AKTOR ITU IBARAT STRIKER
http://static.news.lewatmana.com |
Saya mengibaratkan bahwa aktor film itu ibarat seorang striker
dalam suatu pertandingan sepakbola. Pada kaki seorang striker lah harapan untuk
dapat mencetak gol dan angka dapat diwujudkan, serta memperoleh kemenangan
dalam tim. Begitupula halnya dengan film, pada akting seorang aktor dan aktris
yang menjiwai lah harapan penyampaian pesan suatu film dapat tersalurkan dengan
baik kepada para penontonnya.
Namun tentu, aktor bukanlah segala-galanya dalam film. Ia tidak
bisa begitu saja sok petantang-petenteng atas jasanya dalam memerankan
suatu tokoh. Ia tetap tidak bisa bermain tunggal, sebab suatu film baru dapat
tercipta berkat adanya crew, yang saling berjalin kelindan satu dengan
yang lain. Seperti misalnya script writer, sutradara, produser, bahkan
juga make up artist turut menjadi faktor x sukses tidaknya suatu film
diproduksi.
Sayang seribu sayang, realitas perfilman di Indonesia masih
menempatkan secara tidak langsung, bahwa aktor itu mestilah tampan, ganteng,
tinggi dan bertubuh kekar. Sedangankan sang aktris mestilah cantik, manis
ditambah dengan body yang seksi berisi, padat dan sintal, serta sedikit banyak berani
‘buka-bukaan’. Tak jarang mereka pun melakukan operasi plastik (oplas) untuk
mendapatkan kesempurnaan itu. Parahnya lagi, aktor dan aktris sekarang ini
merupakan buah dari kesuksesan bapak dan ibunya dahulu, tanpa adanya usaha sang
anak yang berarti untuk mendapatkan puncak kesuksesan itu. Padahal, yang
dibutuhkan dari seorang talent seperti aktor dan aktris itu adalah camera
face yang tak mesti tampan atau cantik, dan tentu menghayati setiap peran
yang dimainkannya dengan baik.
Saya bukannya nyinyir, hanya saja kasihan mencium gelagat
nepotisme ternyata tidak hanya terjadi dalam ketatanegaraan dan pekerjaan
bangsa ini, tetapi juga telah merembes ke dunia hiburan tanah air. Kalau sudah
seperti ini, maka tidak akan ada lagi persaingan yang fair play untuk
menjadi seorang arti ternama, dan hanya akan menghasilkan artis-artis ibukota
yang bermodal instan nan monoton.
Mengutip dari Wikipedia, aktor atau aktris adalah pemeran,
yaitu orang yang berperan dalam produksi drama atau komik dan bekerja dalam
film, televisi, teater atau radio. Biasanya, pemeran adalah orang yang dididik
atau dilatih secara khusus untuk melakukan sandiwara melalui suatu kursus atau
sekolah, atau berpura-pura memerankan suatu tokoh sehingga tampak seperti tokoh
sungguhan.
Namun saya memahami, menjadi seorang aktor maupun seorang aktris
bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak diantara mereka yang bahkan dituntut
untuk tidak menjadi diri mereka sendiri, melainkan menjadi diri orang lain. Tak
jarang hal itu malah menyebabkan mereka kehilangan jati diri. Perasaan “Who
Am I?” yang terus membelenggu dan menghantui, serta tekanan kerja yang tak
kenal waktu tak jarang menjadikan para aktor/ aktris tersebut stress. Beruntung
mereka yang walaupun stress terhadap tekanan kerja tersebut dapat keluar dengan
selamat, tanpa sedikitpun menyalahgunakan obat-obatan, dan mengonsumsi narkoba
sebagai bahan pelarian. Salut!
Last but not least,
tampaknya aktor dan aktris di dunia ini juga perlu dibekali dengan landasan
keimanan yang kuat pada masing-masing individu. Sehingga tidak menjadikan
obat-obatan terlarang, dan bunuh diri sebagai cara untuk mengakhiri karirnya
dengan tragis nan konyol yang semestinya gemilang.
Komentar
Posting Komentar