MENJELANG LEBARAN (BAGIAN 1)
Kau
jual hatimu padaku, dengan sungging senyum manismu. Ku lumat habis bibirmu siang
itu, kau berpasrah seperti rindu dicumbu. Kau pun telah sah menjadi milikku,
maka jangan coba-coba buatku cemburu. Atau aku muntab, atau aku murka. Ku juga
bisa pergi meninggalkanmu.
Di
pagi buta, dering telponku berbunyi. Kudengar desah suaramu di ujung sana, kau
bertanya, “Kapankah abang kembali?”. Rasaku kupergi baru sehari saja. Jika kau
rindu cukup nyalakan tv, maka dengarkanlah aku bernyanyi lagu cinta. Jika kau
rindu cukup buka buku puisiku, puisi yang kukarang hanya untukmu.
Sekali
waktu, kau telpon lagi aku, “Bang, aku belum punya baju lebaran?”. Dan kujawab,
“Sabarlah, sayangku”. Abangmu kini sedang mengejar promosi, abangmu kini
merangkap penjaga toko. Abangmu kini sedang memburu baju-baju lebaran yang
diskon harga. Tapi, tentunya yang tak murahan untukmu, sayangku.
***
MENJELANG LEBARAN (BAGIAN 2)
Abang,
tidakkah kau pulang lebaran ini? Tidakkah kau rindukan keluargamu. Ayah, ibu,
dan kami adik-adikmu. Abang, tidakkah kau pulang lebaran ini? Mencicipi rendang
lezat ibu, atau ketupat-ketupatnya. Abang, apa sih yang kau kejar disana? Mimpi
ataukah cita-cita, harta ataukah tahta. Atau kau ingin semua ditambah seorang
wanita.
Abang,
ibu kini suka menonton tv. Berharap abang muncul di layar kaca. Membaca berita,
atau meliputnya. Atau jangan-jangan, abang telah menjadi korban keganasan
demonstran. Abang, kami membutuhkanmu, menginginkanmu, merinduimu. Allah
jagalah ia selalu.
***
PINTA SUAMI, KELUH ISTRI
Suami:
Aku suamimu, dan engkau istriku.
Dulu aku hina-dina, bersamamu kujadi mulia. Tolong atur hidupku yang kacau ini.
Tolong sisir rambutku ke samping sebelah kiri. Jika ada kamu ku selalu tampil
rapi, bersih dan disegani. Tolong ikatkan dasiku, atau tak kunaikkan uang
belanjamu.
Tolong
juga keringkan rambutmu yang basah itu, atau akan banyak nyamuk bersarang
diatas sana. Jangan pernah tampil tak cantik didepanku. Ku tak ingin lihat ada
bekas hitam wajan di muka dan badanmu. Buka puasa nanti kita akan ke luar.
Tolong kenakan gaun yang kubeli tadi, berhiaslah secantik-cantiknya. Oya aku
lupa, waktu tidur nanti jangan sekali-kali memunggungiku, namun tataplah mataku
lekat-lekat sampai kau terlelap.
Istri:
Kau
pinta aku ini dan itu. Ku tak tahu lagi apa statusku sebenarnya. Istrimu
ataukah babumu? Kau pinta aku ini dan itu. Jika salah kau marahi aku, jika
benar pernah kau puji aku? Benar-benarkah aku pembantumu? Aku rindu masa-masa
itu, saat kau curi hatiku. Bahkan, sampai kutinggalkan pacarku yang dulu.
Semuanya demi kamu.
Sekarang,
persetan dengan semua permintaanmu! Aku lelah dengan semua ini! Biarkan aku
pergi sejenak! Ingin kujumpai teman-temanku di luar kota. Ingin juga kutemui
pacarku yang dulu. Sudahkah dia menikah atau masih menungguku? Aku memang telah
benar-benar berdosa mengkhianati cintanya. Oya, aku akan kembali jika hatiku
telah membaik. Atau jika tidak kunjung membaik. Jangan salahkan aku! Mungkin
aku akan minta cerai darimu![]
Komentar
Posting Komentar