DILAN: SOSOK ROMATIS YANG JADI DIRINYA SENDIRI

1.bp.blogspot.com
Saat pertama kali mendengar nama ‘Dilan’ dan ‘Milea’ disebutkan dalam LineToday, saya sering bertanya-tanya siapa sebenarnya mereka? Dan, mengapa buku karya Pidi Baiq itu begitu banyak dibicarakan orang? Saya pun penasaran, namun tidak punya cukup uang untuk membelinya. Beruntung, saya dipinjami Buku ‘Milea, Suara Dari Dilan’ oleh pacarnya teman saya, Widya C. Nisa. Saya pun senang bukan kepalang. Mungkin Tuhan ingin membantu saya menjawab rasa penasaran saya itu.
Setelah saya menuntaskan satu dari trilogi novel ini, tahulah saya jawabannya: Bahwa novel ini menawarkan kisah cinta yang romantis, tentang sepasang kekasih bernama Dilan dan Milea yang masih duduk di bangku SMA. Tentu kisah cinta seperti ini lekat dengan para pembacanya, yang pasti juga pernah melewatkan masa-masa indah di SMA. Saya saja sampai mesem-mesem sendiri saat membaca kisah cinta mereka. Jadi teringat mantan, ckckck.
Saya pribadi bukanlah pujangga yang pintar dalam hal cinta. Tapi, lewat buku setebal 354 halaman ini saya jadi tahu, bagaimana caranya mendekati seorang perempuan yang kita suka. Bagaimana mestinya menjadi laki-laki romantis dengan tetap menjadi diri kita sendiri. Kiat-kiat tersebut ada dalam perawakan dan tingkah laku seorang remaja bernama Dilan. Ya, makanya saya beri judul artikel ini, “Dilan: Sosok Romantis yang Jadi Dirinya Sendiri”. Panjang ya? Wkwkwk
Entahlah, tapi setidaknya ada orang yang bilang bahwa Novel Dilan itu bisa dianggap seperti buku taktik menguasai wanita. Mungkin Pidi Baiq bercanda, tetapi bisa jadi begitu oleh orang yang menganggapnya begitu (Milea, 2017: 18). Ya, saya termasuk orang yang setuju kalau Novel Dilan cocok menjadi buku taktik menguasai wanita. Kata Ari Lasso, “Sentuhlah dia tepat di hatinya”. Dan, Dilan telah melakukan teknik-teknik itu sejak 1990-an.   
Pertama, Jadilah diri sendiri dalam berpacaran
Walaupun Dilan hanya seorang bocah SMA, namun dia mengajari kita (laki-laki) untuk menjadi diri kita sendiri dalam suatu hubungan percintaan yang kita jalani. Kita tidak harus menjadi terkekang, apalagi seperti dicucuki hidungnya oleh pasangan kita. Kita tetap bisa menjadi diri kita sendiri dalam suatu hubungan yang kita jalin. Bukan malah menjadi ‘orang lain’. Dilan menyebutnya, “Merdeka tanpa tedeng aling-aling”.
Sebab, dewasa ini sering kita dapati mereka yang jatuh cinta, namun terpaksa untuk tidak lagi menjadi diri mereka sendiri. Lantaran harus mengikuti kemauan pasangannya atau putus! Kalau sudah seperti ini, hubungan yang seyogyanya diharapkan berjalan romantis malah menjadi terbebankan. Padahal, cinta itu adalah untuk saling menguatkan, bukan malah untuk saling menggurui. “Tidak boleh ini, tidak boleh itu”. Jelas sangat menyebalkan!
Kedua, Jadilah laki-laki yang humoris
Dilan yang blak-blakan dan lucu. Saya yakin dan percaya ada banyak sekali perempuan yang stres menghadapi pasangannya sendiri. Lantaran menghadapi lelakinya yang too serious (terlalu serius). Saya pernah dinasehati oleh teman saya, “Jangan pernah bahas politik saat kau makan siang nanti dengan si doi!”. Bukan malah berarti perempuan itu anti-politik. Kita salah jika berpikiran seperti itu, sebab ada banyak juga perempuan yang memutuskan untuk turun ke gelanggang politik menyerukan aspirasi kaumnya.
