U&G Dan Open Mind Kala Mengonsumsi Media
Sumber: www.google.co.id. |
- Berfokus Pada Kegunaan Sebagai Tujuan
Tentu,
kata ‘kegunaan’ tidak asing lagi dalam Ilmu Komunikasi. Bagi Mahasiswa/I Ilmu
Komunikasi, ‘kegunaan’ erat kaitannya dengan Teori ‘Uses and Gratification’. Dimana pesan dari suatu media akan kita
sesuaikan dengan kegunaan dan kepuasan yang akan kita peroleh. Tentu, kegunaan
dan kepuasan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda. Untuk itu, kegunaan
tersebut harus dibatasi dengan tujuan yang jelas. Tanpa tujuan yang jelas,
tentu menempatkan diri pengguna media dari efek yang tidak diinginkan. Contoh:
Saat berselancar di dunia maya, kita kerap tanpa sengaja melihat iklan-iklan
berkonten dewasa, baik itu dari iklan obat kuat dan sebagainya. Akibat adanya
rasa ingin tahu, akhirnya kita melenceng dari tujuan awal. Jika tidak dibatasi
jelas akan sangat berbahaya. Apalagi jika diakses oleh anak-anak, yang
struktural pengetahuan media mereka masih sangat minim.
- Mengembangkan Kesadaran yang Akurat akan Keterbukaan
Menurut kami, poin ini berkaitan erat saat kita mengonsumsi suatu pemberitaan. Kecenderungan kita saat ini adalah mengonsumsi
suatu pemberitaan, yang kita yakini akan semakin meneguhkan keyakinan kita (reinforcement). Biasanya informasi
tersebut berkaitan erat dengan pilihan politik si pengguna media. Contoh:
Khairil adalah pendukung Prabowo di tahun 2014 silam, meski kalah dalam Pilpres
sebelumnya, ia tetap mendukung Prabowo. Lantas, untuk memenuhi informasinya,
Khairil mengonsumsi media tvOne, viva.co.id yang tergabung dalam viva group dan jelas-jelas kontra
Jokowi. Hal itu Khairil lakukan, karena Khairil hanya ingin mendapatkan
informasi yang semakin meneguhkan keyakinannya bahwa Prabowo layak dan pantas
menjadi presiden di tahun mendatang. Secara keterbukaan, jelas Khairil sangat
tertutup dan hanya terpapar informasi dari satu dan dua media saja.
Berbeda halnya dengan Amira, yang lebih terbuka
dalam mengonsumsi pemberitaan politik. Meskipun ia jelas-jelas merupakan pendukung
Jokowi, begitupula dalam Pilpres 2019 ini, namun dia tidak hanya mengonsumsi
pemberitaan terkait dari Metro TV, metrotvnews.com, Media Indonesia,
ataupun Republika.
Ia tetap mengonsumsi pemberitaan-pemberitaan lain, bahkan dari postingan media sosial yang tak jarang
menjelek-jelekkan Jokowi. Hal ini Amira lakukan, agar ia tidak mendapatkan
pemberitaan yang simpang-siur terkait keduanya. Mungkin, mulanya Amira membenci
postingan-postingan akun anonim yang
menghina Jokowi dan kinerjanya selama menjabat sebagai Presiden. Tetapi
lama-kelamaan, ia mulai menyadari apa yang menjadi kelebihan sekaligus
kekurangan Jokowi sebagai presiden pilihannya, sehingga dapat lebih bersikap
dewasa dalam menentukan pilihannya kelak. Tentu, apa yang dilakukan Amira perlu
menjadi perhatian kita bersama, dimana dalam mengonsumsi media kita harus
bersifat adil, dan tidak hanya mengedepankan ego sektoral.
Komentar
Posting Komentar