KUANTITATIF VS KUALITATIF
http://3.bp.blogspot.com |
Ada beberapa teman yang mengatakan
padaku, bahwa mereka tidak begitu menyenangi penelitian berbau kuantitatif. Mungkin,
karena risetnya yang mengandalkan angka dan hitung-hitungan. Aku sendiri juga
tidak suka, hehehe. Mumet! Tapi setelah kubaca-baca dan pelajari
lagi, eh ternyata tidak sepayah yang kukira. Bahkan, ada beberapa keuntungan
jika riset yang kita lakukan menggunakan pendekatan kuantitatif, diantaranya:
1.
Penelitian kuantitatif dapat digunakan pada
penelitian yang lain, dengan objek dan tujuan penelitian yang sama. Contohnya penelitian
tentang mencari pengaruh, korelasi, hubungan, efektivitas, Ho dan Ha
rata-rata maksud dan tujuannya sama. Hanya saja objek penelitian, variabel x
dan y, serta populasinya yang berbeda.
2.
Penelitian kuantitatif menjadi homogen dan
dapat diterapkan dimana saja, dengan penyesuaian disana-sini. Selain itu,
metode penelitian kuantitatif juga biasanya lebih akurat dan objektif hasilnya.
Sebab ia berbasis angka dan bagaimanapun angka tidak bisa ditipu. Kalau kata anak
kelas IPA, “Ilmu Pasti (Eksata)”, bukan ilmu cakap-cakap. Hahaha.
3.
Berbeda dengan hasil penelitian kualitatif yang
subjektif, dan tidak dapat digeneralisasikan. Hanya saja tentu dibutuhkan
kredibilitas peneliti yang tinggi, dan mendapatkan responden yang tidak
asal-asalan.
Namun, yang namanya ilmu itu jelas
memiliki kekurangan disana-sini. Penelitian kuantitatif bisa jadi objektif,
tapi menjadi tidak begitu mendalam. Musabab, penelitiannya sibuk berkutat
dengan data, angka, dan fakta yang ditemukan di lapangan. Sekaligus sekedar
menggambarkannya saja (deskriptif).
Beda halnya dengan kualitatif yang bisa
lebih mendalam, dan kritis dalam memandang suatu fenomena sosial. Penelitian
kualitatif tidak hanya meniscayakan penelitinya untuk mencari dan mencatat
fenomena yang ada, tetapi ia juga coba memahami fenomena itu. Baik berdasarkan
riset kepustakaan, wawancara dan hasil konstelasi dengan pemikirannya sendiri. “Sulit
untuk melakukan kajian yang mendalam mengenai fenomena yang diteliti, karena
fokus lebih pada kuantitas data” (Sarwono, 2011).
###
Nah, yang satu ini aku suka, yakni
penelitian kualitatif. Menurutku karena penelitian ini meniscayakan penelitinya
untuk berpikir bebas, dan tidak terhalang oleh ‘pakem-pakem’ penelitian
yang ada. Kalau kata mantan redaktur saya di MI, “Berpikirlah secara liar, Rul”.
Hehehe. Dan, sebagaimana yang telah kusebutkan diatas tadi, penelitian
ini sifatnya indepth, dan mampu menggambarkan suatu fenomena secara
kompleks.
Yang ku tahu di S1 dulu, paradigma
penelitian itu merujuk kepada tiga jenis, yakni: positivis, konstruktivis dan
kritis. Maka penelitian kualitatif itu ada diantara konstruktivis ataupun
kritis. Penelitian kualitatif tidak sekedar menggambarkan apa adanya atas suatu
fenomena yang terjadi. Namun, aku tidak hanya akan membanggakan penelitian
kualitatif melulu. Mentang-mentang dulu penelitianku kualitatif, hahaha.
Aku juga akan mengutarakan beberapa kekurangan yang dimilikinya, diantaranya:
1.
Penelitian kualitatif itu sifatnya mengerucut
dari khusus ke umum, sehingga tidak dapat digeneralisasikan. Berbeda halnya
dengan penelitian kuantitatif yang piramida tegak (dari umum ke khusus),
sehingga dapat digeneralisasikan. Kalau sudah seperti ini, maka metode
penelitian itu sama seperti manusia, walaupun nyatanya bukan manusia. Wkwkwk.
Kalau kata pepatah, “No body’s perfect, Bahasa Arabnya “La ahada
yattasimu bil kamal” (Tidak ada manusia yang sempurna). Maka begitupula
halnya dengan penelitian~
2.
Penelitian kualitatif juga mengharuskan
penelitinya untuk bersikap fokus terhadap suatu fenomena yang up to date
alias tidak basi.
###
Maka daripada itu, digunakanlah
metode penelitian baru bernama mixed methods, yang dimaksudkan untuk
menutupi kekurangan yang ada. Baik pada penelitian kuantitatif maupun
penelitian kualitatif. Sekaligus dimaksudkan sebagai sarana peningkatan hasil
riset itu sendiri. Bukankah prinsip hidup itu, “Hari ini harus lebih baik
daripada semalam”, maka begitupula halnya dengan penelitian/riset. Namun, tentu
peneliti yang menggunakan mixed method harus benar-benar memahami, dan
bukan hanya sekedar ikut-ikutan doang. Gitu lho, hehehe.
Lagipun, dalam penelitian mixed
method, peneliti wajib memahami dua metode penelitian itu secara tepat. Untuk
itu, aku menyarankan guna memilih satu jenis penelitian saja, yang sekiranya
saudara-saudara sudah expert tentang itu. Jadi, cukup mengasah lagi
kemampuan yang sudah ada. :)
Komentar
Posting Komentar