Lagipun, jika perempuan itu memilih berhubungan, maka itu karena ia menginginkan sesuatu hal yang menyenangkan. Bukan malah semakin dibuat bingung dan membuat urat sarafnya tegang! Cinta itu ada sebagai wadah untuk saling curhat satu sama lain. Bukan malah curhat tentang situasi negeri ataupun utang negara yang kian menumpuk. Mbalelo! Ha ha ha!   
Pokoke buat dia tertawa bahagia! :D
Ketiga, Plis jangan lebay
Jangan pernah lebay dalam mencintai seseorang. Salah satu contohnya ialah dengan sikap Dilan yang tidak mendramatisir rasa cintanya terhadap Milea. Cukup dengan tindakan, bukan malah dengan perkataan-perkataan yang terkesan alay dan jijay. Hal itu malah akan membuat pasangan kita ilfil (hilang feeling/perasaan).
Keempat, Be a gentleman
Menerima dengan lapang dada akan keputusan takdir, jika memang peempuan yang kita sayangi tidak jadi bersama kita. Memang ini berat, Sob. Saya tahu karena saya juga pernah mengalaminya. Tapi, mengungkit-ungkit masa lalu hanya akan menyisakan perih dan luka, serta masalah yang tak kunjung usai.
Kita bangsa lelaki terkadang harus mencontoh kerelaan Dilan dalam melepas Milea yang memilih Mas Herdi. Kalau kata Armada, “Ku rela kau dengannya/ Asalkan kau bahagia//”. Memang ini klise, bung! Tapi sekaligus menunjukkan sikap seorang lelaki yang gentleman.
Kelima, Akrab dengan keluarga
Dilan yang akrab dengan keluarganya: Bunda, Ayah dan Disa patut dicontoh dalam sebuah hubungan keluarga. Tak dapat dipungkiri memang, fenomena sekarang ini menunjukkan adanya jarak antara anak dengan orangtuanya. Padahal, orangtua terkhusus dalam hal ini ibu, dapat menjadi teman curhat yang solutif dalam hal percintaan. Ibarat kata, ibu itu sebagai seorang perempuan jelas lebih peka dalam hal perasaan. Sudah banyak makan asam garam kehidupan percintaan begitulah ibaratnya. Oh ya, ada satu teman saya di kampus yang tingkahnya sama seperti Dilan, sedikit-sedikit ngadu ke bundanya tentang kisah asmara yang ia hadapi. Awalnya saya merasa unik saja dengan cara teman saya itu, eh ternyata manjur juga. Dia dan doi akhirnya jadi langgeng terus lewat saran-saran bundanya. Do’a ibu ~ he he.
Keenam, Berteman dengan siapa saja   
Berbicara Dilan bukan berarti melulu bicara tentang percintaan saja. Lebih dari itu, bicara Dilan juga bicara tentang persahabatan. Dimana laki-laki itu seharusnya tidak milih-milih dalam berkawan. Siapapun harus kita kawani dengan tetap memegang prinsip teguh, yakni yang baik diambil dan yang buruk dibuang jauh-jauh. Untuk hal ini saya juga salut dengan tokoh bunda, yang memberikan kebebasan kepada Dilan untuk berteman selama masih dalam pengawasannya. Bukan malah mengekang anak-anak sehingga menjadikannya sebagai pemberontak. “Bunda gak ngelarang kamu main sama siapapun,” kata Si Bunda. “Bunda gak akan ngekang kamu karena Bunda percaya kamu gak akan kebawa-bawa mereka” (Milea, 2017: 49).
