MELAWAN HOAX DENGAN KEJUJURAN
Maju mundurnya suatu negara saat ini, ada pada
keutuhan masyarakatnya yang tidak mudah dipecah belah oleh rekayasa teknologi. Untuk
itu, kita harapkan masyarakat cerdas dalam membedakan konten media sosial dan
media massa pers, yang ada pada media sosial adalah informasi yang belum tentu
terverifikasi kebenarannya, sedangkan sebaliknya di media massa informasi yang
disajikan telah teruji tingkat kebenarannya, oleh karena itu, jika ada
informasi yang tersebar di media sosial, haruslah dibaca dengan teliti isinya, serta bersikap skeptis alias kita harus mencurigai kebenarannya ‘mengapa
demikian?’.
Semoga dengan ikhtiar ini kita dapat mewujudkan
kehidupan yang aman, nyaman, tenteram, damai, maju dan sejahtera, serta
kondusif dari berita hoax. Terutama
di Sumatera Utara yang merupakan miniatur Indonesia yang terdiri dari banyak
etnis. Lantas, agar Indonesia tetap tegak dan bersatu padu dari Sabang sampai
Merauke, tentu kita harus dapat memilah dan memilih apakah informasi yang
benar. Jari kita tidak boleh lebih cepat dari otak kita. Saring sebelum sharing, kita harus mampu mencermati
informasi yang datang dari gadget.
Kalau tidak bermanfaat harus di-delete bukan
malah di-share, karena kita dapat
terjerat hukum.
Last but not least, seperti
kata Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, bahwa kewajiban jurnalis adalah
menyampaikan kebenaran dan menjadi profesional untuk melawan informasi bohong
dan sejenisnya. Hoax tidak akan
berakhir dalam kehidupan ini selama tidak ada orang yang senantiasa berlaku
jujur dan melawannya. Karena sebuah berita hoax
dapat dipastikan akan menimbulkan hoax
yang baru untuk menutupinya. Dengan datangnya orang yang jujur, maka para hoaxer dapat dilumpuhkan, paling kurang
dapat diminimalisir. Sekian.
Komentar
Posting Komentar