AKU DULU SEKARANG
wallpaperscraft.com |
Dulu sekali, saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar, aku
adalah seorang atlit, tepatnya atlit karate. Jadi, di setiap jam olahraga aku
sering menyendiri diantara teman-temanku. Aku menyendiri di dekat pohon cemara,
dan akupun menendangi batangnya berkali-kali hingga rontok daunnya berguguran
jatuh ke tanah. Saat itu, aku sedang melatih tendangan mawashi geri*-ku
dengan telapak kaki berbalut sepatu. Diam-diam Pak Taufik, guru olahraga
melihatku dan kemudian tersenyum sembari berkata, “Kau calon atlet di masa
depan, nak!”. Akupun tersenyum malu-malu.
Akhirnya, setelah berbincang-binjang lama denganku barulah Pak
Taufik tahu, bahwa aku mengambil kursus karate di dojo Inkai* di dekat
rumah. Aku masih ingat, jelas sekali di ingatanku, aku berlari-lari kegirangan
saat ingin mendaftar karate sehingga kakak sepupu yang mengantarkanku kewalahan
mengejar, “Sudah santai saja jalannya!” ucap kakakku ngos-ngosan.
Sangking semangatnya aku setelah resmi terdaftar sebagai anggota,
saban hari aku terus giat berlatih. Aku lupa di di hari-hari apa saja aku
memulai latihan. Tapi aku masih ingat, kalau aku biasa datang pukul 4 sore
sampai menjelang maghrib. Kecuali hari minggu, latihan bisa dimulai dari pukul
8 pagi hingga pukul 12 siang. Ada tiga hal yang paling menyanangkan dari
latihan karate bagiku. Yang pertama, badan jadi terasa begitu segar dan
bertenaga, apalagi jika seusai latihan langsung mandi. Kedua, aku juga mendadak
jadi pemberani di kelas, padahal sebelum itu aku kerap dibully karena
dicap pengecut. Ketiga, berkat kegigihanku dalam berlatih, aku sempat dipilih
untuk mewakili Kota Lhokseumawe dalam ajang perandingan Kata* tingkat
provinsi di Banda Aceh. Tentu, satu kebanggaan tersendiri bagiku pribadi dan
bagi kedua orangtuaku.
Maka sebelum berangkat aku benar-benar mempersiapkan segala
sesuatunya dengan baik, termasuk salah satunya ialah poding. Minumku
susu putih, makanku ayam plus nasi putih hangat. Ayamnya pun harus ayam
kampung, sebab kata guruku, “Ayam kampung bagus untuk poding!”. Tidurku wajib
pukul 9 teng! Tidak boleh lewat sedetikpun. Latihanku mulai dari subuh hingga
menjelang maghrib. Ya, tentu ada istirahat di setiap sesinya. Bapak bahkan
membuatkanku sasak tinju dari karung beras yang berisi kerikil kecil dan pasir
laut, sedangkan ibu mengundang senpai* untuk melatihku di rumah. Wow!
Namun sayang, aku langsung kalah pada babak penyisihan. Mungkin
karena ini merupakan jam terbang pertamaku. Tapi, selain itu ada juga yang
kusesali, yakni yang dipertandingkan ialah antara sabuk merah dan biru.
Sedangkan aku sejatinya baru sabuk kuning. Walaupun kalah, tetap ada saja hal
yang berkesan bagiku ialah saat aku disambut bak pahlawan di sekolahku. Hahaha.
Aku menyerahkan pialaku yang tingkat kabupaten/kota untuk sekolah sebagai kenang-kenangan.
pialaku berjejer berdampingan dengan piala-piala dari murid-murid lain yang
juga pernah menorehkan prestasi.
Jika dulu aku seorang atlit bela diri yang tentu memiliki fisik
prima dan tubuh yang bagus, maka sekarang aku sedang sibuk mengurusi ukuran
lingkar pinggangku yang semakin membesar (baca membuncit). Hal ini mulanya
disebabkan karena kesibukanku dalam menyelesaikan studi S1-ku. Niatan awalnya
setelah lulus, aku akan kembali aktif berolahraga seperti dulu. Eh parahnya,
hal itu tak kunjung kulakukan. Setelah lulus, aku malah disibukkan dengan
kesibukan lain seperti mencari kerja dan menulis beberapa artikel di media.
Alhasil, pola hidupku menjadi tidak sehat sebagaimana dulu. Contohnya aku biasa
menulis sampai larut malam dibarengi makan cemilan yang tentu tidak sehat,
makanku pun sekarang cenderung banyak ditambah dengn air dingin sebagai
penutpnya. Padahal temanku Riski yang mengambil jurusan apoteker sering
mengingatkan, bahwa sering meminum minuman dingin dapat menyebabkan pembengkakan
pada usus. Tapi seolah tidak benar-benar mendengar ujarannya.
Untung aku tergabung dalam tim voli Bodat VC, yang terdiri dari
teman-teman kampusku seperti Abduul Manan, Romi, Danang Bimantara, Hamdani
Mazri, Hendro, Ismail, Jimmy, Reza Andika, dan Wawan. Dari merekalah aku
sedikit banyak bisa mengeluarkan keringat dan tahu tentang olahraga voli. Bahwa
tepatnya, permainan voli (dulu Mintonette) diciptakan dengan mengadopsi empat
macam karakter olahraga seperti bola basket, baseball, tenis dan bola tangan (handball).
Dalam sebuah tim, terdapat 4 peran penting, yaitu tosser (setter),
spiker (smash), libero dan defender (pemain
bertahan). Tosser atau pengumpan adalah orang yang bertugas untuk
mengumpankan bola kepada rekan-rekannya dan mengatur jalannya permainan. Spiker
bertugas untuk memukul bola agar jatuh di daerah pertahanan lawan. Libero adalah
pemain bertahan yang bebas keluar masuk, tetapi tidak boleh men-smash
bola ke seberang net. Defender adalah pemain yang bertahan untuk
menerima serangan dari lawan. Intinya, permainan voli menuntut kemampuan otak
yang prima, terutama tosser. Tosser harus memutuskan apa yang
harus dia perbuat dengan bola yang dia dapat dalam waktu sepersekian detik.
Walaupun aku belum cukup mahir, tapi jujur aku senang memainkannya.
Mungkin dalam waktu dekat ini aku akan mendaftar kembali di dojo.
Tapi kali ini bukan karate melainkan aikido. Aikido adalah seni beladiri yang
berasal dari Jepang. Beladiri ini diciptakan oleh Morihei Ueshiba (O Sensei).
Jenis beladiri ini memanfaatkan tenaga dari serangan lawan untuk melindungi
diri. Aikido dapat dipelajari oleh anak-anak samapai orang dewasa, baik pria
maupun wanita. Dengan latihan yang teratur, aikido dapat meningkatkan
kesehatan, rasa percaya diri dan tentunya kemampuan untuk membela diri. Sekian
cerita aku dulu sekarang.
*mawashi geri: tendangan seperti menampar dengan
telapak kaki yang diarahkan ke bagian
telingan lawan.
*dojo: tempat latihan beladiri.
*Inkai: nama perguruan bela diri yang kuikuti.
*Kata: semacam pertunjukkan jurus-jurus, yang
dinilai ialah kelihaian dalam membawakannya.
*senpai: sebutan guru untuk pelatih karate.
Komentar
Posting Komentar