MENEPIS KELESUAN DI BULAN RAMADHAN
Sungguh
amat disayangkan, jika bulan suci ini kita isi dengan kelesuhan. Kelesuan dalam
berpuasa di siang hari, dan kelesuan dalam beribadah pada malam harinya.
Padahal, bulan ramadhan telah banyak memberikan janji-janji surga, pahala yang
berlipat ganda, pun yang memberikan janji adalah penguasa semesta alam
sekaligus sang pencipta. Maka, mengapa kita menanggapi tamu agungnya dengan
loyo-loyo saja? Seharusnya bulan ramadhan mampu membangkitkan semangat muslim
tidak hanya dalam sektor ibadah, juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
serta menggeliatnya perekonomian pasar dan bisnis. Seharusnya!
Dari
fenomena yang tidak mengenakkan diatas, nampaknya kita perlu kembali disuntik
dengan motivasi-motivasi yang mampu mendorong kembali ghirah kita dalam ber’ubudiyah
kepada Allah SWT. Setidaknya dalam pembahasan kali ini, bakal dipaparkan 5
kelebihan khusus yang dimiliki bulan ramadhan dan tidak dimiliki oleh 11 bulan
yang lainnya.
Pertama,
ramadhan adalah jalan menuju surga.
Mungkin
bagi sebagian dari kita, jika membaca al-Qur’an dan melihat terjemahannya. Akan
melihat ayat-ayat yang menyinggung perihal surga serta deskripsinya. Dalam
beberapa ayat-Nya surga digambarkan dengan indah terutama pada bagian “...yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai”. Kata-kata ini secara langsung sering kita
jumpai, bukan?
Bagi
kita Bangsa Indonesia, mungkin sungai bukanlah suatu hal yang luar biasa. Tapi
ketahuilah bahwa sungai merupakan hal yang amat-sangat luar biasa bagi Bangsa
Arab kala itu sampai dengan sekarang. Oleh karena itu, Allah mengajak mereka
berislam dengan pengandaian-pengandaian yang sering mereka impikan. Mungkin
bagi kita memiliki tanah dengan kadar minyak yang kaya merupakan sebuah dambaan
besar, sehingga logikanya jika Islam datang pertama kalinya di Indonesia, maka
firman-Nya pun akan berubah. Begitulah manusia itu, tak pernah puas dengan apa
yang dimilikinya, dan selalu mendamba apa yang tak dimiliki.
Kedua,
ramadhan adalah bulan yang tak tergantikan.
Jika
seorang hamba Allah tidak memiliki uzur apapun untuk membatalkan puasanya,
namun tetap membatalkannya. Maka, pertama ia telah berdosa. Karena puasa wajib
hukumnya bagi mereka yang tidak berhalangan akan sesuatu. Walaupun ia berjanji
akan menggantinya di bulan yang lain, maka sejatinya tidak adalah gantinya.
Oleh karena itu, pergunakanlah waktu puasamu dengan baik, dan jangan pula
engkau menyia-nyiakannya.
Dapat
kita lihat sekarang ini sebuah fenomena yang jelas-jelas telah salah kaprah.
Terutama bagi ibu-ibu yang sudah sibuk mencari baju lebaran, padahal lebarannya
masih lumayan lama. Berkeliling di pasar, toko, mall atau pun tempat lainnya pasti akan menguras tenaga, dan tanpa
disadari pasti akan menjadikan orang yang puasa lemah. Sehingga tak tahan
menahan dahaga serta lapar hingga membatalkannya. Nau’dzubillah.
Ketiga,
puasa sebagai tameng pelingdung.
Siapa
yang menyangka bahwa puasa dapat mencegah perilaku keji dan mungkar? Setiap
orang yang berpuasa pastilah kita dapati saling menasehati satu dengan yang
lainnya. Contoh: Jika ada yang mengghibah
atau menceritakan keburukan orang lain, pasti disadarkan oleh temannya
dengan berucap, “Engkau sedang berpuasa!”.
Keempat,
puasa adalah bulan dimana setan, iblis, jin jahat dibelenggu.
Cobalah
dibandingkan jumlah jama’ahshalat lima waktu terutama subuh pada bulan ramadhan
dengan bulan yang lainnya. Pastilah kita dapatkan perbedaan jumlah yang sangat mencolok. Mengapa orang rajin
bersembahyang ketika puasa? Jawabannya ialah karena pada masa itu, setan tidak
mengganggu. Sehingga manusia bebas dari berbagai macam godaan seperti rasa malas
beribadah dan sebagainya. Adapun jika kita sendiri yang tetap melakukan
perbuatan keji dan mungkar, pastilah setan tak dapat disalahkan, karena setan
telah jauh-jauh hari dibelenggu. Lantas, siapa kini yang menjadi setannya?
Hal
keempat berkaitan dengan yang kelima, yaitu ditutup serapat-rapatnya pintu
neraka, dan dibuka selebar-lebarnya pintu surga. Dan Allah memberikan selamat
khusus kepada mereka yang berhasil melewati puasa dengan kesungguhan. Maka
sudah sepantasnya, tidak adanya gangguan setan itu, semakin membuat kita rajin
mengumpulkan pundi-pundi pahala, yang tentunya berguna bagi kita nantinya.
Seekor
anak ayam bertanya kepada induknya, “Ibu, mengapa semua dari kita tetap dinamai
ayam. Entah ayah ayam, ibu ayam, anak ayam. Kepada kita tak seperti manusia ada
yang namanya parjo, suparman, sukirman, idah dan lain-lainnya?”. Lantas sang
induk pun menjawab, ”Memang anakku, awalnya nama kita hanyalah ayam saja. Tapi
jika kita sudah mati, kita akan memiliki berbagai macam nama. Ada ayam penyet,
ayam gebuk, ayam kremes, ayam tangkap, ayam lepas, dan ayam-ayam lainnya.
Sedangkan manusia jika mati hanyalah memiliki satu nama saja, yaitu mayit
(mayat).
Dari
cerita diatas, semoga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hidup kita hanyalah
sementara, maka hiduplah dengan berarti dan terus mengabdi kepada-Nya. Sehingga
walaupun kita mati, Allah akan memberikan ucapan selamat dengan menyelempangkan
gelar taqwa kepada kita. Subhanallah!
Komentar
Posting Komentar