pengirim pesan dan kapan menanggapinya. Komunikasi nonverbal
turut membantu interaksi tersebut.
d.
Komunikasi nonverbal meliputi semua
stimulus nonverbal
Dalam setiap gerakan nonverbal
yang dihasilkan, baik oleh sender maupun receiver-nya memiliki
nilai pesan potensial untuk melanggengkan proses komunikasi yang berlangsung.
Adapun batasan, proses serta peranan komunikasi nonverbal dapat disederhanakan
sebagai berikut: 1) Pesan yang
disengaja, misalnya pura-pura cuek, nyatanya perhatian, dan 2) Pesan yang
tidak disengaja misalnya mengerutkan dahi, karena terlalu berpikir keras,
atau memakai kacamata hitam (sun glasses), karena silau cahaya matahari.
2.2 Jenis-Jenis Pesan NonVerbal
Menurut Samovar dan Porter (dalam Mulyana, 2009:
353-433), pesan-pesan nonverbal dapat dibagi
kedalam beberapa kategori sebagai berikut:
1.
Bahasa Tubuh (Kinesik)
Setiap
anggota tubuh seperti wajah, tangan, kepala dan kaki secara keseluruhan dapat
digunakan sebagai isyarat simbolik. Ada lima gerakan tubuh yang mencerminkan
bahasa tubuh:
a.
Isyarat
tangan
Isyarat
tangan termasuk apa yang disebut emblem, yang punya makna dalam
suatu budaya atau subkultur. Contohnya untuk menunjuk diri sebagai orang
Indonesia, ia akan menunjuk dadanya dengan telapak tangan atau jari telunjuk.
b.
Gerakan
kepala
Di
beberapa negara, anggukan kepala malah berarti “tidak”, seperti di India
dan Bulgaria. Sementara isyarat untuk “ya” di negara itu adalah
menggelengkan kepala. Orang Indonesia, sebaliknya menganggukan kepala untuk
menyatakan setuju.
c.
Postur
tubuh dan posisi kaki
Postur
tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu diasosiasikan
dengan status sosial
tertentu. Status seseorang memengaruhi
postur tubuhnya ketika ia berkomunikasi dengan orang lain. Orang yang berstatus
tinggi, umumnya mengatur postur tubuhnya secara lebih leluasa
daripada orang yang berstatus rendah.
Selain itu, klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan Wiliam Sheldon menunjukan adanya hubungan antara bentuk tubuh dengan
temperamen. Ia menghubungkan tubuh yang gemuk (endomorph)
dengan sifat malas dan tenang; tubuh yang atletis (mesomorph)
dengan sifat penuh percaya diri; dan tubuh yang kurus (ectomorph) dengan sifat
introvert yang lebih menyenangi aktivitas mental dari pada aktivitas fisik.
d.
Ekspresi
wajah dan tatapan mata
Banyak
orang menganggap perilaku nonverbal yang paling banyak “berbicara” adalah
ekspresi wajah, meskipun mulut tidak
berkata-kata. Sebagian pakar mengakui, bahwa terdapat beberapa keadaan
emosional yang dikomunikasikan oleh ekspresi wajah, yang
tampaknya dipahami secara universal. Seperti kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keterkejutan, kemarahan,
kejijikan dan minat (interesting).
e.
Kontak
mata punya dua fungsi
Pentingnya
pandangan mata sebagai pesan nonverbal sempat terlukiskan dalam sebuah lirik
lagu “Dari Mata” karya Jaz, yang berbunyi: “Oh dari mana/ Dari matamu
matamu/ Ku mulai jatuh cinta// Ku melihat melihat ada bayangan/ Dari mata kau
buatku jatuh/ Jatuh terus jatuh ke hati”. Setidaknya, kontak mata memiliki
dua fungsi sebagai berikut:
Pertama, fungsi
pengatur; untuk memberi tahu orang lain apakah Anda akan melakukan interaksi
dengan orang itu atau tidak.
Kedua,
fungsi ekspresif; memberi tahu orang lain
bagaimana perasaan Anda terhadapnya.
2.
Sentuhan
Sentuhan
bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian,
pelukan, pegangan, jabat tangan, colekan dan sebagainya. Menurut
Heslin terdapat lima kategori sentuhan, yaitu:
a.
Fungsional-Profesional
Sentuhan yang
berorientasi bisnis, misalnya pelayan toko yang membantu
pelanggan memilih pakaian.
b.
Sosial-Sopan
Perilaku
dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktik
sosial yang berlaku.