Dan hal yang paling dilematis dalam suatu hubungan percintaan ialah, dikala  kita dipaksa pasangan kita untuk memilih ‘Dia’ atau ‘Sahabat’. Sebagaimana yang terjadi pada Dilan kala diminta Milea untuk memilih ‘Aku’ atau ‘Sahabatmu’ yang geng motor itu?! Saya menyadari keputusan Milea itu sebenarnya demi kebaikan Dilan juga. Namun, tidak akan ada laki-laki sejati yang membuang teman-temannya hanya demi kisah cintanya yang langgeng. Saya pikir disinilah kebijaksanaan Dilan, yang coba mengetengahkan keduanya kedalam win-win solution. Tiada yang salah, dan tiada yang paling benar. Hanya saja mungkin takdir mereka untuk tidak bersatu di kemudian hari.
Menurut pendapat pribadiku, geng motorku itu adalah geng motor biasa saja, tidak benar-benar seperti yang dikatakan oleh Lia di dalam buku itu, di mana seolah-olah sepenuh hidupku aku persembahkan untuk meraih kejayaan geng motorku. Tidak sama sekali. Bahkan, aku tidak menempatkan perkelahian sebagai hal yang penting. Aku hanya melakukan perlawanan karena dia menyerang dan alhamdulillah aku berani (Milea, 2017: 48).
Memang sudah kodratnya sih, perempuan itu khawatiran orangnya. Tapi begitulah cara mereka membuktikan kecintaan mereka terhadap pasangannya. Seperti Milea yang khawatiran ~
“Apa?” kata Lia dengan intonasi sedikit agak galak. Saat itu, kami sedang duduk berdua di kursi halaman depan rumahku. Sore-sore. “Aku pacarmu! Aku yang harus kamu denger. Bukan Si Burhan yang gak jelas itu! Bukan Si Anhar yang banci itu.’
Udah. Jangan maki-maki kawanku, Lia,” kataku. Aku merasa harus bicara pelan-pelan untuk bisa tenang mengalir berkomunikasi.
“Kenapa? Kenapa kalau gue maki mereka?” kata Lia pakai “Gue”. Dia menatapku. “Aku gak takut geng motor! Bilang ke mereka, aku gak suka mereka,” kata Lia lagi kembali pakai “Aku” (Milea, 2017: 107).
Ketujuh,  Nyatakanlah kalau benar cinta
Hal itulah yang ditunjukkan Dilan kepada Milea dalam bukunya. Ia tidak menunggu waktu lama, ia tidak perlu berpikir terlalu keras. Ya, cukup utarakan dan buktikan saja kecintaanmu itu. Setalah itu biarkan si dia yang memilih mau atau tidak denganmu. Uniknya, Dilan ‘PDKT’ ke Milea dengan meramal pasangannnya itu. Ha ha ha. Terinspirasi dari Remi Moore di warung tempat tongkrongan favorit mereka. Atau saat memberikan hadiah TTS yang telah diisi Dilan sebagai hadiah ultah untuk Milea. Katanya, itu sebagai bukti perjuangan cintanya. Ha ha ha! Ataupun saat berkali-kali mengirim coklat dan surat untuk Milea lewat orang yang berbeda-beda. Dilan menunjukkan kepada kita, bahwa bahagia itu sederhana, dan tak perlu yang mahal-mahal untuk mendapatkan perhatiannya. Dia juga akan mengerti kondisi keuangan kita koq :)
Ataupun buatlah puisi-puisi romantis sebagaimana yang sering Dilan lakukan pada Milea. Tak perlu yang sulit-sulit, tulis saja sebagaimana yang kamu rasakan kepadanya. Dan, jika ada kesempatan coba bacakan itu di hadapannya. Tapi ingat, plis puisinya jangan yang lebay! Ataupun kalau malu untuk membacakan, ya kirimkan saja. Berikut adalah salah satu puisi Dilan yang rada aneh, tapi cukup romantis. Ha ha ha.
