PELAJARAN BERHARGA DARI MNC TRIJAYA MEDAN 95.1 FM (BAG. 3)

 

Medan (31/08/20) -- Berfoto bersama Penanggung Jawab Radio MNC TRIJAYA MEDAN 95.1 FM, Bapak Iskandar Prapanca (kedua dari kanan) usai melakukan kunjungan industri ke radio tersebut. Dari Pihak Polimedia turut hadir Kepala Program Studi Penerbitan, Bapak DR. Faudunasokhi Telaumbanua, S.E., MM; Dosen Pengampu Mata Kuliah Etika Profesi dan HaKI, Khairullah, S.I.Kom, M.I.Kom; dan Mahasiswa/I yang diwakili oleh Dian Felix Meidivo L. Tobing, Muhammad Khadafi, serta Dwi Utami Amalia. Kunjungan Mahasiswa/I Semester V ini dalam rangka menambah pemahaman mereka terkait dengan ‘Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Proses Peliputan dan Pemberitaan di Radio’.


Ada banyak pelajaran berharga yang saya dapat dari MNC Trijaya Medan 95.1 FM ‘The Real News and Information’. Ketika itu dalam rangka kunjungan industri bersama mahasiswa-mahasiswi saya. Dengan harapan dapat menambah pemahaman mereka terkait dengan ‘Pentingnya Menerapkan Kode Etik Jurnalistik dalam Proses Peliputan dan Pemberitaan di Radio’. Kala itu, kami bertemu dan berbincang-bincang langsung dengan penanggung jawab radio tersebut, yakni Bapak Iskandar Prapanca. Beliau bertutur sebagai berikut:

Ketiga, namun di saat itu memang keberadaan media elektronik lebih unggul dari media cetak. Hal ini karena karakteristik media elektronik yang mengandalkan audio dan/atau audio+visual. Sehingga, khalayak tidak perlu mengeluarkan suatu usaha ekstra untuk memperoleh suatu informasi atau pun hiburan. Seperti halnya radio, media komunikasi massa dengar ini dapat langsung dinikmati cukup dengan menyimaknya, sembari bersantai atau pun sembari menyetir mobil.

Saya kira sama halnya dengan saat ini, di mana keberadaan media digital turut andil dalam menurunkan pamor media konvensional seperti televisi, radio dan koran, serta usaha lainnya yang serupa. Untuk itu, saran Pak Prapanca ialah pentingnya setiap jenis media untuk berkonvergensi. Artinya, keadaan menuju satu titik pertemuan antara media konvensional dan media digital. Seperti siaran televisi yang kini dapat kembali disaksikan melalui aplikasi You Tube dan lain-lainnya. Bahkan, beberapa stasiun televisi berjaringan (SSJ) yang berpusat di Jakarta telah memiliki aplikasi sendiri untuk menonton program acara mereka. Seperti Vidio milik Emtek (Elang Mahkota Teknologi) Group yang menaungi Indosiar dan SCTV.

Bahkan, saya yang pernah bertugas menjadi pemantau di KPI Daerah, kerap memanfaatkan aplikasi ini, untuk kembali mengawasi (monitoring) beberapa konten yang ketinggalan saya tonton. Apalagi, sifat televisi yang memang irreversible (sesuatu yang sudah disajikan tidak dapat diulang kembali). Berbeda halnya dengan platform modern, di mana penggunanya dapat lebih aktif dan dinamis dalam menentukan apa yang ingin dtontonnya.

Begitu pula dengan siaran radio yang dapat didengar kembali melalui aplikasi spotify, radio garden, dan/atau langsung men-download aplikasi sesuai dengan nama call sign radio tersebut di playstore atau pun appstore. Beberapa radio di daerah juga telah bertransformasi mengikuti perkembangan, sehingga juga dapat diakses secara streaming di situs radio terkait. Secara kualitas suara juga, radio online lebih jernih ketimbang audio yang dihasilkan oleh radio yang menggunakan frekuensi. Oleh karena itu, RRI sebagai pelopor radio tertua di Indonesia, juga telah meng-upgrade dirinya, sehingga semua produknya dapat dinikmati hanya dalam satu genggaman. Meliputi Pro 1, Pro 2, Pro 3 dan Pro 4. Meliputi pemberitaan dan penyiaran secara tertulis, audio maupun audio+visual (motion pictures).


Komentar

Postingan Populer