Misalnya seseorang
yang membantu nenek-nenek menyeberang jalan, ataupun
berjabat tangan.
c.
Persahabatan-Kehangatan
Meliputi
setiap sentuhan yang menandakan afeksi (perasaan). Misalnya dua orang yang
saling merangkul setelah lama berpisah.
d.
Cinta-Keintiman
Merujuk pada sentuhan yang
menyatakan keterikatan emosional atau ketertarikan. Misalnya mencium pipi orang
tua, atau
mencium kening istri setelah ijab kabul, atau dua orang Es Kimo yang saling menggosokkan
hidung mereka.
e.
Rangsangan-Seksual
Motif
sentuhannya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak
selamanya berkonotasi senggama ataupun bersetubuh.
3. Parabahasa (Paralinguistic)
Parabahasa
merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami. Kecepatan
berbicara, tinggi-rendah nada, volume suara, intonasi, warna suara, dialek
(logat), suara serak, sengau, terputus-putus, gemetar,
siulan, tawa, tangis, gumaman (hmmm) dan sebagainya. Setiap
karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita. Misalnya suara yang
terengah-engah menandakan kelelahan.
4. Penampilan fisik
Penampilan
fisik mencakup dua aspek, yaitu:
Pertama,
busana. Misalnya orang-orang Barat yang memakai
pakaian serba hitam saat melayat; atau wanita India yang memakai
sari putih karena meninggal suaminya. Pilihan orang atas busananya juga
mencerminkan kepribadian. Seorang santri memakai baju teluk
belanga menandakan ia religius.
Memakai jas artinya modern, atau memakai kaos yang menandakan berjiwa
muda.
Kedua, karakteristik
fisik. Sementara daya tarik fisik seperti warna
kulit, rambut, kumis, janggut, lipstik dan sebagainya merupakan cirri-ciri penting dalam
banyak teori kepribadian. Orang yang
memiliki daya tarik secara fisik biasanya lebih
percaya diri, mudah bergaul dan berhasil dalam karier.
5.
Bau-bauan
Tentu bau badan
setiap orang tidaklah sama. Kita dapat menduga
bagaimana sikap seseorang
berdasarkan bau yang berasal dari tubuhnya. Victor Hugo mengatakan,
“Tidak sesuatu pun membangkitkan kenangan
seperti suatu bau”. Contoh: bau parfum dari seorang
mahasiswi, menandakan mahasiswi tersebut sangat memerhatikan penampilan
dirinya. Tentu berbeda dengan bau badan seorang tukang bangunan, yang
menandakan ia lelah dan tidak sempat mengurus diri.
6. Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi (Proximity)
Sadar atau
tidak, kita memiliki ruang pribadi kita masing-masing. Ruang pribadi ini identik dengan wilayah-wilayah
sebagai berikut:
a.
Wilayah Tubuh
Jika
dilanggar bakal menciptakan ketidaknyamanan pada diri kita.
b.
Wilayah Publik
Tempat yang
secara bebas dimasuki dan ditinggalkan orang.
c.
Wilayah Rumah
Wilayah
publik yang bebas dimasuki dan digunakan oleh orang yang mengaku memilikinya.
d.
Wilayah
Interaksional.
Tempat
pertemuan yang memungkinkan semua orang berkomunikasi secara informal. Seperti
tempat pesta atau tempat cukur.
Contoh: Jarak 360-450 cm menunjukkan jarak hubungan
publik.
7. Konsep Waktu
Waktu
menentukan hubungan antarmanusia. Waktu berhubungan erat dengan pola
pikir dan perasaan manusia. Bila kita selalu menepati janji akan
waktu temu yang telah ditentukan sebelumnya. Maka, komitmen
kita pada waktu tersebut memberikan pesan, bahwa
diri kita adalah sosok yang berdisiplin tinggi.
8. Diam
Bila
seorang dosen bertanya kepada mahasiswanya, dan mahasiswa tersebut diam
cukup lama sebelum menjawab. Maka, sang dosen akan beranggapan mahasiswa
itu berpikir lambat, idiot, mempermainkan
dosen bahkan abnormal. Dalam beberapa budaya lain, diam
justru perlambang kebijaksanaan dan kepintaran. Di
Indonesia budaya ini disebut dengan peribahasa “Diam itu emas”.
9. Warna
Warna
sering digunakan untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa bahkan keyakinan terhadap suatu agama. Contoh: warna
merah muda berarti feminin, warna biru bermakna
maskulin, warna putih sering dikonotasikan suci, sedangkan
warna pelangi bisa bermakna LGBT[1].
