Pentingnya Menonton Bersama Anak
sumber: www.google.co.id |
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran, setidaknya ada 2 pasal yang merujuk pada pentingnya peran
Bimbingan Orangtua (BO) pada saat anak menonton televisi, yaitu: 1) P3
Pasal 21 Ayat (4) yang berbunyi: “Penayangan klasifikasi P (2-6), A (7-12) atau
R (13-17) oleh Lembaga Penyiaran wajib disertai dengan imbauan atau peringatan
tambahan tentang arahan dan bimbingan orangtua yang ditayangkan pada awal
tayangan program siaran; 2) SPS
Pasal 34 Ayat (1) yang berbunyi: “Program siaran dengan klasifikasi P (2-6), A
(7-12) atau R (13-17) harus disertai dengan imbauan atau peringatan tambahan
tentang arahan dan bimbingan orangtua”; dan 3) SPS Pasal 34 ayat (3) yang berbunyi: “Imbauan atau peringatan
tambahan tentang arahan dan bimbingan orangtua di atas tidak serta merta
menggugurkan tanggungjawab hukum lembaga penyiaran.
Program siaran yang melanggar
sebagaimana diatur pada Pasal 34 ayat (1) dikenai sanksi Teguran Tertulis, baik
Teguran Tertulis Pertama maupun Kedua. Hal ini menunjukkan, bahwa KPI sangat
membutuhkan peran pengawasan orangtua terhadap anak-anaknya, ketika menonton
tayangan televisi. Nathanson dalam penelitiannya menyatakan, bahwa “Pola
konsisten orangtua dalam menemani anaknya ketika menonton televisi, perlahan
tapi pasti akan mendorong anak-anak untuk menonton tayangan yang selama ini
diperbolehkan oleh orangtuanya” (hal. 223). Hal ini mengingatkan kita di masa
kecil, dimana orangtua sangat aktif dalam menentukan apa yang boleh dan tidak
boleh kita tonton. Seperti tayangan kartun Sinchan ataupun Warkop DKI (Dono,
Kasino, Indro) di hari libur, yang menurut perspektif orangtua belum cocok
untuk usia anak-anak. Baik karena mempertimbangkan unsur-unsur porno yang
terdapat dalam kedua tayangan tersebut. Seperti kata-kata ‘mesum’ yang keluar
dari mulut seorang bocah bernama Sinchan, serta kehadiran gadis-gadis berbikini
di pantai sebagai pemanis khas Warkop DKI.
Coviewing
telah
terbukti memiliki hasil yang positif, seperti meningkatkan pembelajaran terkait
konten pendidikan (Salomon, 1977). Tentu, anak-anak yang menonton bersama
orangtua mereka bakal lebih terkontrol, dan bisa menikmati lebih banyak program
yang tentunya positif. Seperti: Lentera Indonesia di Net TV; dan tayangan-tayangan
inspiratif lainnya. Selain itu, teman sebaya juga berpengaruh selama masa remaja.
Nathanson (2001c) menemukan, bahwa mediasi teman sebaya lebih berpengaruh
daripada mediasi orangtua selama masa remaja. Mungkin, kita masih ingat kapan
pertama kali kita menonton film porno di ponsel? Bisa jadi teman kita yang
lebih dulu mempersuasif kita, bukan? Sehingga, tidak ada salahnya bila orangtua
untuk lebih selektif memilih dengan siapa anak-anaknya berteman.
Komentar
Posting Komentar