Etika Komunikasi dalam Organisasi

sumber: www.google.co.id

Etika Organisasi adalah sejauhmana orang-orang dalam organisasi mempunyai tanggungjawab sosial terhadap ilmu dan kemampuan yang dimiliki. Apakah akan digunakan untuk kebaikan atau kejahatan (Zamroni, 2009). Sedangkan, Ilmu Komunikasi Organisasi akan mengalami kemajuan, apabila orang-orang didalamnya mempunyai peradaban, yaitu memiliki Etika Komunikasi Organisasi.
Adapun kegunaan mempelajari etika komunikasi dalam organisasi ialah sebagai berikut:
1.     Ilmuwan yang belajar etika komunikasi organisasi bertanggungjawab terhadap ilmu yang dimilikinya menjadi lebih baik.
2.     Yang menuntun etika adalah logika.
3.      Logika adalah metode untuk meneliti ketepatan penalaran.
4.     Orang yang memiliki etika berpikir secara logika, melakukan penalaran secara positif dan berpikir secara benar.
Sementara, Barbara Toffler (1990) menyatakan, beberapa kerangka untuk berpikir sistematis tentang etika dalam komunikasi organisasi, diantaranya:
1.      Elemen situasi keetikaan:
a.       Masyarakat;
b.      Tuntutan dalam persaingan;
c.       Campur tangan pihak lain;
d.      Disatu sisi ada tuntutan tanggungjawab.
2.       Faktor-faktor organisasi:
a.       Kebijakan, kaedah dan prosedur;
b.      Sistem yang memudahkan dalam implementasi;
c.       Budaya organisasi tentang nilai, kepercayaan dan perilaku;
d.      Cara melakukan pekerjaan.
3.      Faktor-faktor individual:
a.       Mengutamakan kebajikan umum dan kepentingan masyarakat;
b.      Individu dalam organisasi yakin dan percaya dengan nilai-nilai yang mereka yakini;
c.       Kejujuran adalah prinsip untuk pelayanan umum;
d.      Menghargai prosedur yang lebih mudah dengan kaedah/peraturan;
e.  Individu yang bertanggungjawab akan melaksanakan pengendalian, dan cara-cara terpilih untuk mencapai tujuan organisasi.
Charles Redding (1990) menyarankan lima etika minimum dalam komunikasi organisasi, yaitu:
1.      Hargai integritas individual orang;
2.      Beri kesempatan untuk aktualisasi diri;
3.      Melatih kemampuan kritis;
4.      Membiasakan mencurahkan perhatian secara jelas kepada masalah dan isu;
5.      Memberi perhatian terhadap perkembangan jangka panjang.
Crable dan Vibbert (1986) menyatakan, etika dalam organisasi kehumasan, diantaranya:
1.  Pengenalan tugas (analisis citra diri organisasi, penelaahan atas upaya-upaya yang dilakukan, penilaian atas reaksi publik);
2.      Analisis tugas (menentukan publik, menyusun sasaran, menentukan metode evaluasi);
3.      Pelaksanaan tugas (implementasi dan evaluasi terhadap upaya humas dalam kampanye).

Komentar

Postingan Populer