JUMAT SORE
Rindu sudah sampai di kepala,
Menyerang jantung dan sampai usus.
Aku dalam keadaan darurat,
Hai, Scooby-Doo, jangan bercanda
Bisakah aku bertemu dengan Lia?
Memberi aku tempat berlindung
Dari godaan sunyi yang terkutuk
“ Ha ha ha. Puisi aneh!” kata Akew.
Aku ketawa.
Kedelapan, Setia kepada pasangan juga kepada sahabat
Dilan menunjukkan kesetiaannya kepada Milea, walaupun Susi juga mencintainya. Bahkan, Susi pernah mencium tepat dibibirnya. Begitupula halnya dengan Milea, yang merasa bersalah saat diciumi oleh Yugo di bioskop. Milea bahkan sampai menangis, takut jika ia mengecewakan kepercayaan Dilan kepadanya. Begitulah seharusnya cinta itu, saling menjaga kepercayaan dan saling setia satu sama lain. Bukan malah saling menelikung di belakang.
Tapi, kesetiaan Dilan bukan hanya ditujukan bagi Milea saja, melainkan juga kepada para sahabatnya di geng motor. Apalagi saat Akew meninggal, muncul di dadanya yang masih bergejolak itu untuk balas dendam. Walaupun niatnya itu sudah salah, namun yang perlu kita contoh ialah kesetiakawanan mereka dalam mengarungi hidup.  
Pandanganku hari ini mengenai kejadian saat itu, aku sudah bisa berdamai dengan semua kelakuanku di masa remaja. Kamu boleh bebas berpendapat tentang diriku, bahkan dengan penilaian yang terburuk sekalipun karena aku percaya, di dalam caranya masing-masing, setiap orang melakukan kesalahan. Dan, setiap orang berhak mendapatkan kesempatan untuk dimaafkan (Milea, 2017: 97).
Perasaan di atas timbul pada diri Dilan, saat dirinya dan teman-temannya ingin balas dendam terhadap abangnya Anhar yang telah mengoroyoknya. Sebelumnya, memang Dilan lah yang memukul Anhar karena telah menampar Milea. Anhar melakukan itu lantaran marah dengan Milea, yang telah banyak mengambil waktu Dilan dari geng mereka. Tetapi, akhirnya niat itu urung dilakukan Dilan dan mereka pun saling bermaafan.
  Kesembilan, Ajak dia jalan-jalan
   Ajak pasanganmu itu jalan-jalan, jangan pernah biarkan dia suntuk berpacaran denganmu. Tak perlu mewah, ajak saja ia naik sepeda motormu. Pakaikan helm ke kepalanya, dan biarkan dia bersandar di punggungmu. Bawalah ia jalan-jalan sore, ataupun mampir ke rumahnya atau ajak ia kerumahmu. Sehingga ada saja kegiatan baru yang bisa kalian lakukan bersama. Sekaligus menunjukkan keakraban antar-keluarga. Jadi, tak perlu ada yang disembunyi-sembunyikan.
Ataupun bawalah sesekali ia ke toko buku, dan biarkan ia memilih buku-buku kesukaannya. Setidaknya itulah yang saya pelajari dari Dilan, yang sering mengajak Milea jalan-jalan ataupun mengantar-jemputnya sekolah. Oh ya, saya termasuk laki-laki yang meyakini, bahwa perempuan abad milenial ini sangat suka membaca, terutama ya buku-buku tentang cinta, cinta dan cinta ~
Kesepuluh, Jangan paksa dia kalau lagi bad mood
Adakalanya dalam berhubungan itu, kita bakal jatuh ke taraf saling bertengkar, saling tidak memahami keadaan masing-masing alias miss-communication. Kalau sudah seperti ini, usahakan kita sebagai laki-laki memberikan ruang kepada perempuan itu untuk menyendiri dulu. Dengan tetap mencoba membangun komunikasi yang ada. Jika ia tidak mau juga, bisa lewat orangtuanya. Pokoknya jangan sampai hubungan kelen putus. Gitu lho!
