PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN ILMIAH
http://www.star2.com |
“Pertanyaan
yang ‘arif bukanlah pendekatan mana yang lebih baik, antara kuantitatif dan
kualitatif. Tetapi pertanyaan yang ‘arif adalah mana yang lebih sesuai dengan
penelitian kita.” –Goebahan. K.
Tulisan ini merupakan rangkuman dari Buku Ajar Metode Penelitian
Komunikasi (Edisi Revisi 2) karya Juwono Tri Atmodjo., S.Sos., M.Si, milik PR –
Fikom Universitas Mercubuana Jakarta. Berikut rangkumannya dari halaman 1-11:
1.1 Pengetahuan Teoritis Terkait Pengertian dan Ruang Lingkup MPS
Penelitian kuantitatif cenderung bebas nilai alias tidak berpihak untuk
mendapatkan objektifitas. Sedangkan penelitian kualitatif tidak bebas nilai.
Peneliti maupun sumber data (informan) memiliki pandangan, keyakinan, nilai,
kepentingan, kebutuhan, persepsi, konsepsi yang berbeda-beda. Sehingga,
masing-masing pihak akan terikat oleh intrinsik nilai yang dimiliki
masing-masing.
“...istilah ‘objektif’[1]
sering diasosiasikan dengan istilah-istilah: ilmiah (scientific),
empiris, behavioristik, behavioral, struktural, positivistik, fungsionalis,
mekanistik, deterministik, kuantitatif, deduktif, makro, klasik, konservatif,
tradisional, linier, materialis, atomistik, reduksionis, rasionalistik dan
statis. Sedangkan, istilah ‘subyektif’ sering dikaitkan dengan istilah-istilah:
humanistik, interpretif, fenomenologis, konstruksionis, naturalistik,
interaksionis, interaksional, kualitatif, induktif, holistik, eksplanatori,
mikro, kontemporer dan dinamis. Dalam antropologi, pendekatan obyektif dan
subjektif sering dianalogikan dengan pendekatan etik (dari luar) dan emik (dari
dalam).” (Mulyana, 2001: 21).
Pendekatan objektif diterapkan dalam penelitian yang sistematis,
terkontrol, empiris dan kritis atas hipotesis mengenai hubungan yang
diasumsikan diantara fenomena alam. Pendekatan ini memandang bahwa ‘kebenaran’
dapat ditemukan bila kita dapat menyingkirkan campur tangan manusia ketika
melakukan penelitian. Dengan kata lain mengambil jarak dari objek yang diteliti
(Mulyana, 2001: 23).
Berbeda halnya dengan pendekatan subjektif, yang meyakini tidak ada
fenomena yang tunggal, yang dapat dipisah-pisahkan dari konteksnya. Sebab manusia
adalah makhluk yang unik dan aktif dalam berpikir dan bertindak. Disisi lain
manusia dapat menghubungkan gejala yang satu dengan yang lain. Manusia dinamis
dalam menginterpretasikan realita dalam setting situasi dan kondisi yang
melingkupinya (konteksnya), untuk memperoleh pemahaman terhadap objek yang
diteliti tentang manusia. Peneliti harus melebur kedalamnya. Pendekatan ini
lebih terbuka dan dinamis dalam upaya memperoleh kebenaran ilmiah. Perspektif subjektif
ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Sedangkan, perspektif objektif
ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Yang pasti adalah
masing-masing metode memiliki metodologi yang disepakati.
Lazimnya, kegiatan penelitian hanya menggunakan satu jenis metode. Entah
itu kuantitatif ataupun kualitatif. Namun, belakangan muncul pendekatan yang
menggabungkan keduanya, yakni mixed method (metode campuran).
Penelitian
Kuantitatif
|
Penelitian
Kualitatif
|
Ciri-ciri:
·
Deskriptif
Survei
·
Mengetahui
hubungan antar variabel
·
Menggunakan metode
eksperimen
·
Analisis data
|
Ciri-ciri:
·
Studi kasus
eksploratif
·
Studi kasus
deskriptif
·
Studi kasus
eksplanatif
·
Fenomenologis
·
Etnografis
·
Analisis teks
media (framing, wacana dan sebagainya)
|
1.2 Pengertian Metodologi dan Metode Ilmiah
Istilah metodologi dan metode sering dianggap sama, sehingga
digunakan secara terbalik-balik. Supardi (2000: 1-2) menyatakan, research berasal
dari kata ‘re’ yang artinya kembali, lagi dan berulang-ulang. Sedangkan,
‘search’ berarti mencari. Jadi, research adalah upaya mencari dan
mencari lagi dalam hal kebenaran ilmiah. Adapun kata ‘metodologi’ berasal dari
dua kata yakni ‘method’ dan ‘logos’. Method sendiri
berasal dari kata ‘-meto’ yang berarti jalan atau cara, sementara logos
berarti ilmu. Jadi, metodologi adalah ilmu yang menentukan bagaimana cara
memperoleh kebenaran ilmiah.
Menurut Rakhmat (1999: 8) penelitian ilmiah adalah serangkaian
pengamatan yang sambung-menyambung, terakumulasi dan melahirkan teori-teori
yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena. Metode penelitian ilmiah
didukung oleh beberapa teknik penelitian. Misalnya pada kuantitatif; teknik
penarikan sampel, teknik pengumpulan data, penyusunan skala, tabulasi data,
teknik analisis data dan sebagainya.
1.3 Perbedaan Metode Kuantitatif dan Kualitatif
Menurut Kerlinger (1977)
metode kuantitatif adalah a systematic, controlled, empirical, and critical
investigation of hipotetical propositions about a presumed relations among
natural phenomena. Sementara Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004: 3)
mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif. Baik berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Miles dan Huberman (dalam Sukidin (2002: 2) menambahkan
bahwa metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat
dalam individu, kelompok, masyarakat/organisasi dalam kehidupan sehari-hari
secara menyeluruh, rinci, mendalam dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Berikut bagan ciri-ciri keduanya:
Penelitian
Kuantitatif
|
Penelitian
Kualitatif
|
1.
Adanya jarak
antara peneliti dan yang diteliti.
|
Manusia sebagai instrumen penelitian.
|
2.
Penelitian dimulai
dengan kerangka teoritis dan ada upaya untuk menentukan variabel, serta
merumuskan hipotesis.
|
Tidak ada jarak antara peneliti dengan yang diteliti.
|
3.
Objek
fenomena dapat diamati dan ditangkap melalui panca indera, terukur dan dapat
dikuantifikasikan.
|
Penggunaan teori dan konsep untuk memahami fenomena.
|
4.
Analisis data
secara deduktif.
|
Analisis data secara induktif.
|
5.
Perubahan
desain penelitian akan merubah seluruh komponen desain.
|
Data yang dikumpulkann berupa kata-kata dan gambar.
|
6.
Lazimnya menggunakan
random sampling (purposive, snowball, incidental sampling dan
sebagainya) untuk menarik sample dari populasi yang ada.
|
Analisis statistik digunakan hanya untuk memperkuat pemahaman
atas fenomena.
|
7.
Lazimnya
menggunakan analisis statistik untuk pengujian hipotesis.
|
Lebih mementingkan ‘proses’ ketimbang ‘hasil’.
|
-Sekian-
[1] Objektif
artinya temuan-temuan tersebut memungkinkan orang lain dapat menguji ulang
generalisasi tersebut. Baik pada waktu, tempat, cara dan situasi yang lain. Demikian
pula, penelitian tersebut disajikan ‘apa adanya’ tanpa adanya judgement peneliti.
Komentar
Posting Komentar