TENTANG CINTA
oretanmu.com |
Hancur, remuk, redam, patah hatiku. Merasakan sembilu yang tak
berdarah ini. Andaikata harakiri dilegalkan di negara ini. Mungkin, aku akan
memilih mati bunuh diri. Tapi, jika seperti itu, bukankah aku seperti orang
yang tidak beragama? Oke. Aku tidak akan melakukan itu. Aku hanya berharap
waktu berlalu begitu cepat. Sehingga, tinggal 17.520 jam lagi, dan aku akan
benar-benar mengeyahkan rasa sakit ini. –Goebahan. K.
Cinta itu akan kembali padamu, ketika saatnya telah tiba. Jadi, tak
perlu kau paksakan datangnya. Sebab cinta yang berlandaskan paksaan, apalagi
gengsi juga tidak baik pada akhirnya. Cinta itu ada banyak bentuknya; ada cinta
monyet, ada cinta bertepuk sebelah tangan, dan ada cinta mati. Tapi saran saya,
jangan kau pilih ketiga-tiganya. Pilih saja cinta sejati. Agar kau tidak
kekanak-kanakan, tidak baper sendiri. Apalagi hanya membodohi dirimu saja.
Seorang pecinta sejati akan menyiapkan segala sesuatunya. Ia yakin
dan percaya, bahwa cepat atau lambat, jauh atau dekat dan susah atau mudah,
cinta sejati pastikan diraihnya. Jadi, ga usah galau lagi ya, kan ada Allah :) Cinta
butuh persiapan matang, entah materiil maupun moriil. Jadi, ga usah galau lagi
ya, wkwkwk. Ada 200 juta lebih penduduk di Indonesia, dan banyak
diantaranya terdiri dari perempuan. Jodohmu ga akan lari kemana-mana koq. Jadi,
jika ada obat yang paling mujarab untuk menghilangkan sakit hati itu adalah
menyibukkan diri. Ga usah percaya sama saya, percaya saja sama Allah. Move on
ya! :)
Kuantitatif itu mencintai seseorang dalam diam. Dia observer, yang
diam-diam begitu perhatian terhadap orang yang dicintainya. Kuantitatif punya
skala yang jelas dalam mencintai seseorang. Tidak main-main, semuanya serba
terukur. Hari ini, esok dan lusa ia telah punya planning dalam membangun
hubungannya, dan telah tertata rapi. Kuantitatif mencintai seseorang karena
fakta dan realitas, bukan karena mimpi basah di siang hari. Apalagi lantaran
ikut-ikutan. Ia mencintai seseorang karena memang telah mengkalkulasikan segala
sesuatunya.
Sayang, kuantitatif bukan tipe yang suka berterus terang, sehingga
pasangannya bisa dipastikan cepat bosan. Dia juga terlalu perfeksionis,
sehingga secara tidak langsung malah membuat takut pasangannya. Ya, memang
tidak ada metodologi cinta (hahaha) yang sempurna. Tapi setidaknya, dari
kuantitatif kita belajar, bahwa seharusnya cinta itu bukan cakap, bukan sampah
dan bukan diawang-awang semata. Akan tetapi memang telah melalui serangkaian
persiapan yang matang. So, the dream comes true.
Berbeda halnya dengan kualitatif. Tidak ada jarak diantara hubungan
yang ia bangun. Semua proses berjalan dengan penuh pemahaman dan penghayatan
antara masing-masing pihak. Sehingga cinta bisa begitu lengket, seperti cokelat
pra proses pemanggangan. Tipe kualitatif ini sangat romantically. Dengan pemahaman
yang mendalam itu, ia coba memecahkan berbagai permasalahan cinta yang ada. Pada
masa ‘pdkt’ ia tidak sedikit pun takut ditolak termasuk dicampakkan. Baginya proses
itu lebih penting ketimbang hasil.
Sayang, tipe ini terlalu
berterus terang, berterang terus. Sehingga sering mengejutkan pasangannya. Ia juga
terlalu sibuk dengan kata-kata manis, gombalan dan jalan-jalan makan. Sehingga uang
pun habis percuma. Terlalu banyak uang yang dihabiskan untuk menyenangkan
pasangannya. Ia tidak memiliki skala pengukuran yang jelas akan masa depannya,
yang penting jalan saja dulu! Tetapi dari metodologi cinta (hahaha lagi) ini
kita lagi-lagi belajar, bahwa hubungan yang baik pasti berlandaskan pemahaman
bersama. –Goebahan. K.
“Karena cinta tidak harus diungkapkan dalam kata-kata. Namun juga
bisa melalui tatapan, perhatian dan bahkan keheningan ketika berjumpa.”
–Goebahan. K.
“Mengubah pola hidup harus persisten! Jangan nyerah, jangan malas,
juga putus asa!” –Fikarwin Zuska, Antropolog USU.
“Hal yang paling penting itu, bukan bagaimana konflik tidak
terjadi. Tapi bagaimana dari situ, kita berusaha saling mengerti dan memahami,
sehingga hubungan ini bisa lebih baik lagi kedepannya.” –Goebahan. K.
“Hal yang paling tidak menyenangkan adalah saat kau tahu, bahwa
orang yang paling kau harapkan tak punya perasan apa-apa padamu. Disaat itu,
mungkin engkau hanya bisa tergugu, dan seolah-lah tidak pernah terjadi apa-apa
dengannya. Bahkan, kau masih mau menolongnya dengan secuil harapan yang masih
tersisa. Kau tahu bosku, kau itu sangat menyedihkan. Mengharapkan sesuatu yang
seharusnya tidak kau harapkan. Kau tahu bosku, kau itu telah sampai ke taraf
cinta yang mem-bo-doh-kan! Wake up! –Goebahan. K.
“Ketika integritas hanya ada di mulut, maka di Indonesia, pelakunya
akan berakhir menjadi meme-meme kocak nan satire, bahkan dibuatkan game dan
lagunya. Ketika integritas hanya ada di papa bungan ucapan selamat dan
pelantikan, maka tampaknya tiang listrik menjadi lebih berwibawa di mata kita”.
–Goebahan. K.
“Kalau pacaran itu Cuma sekedar bawa pasangan ke mall dan
makan-makan. Itu namanya bukan pacaran, tapi pemborosan anggaran dan agenda
memperbesar perut saja”. Goebahan. K.
Komentar
Posting Komentar