Musabab perempuan itu berbeda dengan laki-laki. Sekalipun kita adalah pasangannya, namun ada satu waktu dimana kita tidak mengerti dengan pola pikirnya yang penuh dengan kode-kodean itu. Mungkin ketika para perempuan dilahirkan, ibunya lagi ngidam barcode. Ha ha ha. Salah menangkap maksud mereka juga bakal memicu perang yang bisa lebih hebat lagi. Diam salah, bertindak salah lagi, mungkin itulah nasib kita laki-laki atas perempuan yang kita sayangi. Makanya, beruntung sekali laki-laki yang mengerti kode-kodean itu. Saya jadi curiga dengan playboy, he he he.
Hal ini merujuk kepada sikap Milea yang belakangan semakin cuek kepada Dilan. Lantaran pasangannya itu, yang tidak mau memutuskan pertemanannya dengan Burhan dan geng motornya. Akhirnya, secara sepihak tanpa mau mendengar penjelasan Dilan (Biasanya perempuan memang gitu, secara tidak langsung lebih egois daripada laki-laki yang memang sudah egois dari lahir). Milea menyatakan putus dengan Dilan!
Saat seperti ini merupakan saat yang sering kita rasakan kan, Guys? Di satu sisi kita rindu, tapi di sisi yang lain kita juga gengsian. Sama juga seperti yang perempuan rasakan. Di satu sisi mereka kangen, eh disisi yang lain mereka malu untuk mengungkapkan. Begitu terus sampai kiamat. Ha ha ha. Oleh karena itu, berdasarkan petuah Remi Moore dalam Novel Dilan, bahwa laki-laki itu harus peka dan bertindak lebih dulu dalam menyelesaikan setiap persoalan yang ada. Karena terus mendiamkan juga tidak baik. Mungkin, ada satu solusi untuk masalah ini, yaitu kita yang mengalah dan secara ksatria meminta maaf. Biasanya perempuan menyenangi itu.
Jangan sampai penyesalan datang pada akhirnya, dan nasi pun telah menjadi bubur. Tak bisa kembali bersama lagi. Tak bisa jalan, makan dan nonton bareng lagi. Setelah putus jelas merupakan hal yang tidak menyenangkan. Hari-hari menjadi sepi tanpa candaan dan keceriaan bersama perempuan yang kita sayangi. Kita pun mendadak jadi sensitif, jika tiba-tiba membahas tentangnya. Jika pada saat jatuh cinta yang kita lihat pada dirinya adalah kebaikan. Maka sebaliknya, ketika kita putus yang kita lihat pada dirinya hanyalah kejelekan belaka. Kontras!
Cowoknya yang harus ngerti. Tapi kamunya ya gitu, malah ngerasa gengsi mau ngehubungi dia. Itu kali ya, gara-garanya itu, Dilan-nya udah kadung nyangka Lia udah pacaran lagi. Coba kalau dulu enggak,” kata Remi lagi....“Gini ya, Dilan. Buat cewek, harga diri itu segalanya,” kata Remi Moore (Milea, 2017: 325).
Kesebelas, Bersikap merelakan jika bukan jodoh
Sama seperti Dilan, yang pasca putus dengan Milea banyak menghabiskan waktunya di Jogja untuk mendaftar kuliah, dan berjumpa teman baru. Walaupun pada akhirnya tetap memilih Bandung sebagai tempat kuliahnya juga. Saya pribadi tidak begitu tahu, apakah Milea adalah cinta Dilan yang kesekian atau memang cintanya yang pertama kali. Tapi dari Dilan saya pribadi belajar, bahwa benar apa yang dikatakan pepatah arab, “Al Muhabbatul ula la tunsa fiiha” (Cinta pertama tidak akan pernah terlupakan). Aih! Ha ha ha. Sebagaimana yang kita rasakan pada cinta pandangan pertama. Sweet sweet!
