RESENSI 'DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN'
http://cdn.zettamedia.co |
Novel adalah salah satu saluran para pengarang untuk dimengerti
oleh pembacanya. Baik itu berupa gagasan, pemikiran, dan perasaannya yang
tertuang dalam sebuah cerita tertulis. Untuk memahami gagasan, pemikiran dan perasaan
pengarangnya, kita harus membaca novel tersebut. Maka, pengarang dalam hal ini
menggunakan media tertulis (written), yang memiliki beberapa keunggulan
sebagai berikut: 1) Ada catatannya sehingga data dan informasi tetap utuh tidak
dapat berkurang atau bertambah seperti informasi lisan, 2) Memberi waktu untuk
dipelajari isinya, cara penyusunannya, dan rumusan kata-katanya (Hardjana,
2003: 16).
Novel ‘Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin’ bercerita tentang
Tania, sosok perempuan cantik dari keluarga
miskin, yang ditolong oleh 'seseorang' yang juga lamat-lamat
dicintainya. Lantaran
kemiskinan yang mendera keluarga Tania, ia dan adiknya pun mengamen dari bus kota ke
bus kota atau dari
metromini ke
metromini yang lain untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Kerasnya kehidupan ibukota amat kental dalam novel Tere Liye ini, yang digambarkan dalam
beberapa adegan.
Sejak meninggal ayah
mereka yang kuli bangunan itulah mereka menjadi luntang-lantung.
Padahal, sebelumnya mereka
sempat tinggal di kontrakan, hingga akhirnya diusir lantaran terus menunggak
pembayaran. Sang ibu pernah bekerja serabutan, namun sang ibu sering sakit, karena
beban pikiran yang dialaminya.
'Seseorang' yang
dimaksud telah menolong mereka dari sulitnya ekonomi di ibukota itu bernama Danar Danar. Ia pula yang menyekolahkan Tania dan adiknya
Dede hingga ke perguruan tinggi. Selain
itu, Danar rajin mengunjungi rumah kardus mereka saban hari,
membawakan bungkusan makanan untuk dimakan
bersama. Bahkan
pernah menghadiahi
dua pasang sepatu untuk Tania dan Dede, serta sering membawa mereka jalan-jalan. Sejak
kedatangan malaikat tak bersayap itulah kehidupan Tania, Dede dan ibunya berangsur-angsur
pulih. Ibunya sudah tidak sakit lagi, dan mulai membangun
toko kue, dan Tania tidak perlu mengamen lagi. Mereka juga telah pindah ke
kamar kontrakan yang lebih layak.
Danar digambarkan
sebagai sosok lelaki yang lembut dan dermawan terhadap lingkungan sekitar. Danar juga penyayang anak-anak dan suka mendongeng. Dibalik
profesinya sebagai penulis dengan nama samaran, ia juga merupakan seorang
manajer pemasaran di sebuah perusahaan yang berinduk di Jepang. Walhasil, Danar merupakan sosok yang perfect untuk seorang
laki-laki yang didambakan wanita.
Termasuk Tania yang kerap dipuji kepintaran dan kecantikannya. Sehingga
Danar tidak tahu bahwa pujian yang kerap dilayangkannya itu, semakin
melambungkan perasaan Tania terhadap Danar. "Belajarlah yang rajin, Tania", maka Tania pun bersumpah
untuk mematuhi apapun kata Danar.
Seseorang yang dipatuhinya secara mutlak setelah ibunya.
Pusat konflik cerita ini terdapat pada
kecemburuan Tania kepada Kak Ratna, yang merupakan pacar Om
Danar, dan bahkan sudah merencanakan pernikahan. Lantas
bagaimana reaksi Tania, bagaimana perasaannya? Perasaannya yang telah ditimbun
selama ini hingga ia dewasa? Kerelaan Tania pun dipertaruhkan.
Kisah dalam Novel ‘Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin’ menurut penulis mirip dengan kisah ‘I Love You, Om’, yang
pernah ditayangkan di bioskop tahun 2006 silam.
M. Hardjana,
Agus. (2003). Komunikasi INTRAPERSONAL & INTERPERSONAL. Yoyakarta: PENERBIT KANISIUS.
Komentar
Posting Komentar