REMEMBER: WAR OF THE SON

sumber: www.google.co.id

Remember: War of The Son mungkin adalah serial televisi bergenre drama ruang pengadilan, yang menurutku cukup detail dalam gaya penceritaannya. Hanya saja, film ini terlalu berfokus kepada tokoh utama yang ingin menyelamatkan ayahnya dari tuduhan palsu, sehingga adegan ‘percintaan’ menjadi minim sekali. Padahal, selama ini hal itulah yang menjadi ‘nilai jual’ dari setiap drama Korea yang kutonton.
Dari film ini, aku mengerti tentang pentingnya perlindungan terhadap saksi dan/atau korban dari suatu tindak pidana, sebab bukan tidak mungkin ‘mereka’ akan disasar atau kembali disasar oleh ‘oknum-oknum’ yang tidak bertanggung jawab (bisa jadi atas suruhan terdakwa) sebelum memberikan kesaksian di kursi pengadilan. Beruntung, di Indonesia, kita memiliki LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban). Semoga dapat melaksanakan tugas dengan maksimal ya!
Oya, ngomong-ngomong soal hukum, semoga saja potret hukum di negeri kita tidak lagi timpang. Hukum koruptor dengan seberat-beratnya hukuman, sebagaimana dilakukan oleh hakim panutan kita, Hakim Agung Artidjo Alkostar, sehingga koruptor tersebut jera dan tidak menjadi panutan bagi para calon koruptor lainnya.
Selain itu, menjelang Pilpres seperti sekarang ini, semoga penerapan hukum kita juga tidak tumpang tindih (baca: menghukum lawan dan menyelamatkan kawan). Kurasa hukum sama seperti media harus benar-benar ‘independen’ dalam artian tidak berpihak, kecuali kepada kebenaran dan keadilan, sehingga hukum sebagai panglima di negeri ini benar-benar bisa menyelamatkan demokrasi dari ancaman pluktokrasi. Yaitu satu sistem negara yang hanya akan menguntungkan orang-orang kaya dan punya akses kekuasaan saja. Semoga, semoga, semoga! 

Komentar

Postingan Populer