ANALISIS WACANA KRITIS NORMAN FAIRCLOUGH
Foto: Norman Fairclough yang terkenal dengan analisis wacana kritisnya (sumber: Google). |
Adapun jenis-jenis analisis wacana, terutama yang berparadigma kritis adalah analisisi wacana kritis Norman Fairclough, analisis wacana
kritis Theo Van Leeuwen, analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk, analisis wacana kritis Ruth Wodak, dan analisis wacana kritis Sara Mills. Salah satunya adalah analisis wacana kritis Norman Fairclough yang mendasarkan analisisnya pada
pertanyaan, “Bagaimana menghubungkan teks berita
yang mikro dengan konteks masyarakat yang makro?”. Sehingga, ia
mengkombinasikan tradisi analisis tekstual dengan
konteks masyarakat yang lebih luas.
Analisis
Wacana Kritis Norman
Fairclough memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: 1) Teks berita dipahami sebagai sebuah tindakan; 2) Analisis wacana
kritis mempertimbangkan aspek konteks seperti latar, situasi, peristiwa dan
kondisi, yang turut memengaruhi isi teks berita; 3) Teks berita diproduksi
dalam konteks tertentu, dan tidak bisa dimengerti tanpa menyertakan konteks
tersebut dalam analisisnya; 4) Analisis Wacana Kritis sangat mempertimbangkan setiap elemen dalam analisisnya; dan 5) Ideologi media
terkait dalam memproduksi berita adalah konsep utama dalam analisis wacana kritis.
Norman
Fairclough (dalam Badara, 2012: 26) membagi analisis wacana kritisnya kepada tiga dimensi: Pertama, dimensi teks (mikrostruktural), dengan menganalisisnya secara bahasa; Kedua, praktik wacana (mesostruktural), dengan menganalisis hubungan antara proses produksi teks dan
teks itu sendiri; dan Ketiga, dimensi praktik sosiokultural (makrostruktural), dengan
menganalisis hubungan teks berita dengan
konteks-konteks yang melatarbelakanginya,
seperti: konteks situasional, institusional dan sosial.
Berikut penjelasan khusus terkait dimensi praktik sosiokultural:
1.
Konteks Situasional
(Situasi)
Pada umumnya, setiap teks lahir dalam kondisi yang mengacu kepada
waktu dan suasana yang khas (unik).
Dengan kata lain, aspek situasional lebih berorientasi pada konteks
peristiwa yang aktual dan faktual.
2. Konteks Institusional (Institusi)
Konteks ini menjelaskan pengaruh institusi terhadap isi teks berita. Institusi ini dapat berasal dari kekuatan
dalam maupun luar media. Dengan demikian, produk media berupa teks pemberitaan tidak pernah bisa
dilepaskan dari proses produksinya. Proses produksi dan teks pemberitaan selalu
berada pada satu garis horizontal, dimana
kepentingan-kepentingan dalam institusi media ada di dalamnya.
3. Sosial
Konteks sosial berpatokan kepada aspek mikro seperti sistem ekonomi, politik, budaya masyarakat dan sebagainya. Dimana teks mengandung sebuah ideologi tertentu yang disisipkan produsennya. Dengan demikian, teks berita harus dibedah sampai hal-hal
yang mendalam (indepth).
Penghubung antara analisis teks
berita dengan praktik sosiokultural
adalah praktik wacana. Artinya, sebuah teks diproduksi sangat
bergantung pada diskusi
bersama di
dapur media (ruang redaksi). Norman Fairclough
(1995: 37-38) menganalogikan praktik wacana seperti
hubungan guru dengan muridnya, yang juga amat ditentukan
oleh faktor institusi (sekolah)-nya. Begitupula halnya
yang berlaku di media massa. Hubungan antara wartawan,
redaktur dan pemimpin redaksi,
perusahaan media, juga pimpinan umumnya sangat
menentukan isi teks pemberitaan.
Komentar
Posting Komentar