IMPERIALISME MEDIA
krimdhl.files.wordpress.com |
Tulisan ini merupakan rangkuman dari slide Teori Sosial
Pembangunan (pasca mid) karya Amir Purba., Ph.D, yang kemudian dikembangkan
kembali. Berikut rangkumannya slide per slide:
Berangkat dari teori modernisasi milik negara maju, bahwa media
memiliki peranan besar dalam pembangunan nasional (modernisasi). Media sebagai
agen modernisasi, memperkenalkan nilai-nilai Barat (Westernisasi), yang
perlahan-lahan telah merusak nilai-nilai dan pandangan tradisional/lokal. Malah
yang terkenal sekarang ini adalah nilai-nilai kapitalisme, hedonisme dan
konsumtif. Sayang, masyarakat negara berkembang tidak menyadarinya, karena
proses ‘imperialistis’ dilakukan secara sengaja, disadari dan sistematis bahkan
masif. Sehingga, negara berkembang berada dibawah kepentingan dan kekuasaan
kapitalis.
Menurut Andre Gunder Frank, ketergantungan merupakan rantai
hubungan yang ‘eksploitatif’; perampasan dan pemindahan surplus lewat rentetan
hubungan “metropolis (negara maju) vis a vis satelit (negara berkembang)". Dalam artian,
ketergantungan adalah “Hubungan antara dua ekonomi nasional (atau dua kelompok
sosial dalam ekonomi nasional)", dimana perkembangan ekonomi negaa yang
bergantung (terbelakang) dikondisikan oleh perkembangan ekonomi negara-negara
metropolitan. Jadi, kita sebagai negara berkembang membebek saja kepada negara
maju. Menyedihkan!
Berikut beberapa gejala ketergantungan media:
1.
Kemajuan
ilmu dan teknologi media massa, menyebabkan hanya ada satu macam arus
informasi: arus vertikal, dari atas ke bawah (trickle down effect),
membawa pesan yang tidak berubah-ubah (monoton), yang diproduksi oleh
segelintir orang saja dan diterima oleh semua, karena sifat media massa yang
memang menyeluruh.
Menghadapi
kenyataan ini, mentalitas media massa kita bereaksi dengan meningkatkan arus
vertikal dimaksud: upaya-upaya, seperti memperbanyak jumlah koran (di
daerah-daerah), pesawat penerima televisi (mengakuisisi tv-tv daerah). Terutama
di negara-negara berkembang, tanpa menyadari bahwa arus vertikal inilah yang dipermasalahkan, karena telah terjadinya
konglomerasi media yang mengorbankan kualitas konten penyiaran terutama di
daerah, demi keuntungan profit semata.
2.
Pada kenyataannya komunikasi (tidak seperti
aspek-aspek lainnya) menyentuh bidang-bidang sosial dan psikologis manusia.
Ketidakseimbangan kuantitatif berarti pula ketidakseimbangan kualitatif, yang memengaruhi pikiran yang disebut “membentuk
kondisi pikiran”, sekalipun proses tersebut tidak disengaja. Walhasil, terciptalah mobilisasi kesadaran masyarakat (hegemoni), demi tercapainya tujuan-tujuan elit semata.
3.
Hegemoni dan dominasi tersebut terbukti
pada ketidakacuhan media negara maju, terutama di Barat terhadap keluhan dan keinginan negara berkembang. Dimana konten lokal tergusur oleh budaya-budaya westernisasi. Dasarnya adalah kekuatan teknologi,
kultural, industri, dan keuangan; yang mengakibatkan hampir semua negara
berkembang jatuh menjadi konsumen
informasi yang dijual sebagai komoditi.
Komentar
Posting Komentar