MENGHARGAI NIKMAT WAKTU
img.okeinfo.net/ |
Tanpa terasa, kita telah berada di tahun 2018 merujuk pada kalender
Romawi. Namun pertanyaannya, “Sudahkah kita menghargai waktu sebagai sebuah
nikmat dari-Nya?”. Tentu, kita berharap di tahun baru ini, kita menjadi insan
yang lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya.
Dalam al-Qur’anul Karim, Allah SWT ada banyak sekali bersumpah atas
nama waktu. Contohnya: Demi masa (Wal ashr), Demi malam (Wal lail), Demi
waktu matahari sepenggalan naik (Wad dhuha) dan sebagainya. Ayat-ayat ini
menunjukkan, bahwa begitu pentingnya waktu dalam Islam. Namun, perlu menjadi
catatan bahwa hanya Allah lah yang berhak bersumpah atas nama waktu. Sementara
manusia tidak diperbolehkan, karena dapat menjurus kepada syirik (menyekutukan
Allah). Manusia hanya diperbolehkan bersumpah atas nama Rabb-nya, yakni Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Sayang, dalam hal penghargaan waktu, manusia masih sering berkeluh
kesah. Mulai dari pengakuan akan sedikit dan cepatnya berjalan waktu. Padahal,
Allah telah memberikan waktu kepada manusia dalam proporsi yang sama, yakni
sama-sama 24 jam! Pertanyaannya, “Sudah seberapa efektif dan efisien kah kita
dalam penggunaannya?”. Terbukti, hanya orang-orang yang rajin memanfaatkannya
dengan baik, yang dapat memperoleh kesuksesan dalam hidupnya. Sementara,
orang-orang yang malas itu hanya bisa berkeluh kesah sepanjang hidupnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan
nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya
menetapi kesabaran”.
Dari ayat di atas menunjukkan, bahwa manusia benar-benar dalam
keadaan merugi jika tidak mengisi siang dan malamnya dengan hal-hal yang berfaedah.
Seperti: 1) Beriman dan mengerjakan amal shalih. Musabab sebagaimana kita
ketahui, bahwa hakikat hidup seorang muslim di muka bumi adalah untuk beribadah
kepada-Nya. Baik yang dilakukan secara vertikal (hablum minallah) dan
horizontal (hablumminan nas); 2) Saling nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran. Menunjukkan
bahwa muslim dengan muslim yang lain berjiwa kolektivistik, dan saling
merangkul satu sama lain. Saling mengingatkan jika ada yang khilaf, guna
sama-sama menuju kepada kebenaran; dan 3) Saling nasihat-menasihati dalam
kesabaran. Artinya Islam adalah agama yang meniscayakan homo socius (manusia
sosial), yang berketergantungan antara satu dengan yang lain. Pada hakikatnya,
manusia tidak dapat hidup sendiri, karena ia membutuhkan penguatan dari orang
lain dalam menghadapi cobaan.
Oleh karena itu, di tahun baru ini mari kita semakin menguatkan
ibadah kita. Dapat dimulai dengan shalat tepat pada waktunya. Sebab Allah SWT
pernah berfirman, “Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS [4] An-Nisa: 103). Begitupula
halnya dengan bekerja, sudah seyogyanya tahun baru ini kita sikapi dengan
semakin meningkatkan etos kerja kita. “Dua nikmat yang kebanyakan manusia
rugi di dalamnya: kesehatan + kelapangan waktu (kesempatan).” (H.R
Bukhari). Musabab itu, pergunakanlah waku dengan sebaik-baiknya!
Begitupula halnya dengan para pelajar, harus mempergunakan waktu
dengan baik untuk membaca dan menyerap ilmu pengetahuan. “Menurut penelitian
Baldrige (dalam Sudarman, 2008: 230), masyarakat modern dituntut untuk mampu
membaca tidak kurang dari 840.000 kata per-minggunya. Jika Kemampuan Efektif
Membaca (KEM) yang kita miliki hanya 250 kata per menit (kpm), apalagi jika
kita tidak suka dan tidak bisa membaca secara efektif, waktu kita bisa boros.’
“Padahal waktu yang kita gunakan untuk membaca, rata-rata hanya 4
jam/hari. Dengan demikian kecepatan membaca kita harus dilipatgandakan menjadi
500 kpm. Bagaimana jika waktu kita untuk membaca lebih sedikit lagi? Tentu
dianjurkan untuk bisa membaca secara efektif dan efisien. Kemampuan membaca
yang demikian, bisa tumbuh jika kita menyadari bahwa membaca itu suatu
kebutuhan dan pekerjaan yang mengasyikkan”. Kalau istilah saya pribadi,
“Rasa-rasanya lebih baik banyak informasi yang tumpah karena keranjingan
membaca, ketimbang tidak pernah membaca sama sekali!”.
Terakhir, ada baiknya tulisan ini saya tutup dengan dua kata-kata
mutiara: Pertama, “Waktu itu laksana pedang. Jika kita tidak mampu
memanfaatkannya, maka waktu itu sendiri yang akan menebas kita”; Kedua,
“Ingat lima perkara sebelum lima perkara/ Sihat sebelum sakit// Muda sebelum
tua/ Kaya sebelum miskin// Lapang sebelum sempit/ Hidup sebelum mati// (Demi
Masa –Raihan). Mari pergunakan waktu dengan baik!
Komentar
Posting Komentar