TAHUN KEMBALI KEPADA ALLAH (Menyambut Tahun Baru Islam 1439 H)

http://cdn2.tstatic.net
Pada hakikatnya, orang-orang yang mati di jalan Allah tidaklah dapat dikatakan mati, melainkan hidup disisi-Nya. Asalkan mereka benar-benar gugur di jalan Allah dalam rangka menjalankan segala perintah-Nya, dan jua menjauhi segala larangan-Nya. Jadi, esensi gugur di jalan Allah tidak melulu harus gugur di medan perang, melainkan juga dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT berfirman: “Wala taqulu limay yuqtalu fi sabilillahi amwat, bal ahya-uw walakil la yas’urun”. Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya[1].
Jadi, umat muslim tidak boleh takut akan kematian, jika memang ajalnya telah tiba. Hanyalah orang-orang yang fasiq dan banyak berbuat dosalah yang takut akan kematian. Sebab mereka takut amalan buruk mereka selama di dunia akan dihisab di hari akhirat. Maka daripada itu, disisa umur kita yang sekarang ini ada baiknya kita menyiapkan amalan baik sebagai bekal kelak. Apalagi di tahun baru Islam yang baik ini, 1439 Hijriah. Sudah seyogyanya kita membuka lembaran baru dan menutup lembaran lama, dengan berbagai bentuk amalan shalih.
Memang sudah menjadi tabiat manusia untuk berbuat dosa dan kesalahan. Namun sungguh, sebaik-baik manusia dihadapan Allah SWT ialah mereka yang mau segera bertaubat. Mengaku khilaf atas segala kesalahan-kesalahan mereka, dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Subhanallah! Hadist Rasulullah SAW menyebutkan, “Setiap bani adam berbuat dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang bertaubat”[2].
Lagipun, apalah yang harus kita banggakan di dunia ini selain daripada sifatnya yang fana (sementara) saja. Terkadang kita perlu mengingat kembali, bahwa kita terlahir ke muka bumi ini dari setetes air nan hina, dari segumpal tanah liat yang hitam, legam, bau, busuk dan hina. “Dari apakah Dia (Allah) menciptakannya? Dari setetes mani, Dia menciptakannya lalu menentukannya”[3]. Hal ini dimaksudkan Allah bukanlah untuk menjadikan manusia sebagai makhluk-Nya yang terus-menerus berpasrah, dan hanya bisa mengutuki takdir. Melainkan agar manusia sadar posisi sebagai hamba Allah, sekaligus tidak congkak dalam mengarungi hidup di dunia.
Ya, pada saatnya tiba hanya amalan lah yang dapat kita andalkan. Disaat masa penghakiman tiba dengan Allah sendirilah yang menjadi hakimnya tiada lagi berguna kepintaranmu, jabatan yang kau usahakan, kekayaanmu, hartamu yang melimpah ruah, anak dan istrimu. Hanya amalan baikmu selama di dunia lah yang bakal ditimbang-Nya. Pun, segala kelebihan yang ada pada diri kita, seyogyanya bukan malah menjadikan diri kita sebagai pribadi yang congkak apalagi lalai. Melainkan semakin membuat kita dekat dengan-Nya.
“Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya”[4].
So yuk, mari kita jadikan tahun baru Islam 1439 H ini sebagai tahun kembali kepada Allah SWT. Dengan semakin meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada-Nya, dan semakin memperbanyak amalan-amalan baik kita. Amin ya Rabb. “Allahumma ashlih-lana dinana alladzi huwa ishmatu amrina. Wa ashlih-lana dunyana allati fiha ma’asyuna. Wa ashlih-lana akhiratana allati fiha ma’aduna, waj’alil hayata ziyadata lana fi khair. Waj’alil mauta rahatan lana fi syarri”.
(“Ya Allah, perbaikilah agama kami, karena ia adalah pokok urusan kami. Perbaikilah pula dunia kami, karena ia adalah sarana kehidupan kami. Perbaikilah akhirat kami, karena ia adalah tempat kemana kami kembali. Ya Allah, jadikanlah kehidupan kami selalu bertambah kebaikannya, dan jadikanlah kematian kami sebagai waktu istirahat dari segala keburukan”)[5].           
Oh ya, mari kita juga mendoakan saudara-saudara kita diluar sana, untuk turut menyambut tahun baik ini dengan tanpa rasa takut apalagi ketertindasan. “Allahumma suril Islam wal muslimin wal mujahidin fi Falastin, fi Syria, fi Rohingya, wa fi kulli makan, wa fi kulli zaman”. (Ya Allah, bantulah Islam, umat Islam di Palestina, Syria, Rohingya, dan di seluruh tempat dan waktu). Amin ya Rabb.
Wallahu ‘alam bish shawab.     



[1] QS. 2 Al-Baqarah ayat 154.
[2] HR. Ibnu Majah.
[3] QS. 80 ‘Abasa ayat 18-19. Menentukan fase-fase kejadiannya, umurnya, rezekinya dan nasibnya.
[4] QS 80 ‘Abasa ayat 33-37.
[5] Hadist Rasulullah, doa ketercukupan di dunia dan di akhirat.

Komentar

Postingan Populer