HUMAIRA..
http://4.bp.blogspot.com |
“ Ah ogah! Ngapain coba,” sergah
Key cepat.
Sebenarnya
Key sudah lama mengenal Ira, sejak kelas 1 Mts.S pun Key sudah mengenal
perempuan yang bernama lengkap Humaira itu. Key mengenalnya kala asrama putra
belum dipindahkan ke asrama putri. Humaira adalah anak seorang tengku ternama
di Aceh. Key sering melewati rumahnya jika ingin masuk ke asrama putra. Key
memang sering melihat Ira sekeluarga duduk didepan teras, menghabiskan waktu
sore bersama-sama. Dengan jelbab panjang yang menutup kepala, dan baju kurung
yang menutup aurat wanita di keluarga itu. Humaira memiliki tiga orang adik sama
seperti Key, sebagai anak yang pertama sama seperti Key. Perbedaannya adalah
keluarga Ira adalah keluarga alim ulama, yang berkiprah dalam bidang jasa:
mengajar. Sedang keluarga Key adalah keluarga pedagang, yang berdagang untuk
memenuhi sandang, pangan, papan, dan asap yang terus mengepul di rumah mereka.
Key sering melihat Ira dalam balutan jahitan baju muslimah, Key melihat Ira
sering menggoyang-goyangkan kakinya saat duduk di kursi teras rumah. Entah apa
yang Ira maksudkan. Dulu, Key mengartikan itu adalah pertanda anak ustad sedang
mencari perhatian. Entah perhatian siapa yang ia cari. Key selalu ingin tahu.
Namun,
dulu rasa itu belum tumbuh di dada seorang Key. Yang Key pikirkan ketika itu
adalah bagaimana segera tamat dari pesantren jelek itu. Tapi sejelek-jelek dan
joroknya pesantren itu, disitulah benih rasa itu tumbuh dan bersemi setiap
harinya.
Key
terkadang muak saja, mengapa setiap dia kembali ke asrama, abang-abang senior
selalu membicarakan Ira. “Memang seberapa cantik sih dia?” pikir Key kecil
ketika itu.
Sekarang
semuanya berubah. Key terus memikirkannya pagi, siang, apalagi malam. Sebuah
lengkungan hitam besar terdapat dibawah dua mata bulat Key. Ia begitu kurang
tidur. Ia begitu takut Ira terpikat kepada yang lain. “Hahaha,” Key besar tertawa
mengingat dua masa yang begitu kontras. Yang satu begitu membenci, yang
sekarang malah kebalikannya.
Pertemuan
itu sebenarnya tidak bisa dikatakan sebuah pertemuan, karena semuanya
berlangsung secara tak langsung. Key kecil saat itu sedang mengikuti perlombaan
Tunas Ramadhan di Banda Aceh. Sebuah perlombaan yang diselenggarakan pemerintah
Aceh untuk menggalang silaturrahmi, antar sesama pramuka di bulan Ramadhan.
Setelah
melewati berbagai macam seleksi, akhirnya pramuka kota Lhokseumawe mengutus Key
dan Wali sebagai anggota MFQ (Musabaqah Fahmil Qur’an), juga beberapa santri
dari pesantren lain.
Walau
kalah dalam perlombaan sarat gengsi itu, Key tidak pernah ambil pusing. Ia
malah senang. Lomba di bulan suci itu mempertemukannya secara tak langsung
kepada Ira.
“Key, aku punya nomor Ira. Kamu mau?” tawar wali kepada Key.
“Ah ogah! Ngapain coba,” sergah Key cepat.
Key
coba jual mahal kala itu, padahal hatinya meringis. Sebab di kelas 3 Mts.S
rata-rata kawannya sudah pada cinlokkan. Tak jarang, itu yang malah menyebabkan
Key yang mulai berjerawat gelap mata, Key pun mulai mengintai mangsa. “Hahaha,” Key besar tertawa sendiri teringat masa bodohnya. Kini,
jangankan mau mencuri nomor Ira saat wali terkapar lelap. Hilang saja nomor
cantik itu, Key bisa susah seketika.
*Penulis adalah Khairullah, S.I.Kom, alumnus Departemen Ilmu
Komunikasi USU 2017, yang hobi menulis dan sempat menimba ilmu agama di
Pesantren Ulumuddin, Uteunkot Cunda, Kota Lhokseumawe. Sekarang sedang sibuk
memperbanyak viewers blognya dan juga tengah mencari pekerjaan (job
seeker).
Komentar
Posting Komentar