TERMAKAN BUAH SIMALAKAMA
sgimage.detik.net.id |
Ide dana haji untuk diinvestasikan dalam bentuk pembangunan
infrastruktur yang dicontohkan Jokowi, tampaknya kembali menuai pro dan kontra
ditengah-tengah publik. Pihak yang pro misalnya mengatakan, hal tersebut
sah-sah saja selama digunakan untuk kemaslahatan umat, bangsa dan negara dengan
tetap mengacu kepada undang-undang yang berlaku. Sedangkan, pihak kontra jelas
mereka tidak setuju, karena seharusnya dana tersebut difokuskan untuk kegiatan
keagamaan saja.
Kebanyakan dari mereka yang mendukung wacana ini jelas ialah mereka
yang Projo = Pro-Jokowi seperti Seword.com dan lain-lain, mereka
mengatakan, “Lanjutkan terus pembangunannya Pakdhe Jokowi, biarin aja
mereka yang nyinyir”. Sedangkan kebanyakan dari mereka yang kontra merupakan
politisi yang berasal dari Partai Demokrat, politisi seperti Fahri Hamzah,
politisi senior Amien Rais, dan masih banyak lagi dari kubu oposisi pemerintah
sehingga sikap kontra mereka dinilai sebagian masyarakat cenderung bersikap
politis. Bahkan, saya pribadi kalau boleh berpikir sedikit ‘nakal’, cenderung
meyakini jangan-jangan negeri ini telah begitu mengalami defisit anggaran dan
punya banyak utang pula, sehingga bingung hendak menutupinya bagaimana. Hahaha.
Sedangkan dari pihak ahli agama sendiri seperti Menteri Agama, Lukman Hakim
Syaifuddin dan Ketua MUI, Ma’ruf Amin misalnya, cenderung membolehkan ide dana
haji tersebut dengan ketentuan dan syarat yang berlaku.
Lantas, saya pun melihat fenomena wacana ini sebagai buah
simalakama bagi pemerintah kita. Dimana selama ini pemerintah terus
mengeluarkan kebijakan yang kurang pro terhadap Islam, bahkan cenderung
mendiskreditkan muslim. Salah satunya lewat Perppu Ormas yang baru-baru ini
diterbitkan, yang juga digunakan untuk membubarkan HTI. Namun, giliran dana
haji diambil pula. Hehehe. Padahal, haji merupakan rukun Islam yang
kelima dan didambakan oleh setiap muslim dunia, termasuk Indonesia untuk
menunaikannya.
Lagipun, sampai dengan saat ini masih belum jelas dana haji
tersebut bakal diperuntukkan untuk apa? Infrastruktur jenis apa? Dimana? Dan
siapa yang akan memperoleh keuntungan dari dana yang diputar tersebut? Jadi,
harus diperjelas lagi peruntukannya menurut saya. Namun, saya pribadi mengakui,
bahwa langkah pemerintah ini memang bagus, musabab selama ini dengan jujur
harus kita akui dana haji yang banyak itu selama ini hanya diam-diam saja tidak
produktif. Cenderung disimpan di bank-bank syariah saja, yang kemudian diambil
guna kelancaran prosesi ibadah haji.
Saya pikir untuk sekedar dana pengembangan haji, pasti akan lebih
banyak bersisa. Namun ya itu, pemerintah seperti menjilat ludahnya sendiri,
termakan buah simalakama, wong selama ini pemerintah cenderung
mendiskreditkan Islam lewat peraturan-peraturannya. Bahkan, seolah-olah
menganggap Islam sebagai suatu ancaman bagi keutuhan NKRI (baca: stigma radikal
dan terorisme). Oleh karena itu, saya pikir pemerintah tidak hanya harus sawon
ke Menteri Agama dan MUI saja untuk mendapatkan restu, tapi juga wajib sawon
kepada mereka/muslim yang membayarkan dana haji untuk perjalanan ibadah. Rela
tidak, ridho tidak? Ribetkan? Hehehe. Makanya, jangan lagi coba
mendiskreditkan Islam dan menyepelekan mayoritas. Kalau sudah begini baru
larinya kemana coba? Hahaha.
Hingga wajar saja, jika kemudian hari banyak beredar meme-meme
bernada satire terhadap sikap pemerintah kita tersebut. Salah satunya ya
kampanye Jokowi pada tahun 2014 lalu yang mengatakan, ”Dananya ada”. Sekarang
dipelesetkan menjadi “Dananya ada = Dana Haji, :< wkwkwk”. Oh ya satu
lagi, jika sekiranya nanti wacana ini benar-benar terwujud, semoga saja dana
haji yang berputar itu tidak ikut bercampur dengan uang-uang kotor lainnya,
sebab ini uang suci, gitu lho. Jadi harus lebih hati-hati lagi dalam
pengelolaannya. [Sekian]
Komentar
Posting Komentar