Walaupun di akhir cerita itu, Dilan ditinggal pergi ayahnya yang meninggal, serta ditinggal oleh kekasihnya yang memilih bertunangan dengan Mas Herdi. Tapi satu hal yang perlu kita contoh darinya, ialah ia tidak pernah mengutuki dan membenci Tuhan atas takdirnya itu. Dilan percaya dan tegar, bahwa pembuktian cinta yang sesungguhnya itu dibuktikan kala seorang lelaki merelakan kekasihnya bersama yang lain. Asalkan ia bahagia. Ya, asalkan ia bahagia! Dan, Dilan pun mendoakan kebahagiaan Milea bersama Mas Herdi, baik dalam diamnya maupun dalam rindunya itu.
Walaupun di akhir cerita itu, Dilan tak lagi memadu kasih dengan Milea Adnan Hussain. Dan, memiliki pacar baru bernama Achika Mehrunisa Rabu (Cika). Namun, Dilan melakukan itu karena ia tahu bahwa ia harus terus bergerak maju (move on), dan bukan malah terus berkubang dalam kesedihan yang tiada berkesudahan. Lagipun, bukankah cinta itu tak harus memiliki? kata mantanku. wkwk.
Milea juga pasti rindu dengan Dilan yang mengajaknya naik motor berdua di Jalan Buahbatu. Milea juga pasti rindu dengan cara Dilan berkenalan dengannya, “Dia mengajak kenalan cewek dengan bilang mau meramal?” (Milea, 2017: 309). Milea juga pasti rindu dengan Dilan yang memberi hadiah ulang tahun TTS yang sudah diisi. Dilan yang siap berantem untuk pacarnya, dan Dilan yang punya ibu seperti Bunda. Milea pasti bakal rindu saat-saat itu~
“Biarlah sudah, Nak. Gak usah kau sesali. Yang penting sekarang, urus Cika. Jangan sampai macam itu terulang.”
“Iya, Bunda.”
Gak usah berakhir dengan saling menyalahkan diri sendiri. Apalagi nyalahin orang lain....”
“Iya, Bunda.”
“Kalau kamu benar sayang ke Lia, jadilah sahabatnya....”
“Siap, Bunda.”
“Semua harus disikapi dengan dewasa. Bunda percaya ke kamu. Bunda juga percaya ke Lia. Bunda tahu Lia....”
“Siap, Bunda.”
Katanya, kata Bunda, jadilah diri sendiri. Masa lalu adalah masa lalu, tak usah dihindari atau kautolak. Masa lalu akan menjadi penasihat yang baik. Tidak ada gunanya kau sesali. Biarlah itu hadir sebagai aliran yang membawamu pergi ke tujuan yang lebih baik.
Katanya, terimalah kenyataan, dan terus hidup dengan melakukan apa yang benar dan menyenangkan. Percayalah, dalam perasaan cinta dan kasih sayang semuanya akan menjadi adil, semuanya akan menjadi indah. Berbeda hasilnya dengan jika kamu benci, berbeda hasilnya dengan jika kaudendam (Milea, 2017: 318-319).
Ada baiknya tulisan ini ditutup dengan salah satu puisi Dilan yang saya sukai berjudul “MENEMBUSMU”, halaman 334:
Setiap hal ketika aku menunggumu
waktu berjalan menjadi lebih lambat untukku:
Malam berjalan lebih lambat,
siang berjalan lebih melambat,
Jam dinding bergerak lebih lambat,
usia bertambah lebih lambat
Di saat mana jantungku berdetak lebih cepat
melebihi kecepatan cahaya
oleh keinginan bertemu denganmu (Dilan, 1991)


Terimakasih Dilan, terimakasih Milea telah mengajari aku, kami dan kita semua tentang cinta yang sesungguhnya. Love.

Komentar

Postingan Populer