Keseharian Wartawan oleh: Cici Rama Dwiyanti

 

sumber: blogspot.com.

Menjadi seorang jurnalis atau wartawan bukanlah tugas yang mudah. Butuh mental baja jika ingin terjun ke dunia jurnalis. Menjadi seorang jurnalis tak kenal waktu. Tak ada batasan seorang jurnalis harus pulang ke rumah, berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga. Tak peduli pagi, siang, sore, malam. Tak peduli petir, hujan dan badai, tugas meliput dan menggungkap sebuah fakta harus tetap dilaksanakan.

Tak hanya menemui kesulitan di medan peliputan, ada permasalahan pelik yang harus ditemui oleh para jurnalis. Di sejumlah negara, kebebasan pers dan jurnalisme merupakan barang langka. Masih ada sejumlah pegiat jurnalistik di sejumlah tempat di mancanegara yang terbelenggu dalam melakukan aktivitasnya.

Seperti kebanyakan kasus, salah satu faktor utama penyebab terbelenggunya kebebasan pers adalah pemerintahan yang tidak menghargai kebebasan bagi para jurnalis untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai corong informasi, kubu kritik pemangku kekuasaan, hingga pengungkap kebenaran untuk publik.

Seperti Wiliam Howard Russell, beliau adalah reporter berdedikasi dalam sejarah. Russell dikenal sebagai orang Irlandia yang keras kepala dan susah diatur. Meski begitu The Times Of London mengirim Russell untuk meliput perang Krimea, sebuah perang besar tahun 1953 antara Rusia, Inggris, Perancis yang membunuh hampir satu juta orang.

Sementara di sana, Russell malah mabuk-mabukkan dan melakukan hal yang tidak diharapkan. Namun, salah satu hal yang dilakukan oleh Russell dan mampu mengubah wilayah tersebut, ia menulis banyak nyawa yang berjatuhan di sana. Jasad para prajurit perang dan orang biasa bergeletakan dan tak diurus sama sekali.

Tak hanya menggambarkan kondisi Krimea yang dipenuhi lautan jasad, tetapi Russell juga menggambarkan banyak warga sakit, bahkan sekarat yang terbengkalai. Tulisan ini banyak dibaca oleh orang dan menimbulkan rasa prihatin yang mendalam. Para tentara perang sangat membenci laporan ini. Pada satu momen, tentara mencoba menakut-nakuti Russell agar pergi dari wilayah tersebut. Namun bukan jurnalis tangguh, kalau Russell harus menyerah begitu saja. Ia tetap tinggal dan melanjutkan laporan-laporannya.

Banyak reaksi publik yang menuntut para tentara Inggris untuk membangun rumah sakit dan menggobati orang-orang luka. Mulai dari laporannyalah sebuah rumah sakit di Krimea mulai dibangun. Meski begitu, jadi jurnalis adalah sebuah panggilan jiwa. Seberat apapun jurnalis sejati akan selalu melaksanakan tugasnya demi kepentingan orang banyak.

Komentar

Postingan Populer