Model Proses Komunikasi
Ilustrasi perempuan berhijab sedang belajar (sumber: www. google.co.id) |
Menurut
Carl I. Hovland (dalam Abdurrachman, 1995) komunikasi adalah proses seorang
individu mengoperkan simbol-simbol tertentu untuk merubah tingkah laku
seseorang. Sedangkan, menurut Ruslan (1998), proses komunikasi
diartikan sebagai transfer informasi
oleh komunikator
kepada komunikan. Rangkaian proses komunikasi ini bertujuan untuk tercapainya saling pengertian
atas suatu pesan. Dari definisi ini dapatlah disimpulkan, komunikasi
membutuhkan proses untuk mengirim pesan dan terciptanya pemahaman bersama.
Berikut beberapa penjelasan terkait model proses komunikasi:
1.
Model
Proses Komunikasi Kotler
Model proses komunikasi Kotler terdiri dari berbagai unsur seperti sender,
encoding, message/media, noise, decoding, receiver,
response, dan feedback. Proses komunikasi akan berjalan efektif,
apabila prosesnya berjalan sesuai dengan tahapan unsur-unsur tersebut. Dengan proses komunikasi yang
beraturan, maka sender dapat mengukur sejauhmana efektifitas pesan yang
tersampaikan, sekaligus menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki proses
penyampaian pesannya menjadi lebih baik.
Sebelum pesan dikirim maka akan disandikan
lebih dulu kedalam bentuk simbol-simbol (verbal/nonverbal). Hal ini dimaksudkan
agar pesan yang tersampaikan dapat lebih maksimal. Kemudian pesan dari sender
akan dikirimkan kepada receiver melalui media massa. Pesan yang diterima
oleh receiver kemudian diterjemahkan kembali menurut pemahaman mereka.
Adapun hasil akhir dari proses ini adalah terciptanya respon/feedback
receiver sesuai dengan keinginan sender (meskipun tidak 100% -red).
Contoh: PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh sebagai sender mengirimkankan
pesan, bahwa infrastruktur pendidikan Indonesia belum memadai seperti kondisi
fisik sekolah yang memprihatinkan, ketersediaan buku hingga tenaga pengajar
yang minim.
Pesan tersebut disampaikan
melalui program ‘Indonesiaku’ Trans7 dengan judul “Desa Suppirang, Menanti
Pendidikan yang Layak untuk Kami”, pada Selasa, 20 Maret 2018 pukul 15:45 wib.
Dari tayangan tersebut receiver memahami, infrastruktur pendidikan yang
memadai belum merata di Indonesia. Selain itu, pemerintah setempat sebagai receiver
primer langsung bergerak untuk menyelesaikan masalah ini. Menurut Kotler,
model proses komunikasi rentan mengalami gangguan seperti kesalahan saat
menayangkan antara teks dengan gambar, buruknya sinyal, mati lampu, mik mati
dan sebagainya. Hal ini tentu menghambat proses komunikasi massa untuk berjalan
maksimal.
2.
Model Proses Komunikasi
Antarbudaya
Model proses komunikasi antarbudaya dikemukakan oleh Gudykunst dan Kim
(1992: 33). Model ini menyatakan, penyandian pesan dan penyandian balik pesan
amat sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Contoh: Saat seseorang menonton
adegan memakan ulat sagu, mungkin hal tersebut sah-sah saja baginya sebagai
bagian dari kekayaan budaya. Namun, dalam perspektif KPI tayangan tersebut bisa
saja melanggar Standar Program Siaran Bab XIII, Bagian Pertama, Pasal 23 yang
berbunyi, program siaran yang memuat adegan kekerasan dilarang: e. menampilkan
adegan memakan hewan dengan cara yang tidak lazim.
Komentar
Posting Komentar