MENINGKATKAN INTENSITAS IBADAH
Tasbih
“Apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi bertasbih kepada Allah. Dan Dialah yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”
(Surah Ash-Shaf: 1).
Subhanallah!
Bahkan apa yang ada di langit dan apa yang terkandung didalam bumi, semuanya
menyebut dan menyeru kepada Allah Sang Khalik dengan ucapan yang dicintainya,
yaitu kalimat tasbih. Tasbih didalam Bahasa Arab berasal dari kata kerja “Sabbaha-Yusabbihu” yang berarti memuji.
Tasbih adalah bentuk mufrad yang
bermakna pujian.
Menurut
pandangan Islam, segala bentuk pujian kembali kepada Allah. Pujian makhluk
kepada makhluk kembali kepada Allah. Pujian Allah kepada makhluk kembali kepada
Allah. Pujian makhluk kepada Allah kembali kepada Allah. Dan pujian Allah
kepada Allah kembali kepada Allah. Sebab, Allah lah tempat kita berserah diri
di alam dunia yang fana ini. La haula
wala quwwata illa bilahil ‘aliyyil
‘adhim.
Di
dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW pernah berpesan bahwa ada satu amalan
yang ringan untuk dikerjakan, namun alangkah berat timbangan pahalanya di yaumil mizan (hari pertimbangan). “Apa
itu?” tanya para sahabat penasaran ingin tahu. Nabi Muhammad SAW pun menjawab,
“Mengucapkan tasbih: Subhanallah wa
bihamdihi, subhanallahil ‘adhim
(Maha Suci Allah dengan segala puji-Nya, Maha Suci Allah dengan segala
keagungan-Nya).
Ya,
sesungguhnya Allah memang Maha Besar dengan segala keagungan yang dimiliki-Nya.
Maka, sudah sepantasnya menjadi kewajiban kita untuk terus mendecahkan lidah
yang diciptakan-Nya dengan kalimat-kalimat talbiyah.
Semoga dapat semakin memberatkan timbangan amal pahala kita di hari
pertimbangan kelak. Amin.
Jujur
Beberapa
belas hari lagi kita akan merayakan kemenangan setelah berpuasa di bulan
ramadhan. Kemenangan yang terdapat pada bulan syawal itu akan menjadi
perwujudan atau tolok ukur. Sukseskah kita menjalankan ibadah puasa dengan baik
dan benar sesuai dengan tuntunan yang ada.
Apakah
di bulan syawal nanti, kita akan tetap jujur sebagaimana saat kita menahan
lapar dan dahaga serta berbagai macam hal yang membatalkan puasa. Memang, pada
bulan syawal tidak ada kewajiban untuk berpuasa kembali. Tetapi, apakah
nilai-nilai kejujuran yang ada diterapkan pada bulan-bulan berikutnya?
Sejatinya,
jujur bukan hanya sekedar sikap belaka. Lebih dari itu, kata jujur adalah akar
dari keselamatan atau masalah suatu negara. Bayangkan! Jika kejujuran tidak
lagi tertanam didalam hati, bukankah masalah terbesar negeri ini seperti
korupsi bakal terus menggelinding ke permukaan?
Menyimpan Celengan di
Surga
Di
pembahasan-pembahasan terdahulu, telah kita pahami bahwa ada empat cara merebut
rindu surga, yaitu: 1. Rajin membaca Al-Qur’an, 2. Gemar bersedekah, 3. Menjaga
lisan, dan 4. Berpuasa di bulan ramadhan. Maka, selain itu ada pula tiga hal
yang menjadikan kita memiliki simpanan (celengan) di surga kelak, yaitu: 1.
Sembunyi-sembunyi dalam bersedekah, 2. Menyembunyikan cobaan/ ujian yang
diberikan oleh Allah dari orang lain, dan 3. Menyambung silaturrahmi.
Semoga
di malam-malam puasa yang ke-18, 19, 20, 21 ini kita semakin keranjingan
beribadah. Sebab, Allah telah menjanjikan berbagai macam bentuk pahala pada
malam itu. Seperti pada malam 18, Allah akan senantiasa meridhai orang yang
beribadah pada malam itu dan juga meridhai kedua orangtuanya, yang masih hidup
ataupun yang sudah meninggal. Malam ke-19, Allah akan memberikan pahala
sebanding dengan pahala yang didapatkan syuhada
(orang yang syahid di jalan Allah) dan juga kaum shalihin.
Malam
ke-20, Allah akan menaikkan derajat hamba-Nya. Dan pada malam ke-21, Allah akan
membuatkan istana di surga untuk kita, yang bahannya terbuat dari cahaya.
Subhanallah! Semoga kita termasuk hamba-Nya yang mendapatkan
keutamaan-keutamaan beribadah pada malam tersebut. Maka, mari kita meningkatkan
intensitas ibadah kita. Sehingga, kelak kita akan mendapatkan surga-Nya dan
dijauhkan dari siksaan api neraka, yang tentunya amat pedih dan tiada terkira. Wallahu ‘alam bish shawab.
Komentar
Posting Komentar