MENJADIKAN PUASA LEBIH BERARTI


Mungkin masih teringat jelas di benak kita kala masih kecil dulu. Ayah dan Ibu sering memerintahkan kita mengerjakan sesuatu hal, dan melarang beberapa hal yang lain. Seperti ketika bangun dari tidur, lantas Ibu berujar, “Ayo, bersihkan tempat tidurmu!”. Atau perintahnya yang lain, “Ayo, sini bantu Ibu bersihkan rumah!”, atau juga “Cepat rapikan buku-buku kalau sudah belajar!”.

Ataupun kalimat-kalimat larangan yang kerap kita dengar dulu. Seperti “Jangan naik pohon itu, nanti kamu jatuh!” atau “Sudah main-mainnya, sekarang tidur siang!” juga “Jangan nonton tv, pergi belajar!” dan masih banyak lagi contoh-contoh larangan yang lainnya.

Terkhusus untuk hal-hal yang dilarang, tentunya semakin menambah rasa penasaran kita untuk mengerjakannya. Seperti “Mengapa tidak boleh memanjat pohon?”, “Kenapa aku harus tidur siang, saat teman-teman yang lain boleh bermain?” ataupun contoh-contoh bentuk penentangan yang lain. Hal itu dapat dimaklumi di umur kita yang masih kecil dan belum mengerti banyak hal. Hingga baru ketika umur beranjak dewasa, kita dapat menginsafi bahwa larangan orangtua bukanlah suatu kebencian, melainkan bentuk kecintaan mereka kepada buah hatinya.

Begitu pula halnya di dalam Islam. Walaupun kita telah berislam, baligh serta berakal. Tetap ada aturan yang dilarang oleh Allah untuk kita jauhi. Seperti mengghibah orang, membunuh, memperkosa, berjudi, berzina atau main perempuan, mabuk-mabukkan, mencuri, apalagi korupsi dan sebagainya. Semua hal diatas dilarang oleh Allah SWT karena selain merugikan orang lain, juga turut merugikan diri sendiri pula.

Lantas, mengapa banyak orang yang mengerjakan kemungkaran dan meninggalkan kebaikan? Ya, karena kebanyakan dari kita mulai berprinsip “Bahwa hidup hanya sekali, jadi ngapain dibikin repot. Nikmatin aja lah!”. Padahal, umat muslim mestinya mengubah prinsip salah tersebut menjadi “Hidup memang hanya sekali, maka hiduplah yang berarti!”.

Kini umat muslim di dunia sedang menjalani ibadah puasa. Setidaknya ada empat hal yang bisa dilakukan untuk menjadikan puasa kita tahun ini lebih berarti: Pertama, umurmu untuk apa engkau habiskan?. Kedua, anggota tubuhmu engkau gunakan untuk apa? Ketiga, ilmu yang engkau dapatkan adakah engkau amalkan? Dan keempat, harta yang ada padamu darimana kau peroleh dan engkau kemanakan?

Semoga keempat pertanyaan yang berasal dari Hadist Nabi di atas mampu menjadi tolok ukur untuk beramar ma’ruf nahi munkar, sebagaimana yang Allah titahkan dalam kitab-Nya. Semoga umur yang kita habiskan tiada lain untuk beribadah kepada-Nya. Anggota tubuh senantiasa kita pergunakan untuk melakukan kebaikan. Ilmu yang kita amalkan dan harta yang kita dapatkan secara haq, hanya kita belanjakan semata di jalan-Nya. Subhanallah.[] 

Komentar

Postingan Populer