MENJADI UMAT TERBAIK DISISI ALLAH

dok. pribadi

Allah SWT berfirman didalam al-Qur’an: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110). Berikut adalah beberapa cara untuk menjadikan kita tetap sebagai umat yang terbaik disisi Allah SWT, diantaranya:
1.     Memahami Islam secara kaffah
Allah SWT berfirman didalam al-Qur’an yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208).
Termasuk Islam itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari politik, sebab ajaran Islam mengatur setiap aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari hal yang paling kecil hingga yang paling besar. Termasuk dalam menentukan calon pemimpinnya pada Pilkada serentak 27 Juni 2018 ini, sebagaimana ketentuan dalam al-Qur’an dan al-Hadist.
2.     Beramal shaleh
Beramal shaleh baik secara pikiran, perkataan maupun perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana halnya dengan keberadaan iman, seperti: meyakini dengan hati (tashdiq bil qalbi), mengucapkan dengan lisan (iqrar bil lisan), dan mengamalkan dengan anggota badan (amal bil arkan).
3.     Berdakwah
Berdakwah yaitu mengajak diri kita sendiri dan orang lain, untuk senantiasa berbuat kebajikan. Sebagaimana hadist Rasul Muhammad SAW yang berbunyi: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari).

dok. pribadi

4.     Memperkuat ukhuwah Islamiyah
Allah SWT berfirman didalam al-Qur’an: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (QS Ali Imran: 103).
Salah satu tradisi yang turut mengukuhkan ukhuwah Islamiyah tersebut adalah halal bihalal. Sebagaimana dikutip dari Harian Waspada, edisi Juni 2018, pada kolom Al Bayan disebutkan: “Sudah menjadi tradisi baru dalam masyarakat kita, pasca lebaran mereka kembali (balik) kepada tugas rutinnya masing-masing. Mahasiswa kembali ke kampus, pedagang kembali ke pasar, pegawai kembali ke kantor, nelayan kembali ke laut, dan petani kembali ke sawah atau ladang. Acara halal bihalal dapat mempererat hubungan, silaturahmi sesama manusia…”.
Contoh: Pada beberapa hari yang lalu, kami mengadakan acara halal bihalal bersama anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara (KPID-SU), dan Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Reguler 2017, Universitas Sumatera Utara. Acara bertempat di kediaman Pak Syahrir, salah seorang Komisioner KPID-SU.
Adapun hikmah dari acara ini ialah tak ada orang yang merasa benar. Semua mengaku salah dan tanpa malu meminta maaf. Betapa damainya negeri ini, bila nuansa idul fitri selalu menjadi marwah dalam kehidupan sehari-hari. Baik di rumah maupun di lingkungan pergaulan bahkan pekerjaan. Mari kita biasakan menjadi orang yang berani mengaku salah (berjiwa ksatria –red), bukan orang yang selalu merasa benar atau hebat….” Sebagaimana tulis Mutia Atiqah, S.S (Koordinator Bidang Pengelolaan Struktur dan Sistem Penyiaran Indonesia) di KPD-SU, pada foto profil What’s App-nya. 
Penulis pribadi menyadari, bahwa silaturahmi semacam ini juga memenuhi kebutuhan manusia untuk saling menghargai (aktualisasi diri), dan terpenuhi kebutuhan psikologisnya (emosional/perasaan), bukan hanya kebutuhan materinya secara fisik, sebagaimana yang penulis pelajari dalam mata kuliah Komunikasi Organisasi.
5.     Menjadi pemimpin yang melayani
Menjadi pemimpin yang bermental melayani, dan bulan sebaliknya, malah bermental dilayani. Jadilah pemimpin yang bermanfaat bagi mereka yang dipimpinnya, dan bukan malah menyulitkan mereka. Musabab, khoirun nas anfa’uhum linnas (sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain).
Semoga Bermanfaat :)

Komentar

Postingan Populer