10. Artefak
Artefak
adalah benda apa saja yang dihasilkan dari kecerdasan manusia.
Benda-benda yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sering
mengandung makna tertentu. Motor Harley Davidson bila terpajang di rumah
seseorang, menandakan pemiliknya adalah orang yang berduit. Tentu
berbeda halnya dengan pemaknaan Honda Astrea butut yang dimiliki seorang
mahasiswa. Atau ruang perpustakaan pribadi SBY, menandakan beliau intelek. Sedangkan
rumah yang penuh dengan kaligrafi bahasa Arab, menunjukkan penghuninya ialah orang
yang taat beribadah.
2.3 Fungsi NonVerbal dalam
Komunikasi AntarPribadi
Mark L Knapp (dalam Rakhmat: 1994) menyebut lima fungsi
pesan nonverbal, yaitu:
1.
Repetisi
Perilaku
nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal. Misalnya, Anda menganggukkan kepala ketika
mengatakan "Ya," atau menggelengkan kepala ketika mengatakan
"Tidak," atau menunjukkan arah (dengan telunjuk) ke mana seseorang
harus pergi untuk menemukan toilet.
2.
Subtitusi
Perilaku
nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal. Jadi
tanpa berbicara, Anda bisa tetap berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, seorang pengamen
mendatangi mobil Anda, kemudian tanpa mengucapkan sepatah
kata pun Anda menggoyangkan tangan sebagai
kata ganti "Tidak".
3.
Kontradiksi
Perilaku
nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal, dan bisa memberikan makna lain terhadap pesan verbal. Misalnya, Anda memuji prestasi teman sambil mencibirkan bibir (sinis).
4.
Aksentuasi
Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya,
menggunakan gerakan tangan untuk memperteguh, atau nada suara yang ditekan pada beberapa bagian dalam isi pidato.
Isyarat nonverbal ini disebut juga
affect display.
5.
Komplemen
Perilaku
nonverbal dapat melengkapi perilaku
verbal. Misalnya, saat kuliah akan berakhir, Anda bakal melihat jam tangan dua-tiga kali, sehingga
dosen segera menutup kuliahnya.
Sedangkan, Paul Ekman menjelaskan 5 fungsi nonverbal
lewat perilaku mata, sebagai berikut:
1.
Emblem
Gerakan
mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan
simbol verbal.
2.
Illustrator
Pandangan
kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.
3.
Regulator
Kontak
mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan
ketidaksediaan berkomunikasi.
4.
Penyesuaian
Kedipan
mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan
respon yang tidak disadari, dan merupakan upaya tubuh untuk
mengurangi kecemasan.
5.
Affect Display
Pembesaran
pupil mata menunjukan peningkatan emosi.
2.4 Konsep Potensial tentang Komunikasi NonVerbal
Anywhere and anytime (dimanapun dan kapanpun), kita pasti menggunakan pesan nonverbal dalam
setiap aktivitas komunikasi antarpribadi. Masalahnya, kita kerap tidak
menyadari kesalahan kita dalam menginterpretasikan pesan
nonverbal tersebut, sehingga berujung konflik. Berikut beberapa masalah potensial dalam komunikasi nonverbal, yaitu:
1.
Komunikasi Nonverbal dapat Bersifat Ambigu
Terkait
dengan pesan yang disengaja dan tidak disengaja, kita perlu menyadari bahwa
komunikasi nonverbal dapat memiliki derajat ambiguitas (bermakna ganda). Dimana tindakan nonverbal yang kita
ekpresikan dapat ditafsirkan berbeda oleh orang lain. Sebagian ambiguitas ini
terjadi,
karena komunikasi nonverbal amat-sangat
bergantung pada konteks budaya dan situasi.
Contoh: banyak orang dari berbagai negara menggunakan tanda
”V” (telunjuk dan jari tengah berdiri, sedangkan jari lainnya ditekuk), sebagai
tanda kemenangan (victory) atau perdamaian (peace). Akan tetapi
berbeda halnya jika isyarat nonverbal itu disampaikan kepada orang Amerika
Latin, bisa bermakna sangat jorok.
2.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi
Nonverbal
Komunikasi
nonverbal dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: latar belakang
budaya, sosio-ekonomi, pendidikan, gender,
usia dan juga kecenderungan pribadi. Artinya tidak semua orang
dalam budaya tertentu melakukan tindakan nonverbal yang sama.
