AL-QUR’AN SEBAGAI SEBUAH MUKJIZAT
“Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada
sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk berpecah-belah disebabkan
takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia
agar mereka berpikir” –Surah
Al-Hasyr: 21.
Al-Qur’an
merupakan mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Rasul Muhammad SAW.
Dalam praktiknya, biasanya Allah menurunkan mukjizat untuk melawan
ketidakpercayaan orang kafir terhadap kebenaran yang disampaikan oleh
utusan-Nya. Kini, sepeninggal Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, Al-Qur’an
menjadi pedoman hidup umat muslim dunia dan menjadi salah satu wasiat yang
ditinggalkan untuk keselamatan umatnya.
Sekarang
kata “Mukjizat” sering disalah artikan dengan seolah setiap orang bisa saja
mendapatkannya. Masih lekat di ingatan kita kisah Ponari dengan batu ‘ajaibnya’
yang kata orang dapat menyembuhkan beragam penyakit, dan media massa latah
menyebut fenomena itu sebagai suatu mukjizat. Atau selamatnya 18 penumpang dari
tragedi jatuhnya Pesawat Mandala juga disebut-sebut sebagai sebuah mukjizat.
Yang lebih parah lagi, saat DP alias Dewi Persik pulang umrah, ia pun mengaku
mendapatkan mukjizat!
Lantas
apa sebenarnya mukjizat? Bukankah mukjizat hanya diturunkan kepada Nabi dan
Rasul untuk menjawab tantangan penentang-penentangnya. Seperti Nabi Ibrahim AS
yang tidak tersulut oleh apinya Raja Namrud, Nabi Musa yang dapat membelah air
dan mengubah tongkat menjadi ular. “Dan (ingatlah) ketika kami membelah laut
untukmu, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan (Fir’aun)
dan pengikut-pengikut Fir’aun sedang kamu menyaksikan” (Surah Al-Baqarah: 50).
Nabi
Isa yang dapat menyembuhkan penyakit kusta dan menghidupkan burung dari tanah,
serta Nabi Muhammad yang dapat mengucurkan air dari buku-buku jarinya. Bukankah
Al-Qur’an juga merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan Allah SWT ke muka
bumi?
Terbukti!
Sampai saat ini Kitab Allah merupakan kitab satu-satunya yang tak dapat
diintervensi siapapun. Isinya tetap sama dengan 1400 tahun yang lalu ketika
pertama kali diturunkan. Bahkan, isinya selaras dengan penemuan-penemuan mutakhir
yang ditemukan oleh manusia saat ini. Sejak dulu, Allah SWT telah menantang
pula mereka yang meragukan mukjizat Al-Qur’an. Terdapat dalam Surah Al-Baqarah:
23-24 yang berbunyi: “Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”.
“Jika
kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka takutlah kamu
akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi
orang-orang kafir”.
Disini
akan coba dipaparkan dua ayat Al-Qur’an yang telah ditemukan kebenarannya: “Dan
Dia-lah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan
segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya
dinding dan batas yang tidak tembus” (Surah Al-Furqan: 53).
Firman
Allah diatas dibuktikan dengan ditemukannya dua air laut yang berdampingan,
baik air laut yang terdapat di Spanyol maupun di Kalimantan. Dan, diantara
keduanya tidak ada celah yang dapat ditembus. Persis seperti Kalam-Nya, bahkan
ikan yang ada di laut tawar tidak masuk ke zona ikan yang ada di laut asin,
begitupula sebaliknya. Masya Allah!
“Maka
pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan
tanda-tanda (kekuasaan) Kami” (Surah Yunus: 92).
Fir’aun
adalah gelar bagi raja-raja Mesir pada masa lalu. Menurut sejarah, Fir’aun pada
masa Nabi Musa AS ialah Menephthan (1232-1224 SM) anak Ramses. Dari ayat diatas
terbukti setelah 3400 tahun semenjak zaman Nabi Musa, yang diselamatkan Allah
ialah tubuh kasarnya. Menurut sejarah, setelah Fir’aun tenggelam, mayatnya
terdampar di pantai dan ditemukan oleh orang-orang Mesir, lalu dibalsem
sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di Museum Mesir.
Ataupun
ayat lain, yang menunjukkan proses penciptaan umat manusia di Al-Qur’an berkesesuaian dengan ilmu kedokteran. Seperti
40 hari dalam bentuk sperma, 40 hari dalam bentuk segumpal darah (‘alaqah) dan 40 hari dalam bentuk
segumpal daging (mudghah). Semoga
tulisan ini mampu membakar semangat kita kembali untuk terus mengkaji
Al-Qur’an, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Hingga semakin tebal lah rasa
keimanan kita. Apalagi, di bulan ramadhan ini, dimana setiap amalan yang baik
akan senantiasa dilipatgandakan pahalanya oleh Allah yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang. Amin.
Komentar
Posting Komentar