KUANTITATIF ATAU KUALITATIF = SAMA SAJA!
www.satujam.com |
Ada begitu banyak pertanyaan yang mengganjal di benakku, tentang
manakah metode penelitian yang lebih baik. Apakah metode penelitian kuantitatif
ataukah penelitian kualitatif? Siang itu, Bang Hendra menghilangkan kecemasanku
akan itu. Beliau yang merupakan staf pengajar MPK I menerangkan, tidak ada yang
perlu ditakuti diantara keduanya, dan keduanya merupakan metode yang sama-sama
baik diterapkan dalam sebuah penelitian.
Hanya saja beliau menegaskan, bahwa yang terpenting diantara itu
semua ialah pemahaman atas alur paradigma yang ada. Jika kau ingin penelitian
yang mengantarkanmu cepat wisuda, maka gunakanlah kuantitatif, dan mulailah
berpikir secara deductive method (dari umum ke khusus). Kau harus paham
benar metode penelitiannya, teknik pengambilan datanya dan paradigmanya. Ingat!
Setiap metode penelitian punya kriterianya sendiri, katanya mengingatkanku. Sedangkan
untuk metode penelitian mixed method, dia cenderung skeptis. Sebelas dua
belas dengan pendapat Prof. Burhan Bungin. Baginya metode penelitian baru
tersebut kurang ramah kantong bagi mahasiswa sepertiku yang ingin cepat tamat. Yap,
benar sekali!
Adapun paradigma penelitian kuantitatif adalah positivist.
Musabab penelitian kuantitatif berusaha untuk memprediksi, menggeneralisasi dan
mengelompokkan suatu objek penelitian. Di S2 kita tidak boleh hanya menggunakan
variabel tunggal, karena ada banyak musabab terjadinya suatu gejala sosial.
Tidak boleh hanya mengandalkan variabel tunggal! kata Bang Hendra. Sedangkan
kualitatif menggunakan paradigma intrepetative, dimana peneliti
menempatkan dirinya pada posisi mereka yang diteliti.
Penelitian kualitatif juga cocok menggunakan paradigma critical,
dimana peneliti berusaha mengungkap fenomena nyata dibalik realitas yang ada. Misal
penelitian tentang asal-muasal penyebaran video porno, konflik antara angkutan
daring dengan angkutan konvensional, atau indikator kemerdekaan pers di suatu daerah.
Tentu penelitian ini membutuhkan pendekatan yang mendalam sekaligus kritis.
Sejauhmana memahami konteks permasalahn yang ada baik secara historis, sosial
budaya dan ekonomi politik. Lagipun, bukankah pekerjaan peneliti itu untuk membongkar?
Selain itu, ia juga menekankan kepada semua mahasiswanya untuk lebih
mengedepankan moral peneliti. Apa itu? Katanya, mengedepankan penelitian yang
bermanfaat bagi masyarakat, bukan hanya sebagai ajang pemuasan ego pribadi.
Sebagaimana berlaku pada penelitian critical research, dimana kajian
penelitian akan didiskusikan kepada pihak terkait. Sehingga penelitian itu bisa
berdampak langsung kepada masyarakatnya. Walhasil, menurutku mau penelitian
kuantitatif atau kualitatif itu sama saja! Asalkan kau sungguh-sungguh
mendalaminya.
###
Ya, suatu fenomena bisa dikaji dengan tiga paradigma, tapi tidak
bisa diterapkan semuanya secara bersamaan. Jadi, memang harus dipilih salah
satunya. Perspektif atau paradigma itu ibarat Triton (alat bernafas dalam air),
sehingga kita bisa menyelami suatu permasalahan lebih dalam dan lebih dalam
lagi.
###
Ada beberapa istilah filosofi penelitian yang juga kudapatkan siang
itu, diantaranya:
1.
Ontologi:
asumsi tentang realitas
2.
Epistemologi,
asumsi tentang hubungan antara peneliti dan yang diteliti.
3.
Aksiologi:
value judgement; etika dan pilihan moral peneliti.
Aku pun kurang mengerti apa maksudnya :v hehehe.
Juga beberapa karakteristik ilmu, seperti: empiris, objektif,
sistematik, dan value free (bebas nilai). Jadi, peneliti harus
benar-benar bebas nilai dari objek yang ditelitinya. Tidak punya kepentingan
apapun atas penelitiannya. Sehingga hasil penelitian tidak menjadi subjektif.
Komentar
Posting Komentar