Contoh: Orang Jawa dan orang Sunda tradisional tampaknya memiliki perilaku yang mirip dengan orang Jepang. Sedangkan orang Batak seperti orang
Amerika. Baik orang Jepang atau orang Jawa beranggapan,
menatap lawan bicara sebagai sesuatu hal yang tidak sopan. Apalagi jika terpaut perbedaan usia atau
strata sosial.
Jadi, kalau
mereka menundukkan kepala ketika berbicara, itu dimaksudkan untuk menghormati
lawan bicara. Kesalahpahaman bisa saja terjadi, ketika seorang pekerja asal
Sumatra Utara dipecat oleh majikannya (orang Sunda). Lantaran saat dijelaskan
mengenai suatu pekerjaan, si pekerja menatap mata si majikan sehinggga
menimbulkan kesalahan tafsir.
3.
Komunikasi nonverbal bersifat kontekstual
Situasi
atau informasi yang berbeda akan menghasilkan pesan nonverbal yang berbeda pula. Misalnya, bagaimana kita bertingkah laku
ketika sedang berada di rumah, tentu akan berbeda pada saat kita sedang berada di tempat umum, dan lain sebagainya.
2.5 Pentingnya
Komunikasi NonVerbal dalam Kehidupan Sehari-hari
Menurut Dale G. Leathers (dalam
Harapan dan Ahmad, 2014: 34) ada
beberapa alasan pentingnya peran komunikasi nonverbal dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu:
1.
Faktor-faktor nonverbal sangat
menentukan makna
Pada saat kita berkomunikasi secara tatap mata, kita
banyak menyampaikan gagasan dan pesan-pesan secara nonverbal. Sementara itu,
lawan bicara pun akan lebih banyak ‘membaca’ pikiran kita lewat
petunjuk-petunjuk nonverbal tersebut.
2.
Perasaan dan emosi lebih cermat
disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal
Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang
relatif bebas penipuan, distorsi (kerusakan), dan kerancuan. Pesan nonverbal
jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
3.
Fungsi metakomunikatif
Bermakna komunikasi nonverbal dapat menjadi informasi
tambahan, guna memperjelas maksud dan makna pesan yang sesungguhnya.
4.
Efisiensi waktu yang lebih baik
Dari segi waktu, paparan verbal cenderung tidak efisien,
karena membutuhkan waktu untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan kita.
5.
Pesan nonverbal merupakan sarana
sugesti yang paling tepat
Terdapat situasi komunikasi, yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan
dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan untuk menyarankan
sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).
3.1 Simpulan
Komunikasi nonverbal disebut juga sebagai bahasa isyarat/tubuh. Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi, dimana pesan yang disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Seperti menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh (body language),
ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan simbol-simbol lain seperti pakaian,
potongan rambut, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas
suara, emosi dan gaya dalam berbicara.
Komunikasi nonverbal sering kurang disadari
keberadaannya, serta kurang dipahami maknanya. Padahal, komunikasi nonverbal
mendukung dan mempengaruhi keberhasilan proses penyampaian pesan. Meski jarang
disadari manfaatnya, komunikasi nonverbal punya peran penting. Banyak komunikasi
verbal tidak efektif, lantaran komunikatornya tidak menggunakan komunikasi nonverbal
dengan baik pada waktu yang bersamaan. Melalui
komunikasi nonverbal, orang-orang bisa mengambil
suatu kesimpulan terkait berbagai macam pola pikir dan perasaan orang lain.
Pesan
nonverbal sama halnya dengan bahasa verbal,
yaitu melekat
dengan konteks budaya yang
dimiliki komunikator dan komunikannya. Oleh sebab itu, dalam komunikasi antarpribadi yang banyak
menggunakan pesan-pesan nonverbal, diperlukan pemahaman atas budaya-budaya
tersebut.
Apabila kita tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang itu, ada kemungkinan menimbulkan
komunikasi
antarpribadi yang salah arti hingga
salah persepsi. Penting
sekali bagi kita untuk mengetahui pengertian, fungsi-fungsi dan jenis-jenis
komunikasi nonverbal guna menghasilkan komunikasi yang efektif.
3.2 Saran
Diharapkan seluruh mahasiswa, setelah pemaparan materi ini memiliki
keterampilan dalam komunikasi nonverbal dan
mempraktikkannya. Selain itu, kita juga harus benar-benar harus memahami makna dari pesan nonverbal. Sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir, yang berujung pada keadaan yang
tidak kita inginkan. Being positive! (Bersikaplah positif!). Baik ketika mengirim pesan nonverbal maupun
menerimanya. Serta kenalilah dengan baik latarbelakang budaya lawan bicara kita.
Selamat mencoba! Semoga sukses!
Komentar
Posting Komentar