FAKTOR MARAKNYA PELECEHAN SEKSUAL

ceritaunik25.files.wordpress.com
Ada banyak faktor yang menyebabkan maraknya kasus pelecehan seksual di negeri ini. Mulai yang dilakukan oleh driver online, pejabat negara hingga ustadz kepada santrinya. Dari sudut pandang perempuan jelas maraknya tindak tidak senonoh ini menimbulkan keprihatinan yang mendalam. Pun, keberadaan UU yang mengatur hal ini tidak berkorelasi dengan semakin menurunnya tindak kejahatan seksual yang ada. Ibarat penelitian kuantitatif, maka pengaruh yang didapatkan ialah Ho.
Dulu, pernah marak pelecehan seksual seperti menyentuh dan meraba bagian intim perempuan. Baik yang terjadi di busway maupun di kereta api. Hingga pemerintah terkait pun langsung mengadakan busway dan gerbong khusus perempuan. Selain itu, masih terngiang jelas di ingatan kita, bagaimana seorang siswi diperkosa oleh 14 teman sekolahnya. Tidak sampai disitu, aksi bejat itu dilanjutkan dengan membunuh korban dan membuang jasadnya begitu saja. Sungguh keji!
Kini, masyarakat kita kembali dibuat resah dengan aksi mesum oknum driver online kepada penumpangnya. Baik yang dilakukan oleh oknum driver ojek online ataupun taksi online. Kedua-duanya benar-benar membahayakan keselamatan jiwa dan psikis penumpangnya. Lantas, apa sebenarnya yang melandasi oknum-oknum tersebut tega melakukannya? Berikut beberapa faktor yang bisa menjadi penyebabnya:
1.      Kebanyakan mengakses dan mengonsumsi konten-konten porno di media sosial. Tak dapat dipungkiri, kemudahan dalam mengakses hal tersebut sedikit-banyak berpengaruh dalam cara pola pikir tentang seks. Jika terus dibiarkan, bukan tidak mungkin bakal terus berpikiran jorok. Maka daripada itu, perlu adanya penanganan serius oleh Pemerintah untuk memblokir akun dan link berbahaya tersebut. Pemerintah harus bergerak pro-aktif, dan bukan sekadar bergerak berdasarkan laporan saja.
“Berdasarkan fakta dan data, penyebab terjadinya kejahatan seksual ada tiga faktor. Pertama akses video porno di internet, kedua miras (minuman keras) dan ketiga narkoba,” ucap Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa (analisadaily.com, 23/05/2016).
Apalagi, pemerintah saat ini memiliki unit cyber khusus terkait tindak kriminal di dunia maya. Dan, pengeksploitasian tubuh wanita untuk kesenangan dan fantasi liar juga termasuk kedalam tindak kriminal itu sendiri. Penyebarnya perlu di-kerengkeng agar jera, karena telah ikut merusak moral bangsa.
2.      Orangtua yang terlalu memanjakan anaknya. Dewasa ini, kebanyakan orangtua juga terlalu menuruti kemauan anaknya. Mau gadget, dibelikan. Walaupun si anak sendiri belum cukup umur untuk itu. Padahal, gadget yang tersambung internet bisa sangat berbahaya bagi anak-anak kita yang belum tahu apa-apa.
3.      Minimnya ilmu agama juga dapat menjadi faktor tingginya angka plecehan seksual di negara kita. Malu juga, sebab bagaimanapun Indonesia adalah negara ber-Tuhan, dengan Islam sebagai agama mayoritasnya. Namun, lagi-lagi hal ini tidak berbanding lurus dengan fakta yang ada.
Bagi mereka yang percaya bahwa agama itu hanya urusan privasi, cenderung mengenyahkan larangan agama dalam perilaku seksual mereka. Mereka menganggap hal tersebut sah-sah saja selama tidak mengganggu hidup orang lain. Mereka menganggap itu sebagai bagian dari gaya hidup. Mereka bahkan menganggap unggahan-unggahan yang sarat syahwat itu sebagai sebuah seni. Kalau sudah seperti ini, mau dibawa kemana bangsa yang katanya ber-adab ini?

4 Penyebab Kekerasan Seksual Pada Anak[1]
Anak-anak juga rentan menjadi korban pelecehan seksual, yang menyebabkan mereka depresi, stres, trauma dan kegelisahan berkepanjangan, serta infeksi penyakit menular seksual. Berikut empat penyebab terjadinya kekerasan seksual pada anak, diantaranya:
1.      Anak yang berpotensi menjadi korban yakni anak yang penakut, berbaju ketat dan hiperaktif.
2.      Pelaku ialah mereka yang maniak dan kecanduan pornografi, miras dan narkotika.
3.      Kurangnya pengawasan dan perlindungan orang dewasa terhadap anak-anak.
4.      Pelaku yang menjadi pencetus biasanya memiliki dorongan seksual, yang tidak tersalurkan dengan wajar (disarikan dari pernyataan Arist Merdeka Sirait, Tempo 23/10/2015).
“Saya pikir masalah kekerasan seksual itu sama dengan masalah-masalah lain seperti narkotika misalnya. Itu semuanya dilatarbelakangi tiga hal yaitu lingkungan, individu, dan penegakan hukum,’
“Upaya penanggulangan itu hanya sebatas tindak represif, begitu ada kejadian, ditangkap, dihukum, tidak pernah melakukan langkah preventif yang betul-betul sistematis, komprehensif, dan dilakukan secara terprogram. Kalau seperti ini sampai kapanpun kekerasan seksual akan terus terjadi,” kata Teddy Hidayat, Psikolog dari Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagaimana dikutip dari okezone.com (13/05/2016).
Telah banyak usaha yang dilakukan Pemerintah kita seperti kebiri misalnya, untuk menghentikan laju kejahatan seksual terutama pada anak-anak. Banyak pula saluran tv berita yang banyak menayangkan investigasi mengenai dunia malam dan prostitusi. Tetapi tetap saja, pelaku pelecehan seksual terus tumbuh subur bak cendawan di musim hujan.
Kalau sudah seperti ini, maka yang patut disalahkan ialah diri kita sendiri. Otak kitalah yang harus di-install ulang dari virus-virus kotor. Kita harus benar-benar memahami, bahwa perempuan bukanlah objek seks yang layak untuk terus-terusan dilecehkan. Melainkan, persenggamaan yang ada itu dimaksudkan untuk melanjutkan keturunan di muka bumi ini. Perempuan jangan lagi dituding sebagai biang terjadinya pelecehan seksual. Kalau bukan otak mesum lelakinya yang memang wajib di-upgrade. Mental bangsa kita harus benar-benar dirubah!                

[1] Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak, dimana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk ransangan seksual –Child Sexual Abuse (dalam id.wikipedia.org).

Komentar

Postingan Populer