TEORI AKSI, STRUKTURASI DAN POSTMODERNISME

google.co.id
Teori aksi sering digunakan sebagai acuan teori Mahasiswa FKM dalam pengerjaan skripsi. Saya pribadi tidak tahu pasti kenapa? Tapi, setidaknya itulah yang saya tangkap dari penuturan Pak Fikarwin, dosen Teori Sosial Pembangunan. Merujuk pada beberapa artikel yang saya kumpulkan, berikut adalah rangkuman yang dapat saya paparkan mengenai teori aksi. Cekidot!
Teori aksi dikembangkan oleh Max Weber, seorang sosiolog dan ekonom kenamaan. Max berpendapat, bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Serta untuk mencapai tujuan tertentu (Ritzer, 1983).
Teori Max ini kemudian dikembangkan lagi oleh Talcott Parsons dengan beberapa kritik didalamnya. Salah satunya ialah tindakan individu dipengaruhi oleh tiga sistem, yaitu: sistem sosial, budaya dan kepribadian masing-masing individu. Syamsir (2006: 9-10) merinci tokoh-tokoh teori ini diantaranya: Max Weber, Talcott Parsons dan Emile Durkheim. Inti tesis dari teori ini adalah “tindakan yang penuh arti” dari individu.
Berikut beberapa asumsi dasar mengenai teori aksi:
1.      Tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri sebagai subjek, dan situasi sebagai objek.
2.      Sebagai subjek, manusia bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.
3.      Dalam bertindak, manusia menggunakan cara, teknik, prosedur serta perangkat yang cocok untuk mencapai tujuan.
4.      Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya.
5.      Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi tindakan yang telah dilakukannya secara sadar.
Strukturasi
Strukturasi adalah upaya penyelesaian atas perdebatan mengenai struktur (teori struktural fungsional) dan agen (teori aksi). Teori strukturasi semacam jalan tengah diantara keduanya. Dimana agen (individu) tetap membutuhkan struktur, karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Melainkan terus-menerus membutuhkan orang lain. Keberadaan struktur sendiri juga memungkinkan kita untuk saling bertindak dan berkomunikasi. Namun, struktur tetap membutuhkan agen guna menentukan seperti apa strukturnya.
Aktor:
-          Menjalankan skenario yang telah ada.
Contoh: Laki-laki tidak boleh cengeng, anak perempuan mainnya masak-masakan, dan sejumlah peraturan-peraturan lainnya.
Agen:
-          Individu terlibat dalam tindakan.
-          Bergerak karena ada ukuran.
-          Menciptakan sesuatu.
-          Mengubah dunia, sesederhana apapun itu.
Postmodernisme
Postmodernisme adalah upaya untuk menggugat kebenaran yang selama ini diyakini. Dengan cara melakukan dekonstruksi atas apa yang selama ini terbangun. Mereka meyakini bahwa kebenaran itu tidaklah satu dan mutlak, apalagi bersifat universal. Musabab, kebenaran itu tergantung pada isu dan waktu tertentu. Contoh: upaya merubah kriteria perempuan cantik dan LGBT adalah bentuk dekonstruksi terhadap nilai-nilai yang selama ini dianut.
Berikut beberapa contoh teori struktur dalam kehidupan sehari-hari, yang dikutip dari artikel “Cermin Bagi Manusia” karya Clyde Kluckhohn.
1.      Kita menggosok gigi pada pagi hari. Kita mengenakan pantalon, dan bukan cawat atau rok yang terbuat dari jerami. Kita makan tiga kali sehari dan tidak empat kali atau dua kali. Kita tidur di ranjang, tidak diatas tikar yang terbuat dari bulu domba atau diatas ayunan. Kita tidak perlu tahu mengenai asal-muasal aturan-aturan ini, melainkan hanya menjalaninya saja (hal: 71).
2.      Seorang keturunan Amerika yang bermata biru dan berambut pirang. Namun, gaya jalannya seperti orang Cina, gerakan tangan dan lengan seperti orang Cina, ekspresi wajah orang Cina, dan cara berpikir Cina. Hal ini terjadi karena pendidikan kebudayaan yang ia dapatkan ialah secara Cina (hal: 72).
3.      Apa yang kita makan tentu saja terbatas menurut ketersediaan makanan yang dapat dimakan. Tetapi juga apa yang kita makan tersebut sebagian diatur oleh kebudayaan kita (hal: 75).     
4.      Peraturan mengenai apa yang harus dan apa yang tidak boleh (91).
5.      Tradisi agama Kristen cenderung menganggap seks itu kotor dan berbahaya. Kebudayaan lainnya menganggap bahwa seks tidak hanya alamiah tetapi juga indah. Meskipun kelakuan seks dengan orang-orang tertentu pada keadaan tertentu dilarang (92).
6.      Banyak anggota masyarakat kita yang beranggapan, bahwa cara terbaik untuk membuat orang bekerja lebih keras dan rajin adalah dengan menaikkan upah. Mereka beranggapan bahwa sudah sifat manusia senantiasa ingin menambah hartanya. Tetapi, berbeda halnya dengan orang-orang kulit putih di Kepulauan Trobiand Melanesia. Mereka bisa saja menjadi kaya raya dengan hanya mencari mutiara. Namun, mereka hanya bekerja sekedarnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja (101).
7.      Wanita Amerika akan lebih suka bekerja sebagai hostess pada sebuah restoran daripada menjadi pembantu rumah tangga walaupun gajinya lebih tinggi. Pada beberapa masyarakat pekerjaan sebagai tukang besi merupakan pekerjaan yang paling dihormati sedangkan pada masyarakat lain mungkin sebaliknya. Anak-anak kulit putih di sekolah-sekolah dimotivasi oleh prestasi sekolah, sedangkan anak-anak dari beberapa suku bangsa Indian akan enggan bekerja keras bila tidak bersama-sama dengan teman-temannya yang lain (102). 
-Sekian-

Komentar

Postingan Populer