GA USAH BINGUNG :)
Gambar diambil saat Mr. Quantitative tengah sibuk menjelaskan, dan kami semua pada bingung, wkwk (caption macam apa ini, wkwkwk) |
Sore menjelang malam itu, kelas
mendadak mengeluh, karena metode pengajaran Mr. Quantitative yang terlampau
cepat. Aku dapat memahami itu, karena kelas terdiri dari berbagai elemen yang
berbeda. Ada yang mengatakan padaku bahwa dia telah meninggalkan dunia kampus
selama 8 tahun, dan itu membuatnya benar-benar mudeng. Apa itu mudeng?
Akupun tak tahu. Hahaha. Ada pula yang mengaku padaku, bahwa pola
penjelasan profesor di sini itu berputar-putar dulu baru masuk ke inti. Aku
bilang ilmu sosial memang begitu, pola berpikirnya deduktif (dari umum ke
khusus). Jadi, ada kemungkinan jika kita bertanya A, maka beliau akan bercerita
dulu tentang B, C, D, E sampai Z baru kembali ke A sebagai inti dari pertanyaan
kita. Hahaha, yang sabar ya :).
Selain itu, ada beberapa elemen lagi
yang tidak linier dengan Ilmu Komunikasi. Ada yang dari akutansi, ilmu eksata,
ilmu budaya, sastra Batak dan sebagainya. Sehingga mereka harus membaur lagi,
ikut matrikulasi lagi, dan mengalami gegar ilmu pengetahuan. Seperti yang
terjadi pada sore menjelang malam itu. Tapi kupikir tak ada yang perlu
ditakuti, cukup memahami dan menjalaninya saja dengan sungguh-sungguh.
Terkadang rasa takut kita sendiri, menjadikan kita enggan untuk berkenalan
dengan ilmu yang kita takutkan itu. Adapun ilmu itu bernama Metode Penelitian
Kuantitatif (MPK I).
Sore menjelang malam itu, Mr.
Quantitative memulai mata kuliahnya dengan intro yang baik. Dia mengatakan,
“Bicara metodologi adalah bicara soal metode, teori, metode pengukuran, sampling
dan metode pengumpulan data”. Saya pikir siapapun yang mendengarkan ini bakal
paham bahwa metodologi adalah cara untuk melakukan suatu penelitian. Didalam
metodologi tersebut ada beberapa hal yang perlu kita pahami seperti
teori-teori, dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian kuantitatif (metode
pengukuran/pengumpulan data, populasi, sample dan bla-bla-bla).
Saya kira sampai disini sudah cukup jelas.
Keluhan di sore menjelang malam itu
terjadi saat Mr. Quantitative menampilkan slide bergambar lingkaran
dengan judul “Hyphotetico Deductive Method”. Nah, didalam
lingkaran itu dibagi kepada empat bagian, diantaranya: 1) Theoretical
Explanation, 2) Research Methods Application, 3) Data Analysis, dan 4) Data
Interpretation. Ingat ya, itu yang ada didalam lingkaran. Adapun yang ada
diluar lingkaran juga terdiri dari empat bagian, walaupun tidak ada garis
pembatasnya, yakni: 1) Theoretical Framework, 2) Hyphotheses, 3) Empirical
Observation, dan 4) Empirical Generalizations. Sedangkan, untuk gambar
lingkaran kecil beserta tulisan yang lain seperti Logical Deduction,
Instrumental Sampling, Data Collection, Measurement, Hyphotheses Testing tak
usah terlalu diambil pusing sebab keberadannya hanyalah sebagai komplementer
(pelengkap) saja. Yuk, mari kita bahas satu persatu!
Dalam sebuah penelitian kuantitatif itu
meniscayakan adanya identifikasi masalah, atau dalam bahasa kerennya Problem
Indentification oleh diri peneliti. Jadi, disini kita harus memahami dulu
masalah apa yang mau kita teliti. Misalnya, kita mau meneliti dampak tayangan
media terhadap bla bla bla. Maka, kita harus meyakini dulu bahwa
penelitian kita itu sarat dengan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.
Maksudnya begini, kita mau meneliti dampak suatu tayangan media terhadap
perilaku remaja. Kita katakan saja sinetron Indonesia, yang kerap mengangkat
kisah dan gaya hidup orang kaya. Maka, di penelitian itu yang ingin kita ketahui
adalah apakah tayangan yang penuh glamour itu berdampak terhadap
perilaku remaja kita. Misalnya dari gaya hidupnya, apakah mereka turut meniru
perilaku orang-orang kaya yang ada dalam tayangan tersebut? Sekalipun yang
menonton tayangan tersebut adalah remaja kita yang berasal dari keluarga
miskin?
Maka disini sudah ada identifikasi
masalah, dimana seharusnya keberadaan suatu tayangan media di Indonesia untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Eh, malah dalam praktiknya mengajarkan
remaja kita untuk berperilaku konsumerisme, hedonis dan sebagainya yang bahkan tidak
sesuai dengan isi dompet mak bapaknya. Ini benar-benar masalah yang
miris sekaligus menarik untuk diteliti!
Nah, kalau identifikasi masalah pada
diri peneliti sudah oke. Ringkasnya, si peneliti sudah mengetahui apa yang
ingin diteliti, maka tinggal lah ia menuliskannya pada latar belakang masalah
yang ada pada Bab I (Pendahuluan). Eits, namun untuk menuliskannya pun
ada tatacaranya lho, itulah maksud adanya lingkaran yang disebutkan di
atas.
Karena penelitian ini bau-baunya
adalah kuantitatif, maka yang dituliskan/dijelaskan lebih dulu ialah
teori-teori yang berkaitan dengannya. Misalnya penelitian tentang dampak
tayangan media tadi, maka yang ditulis lebih dulu adalah teori-teori yang berkaitan
dengan dampak media. Contoh: teori jarum suntik (jarum hipodermik), teori
kultivasi (penanaman), teori agenda setting (penetapan agenda media) dan
lain-lain, maka ini dulu yang dituliskan pada latar belakang masalah terus mengerucut
hingga ke inti persoalan. Begitu :). Proses ini disebut juga dengan Theoretical
Explanation (Penjelasan Teori). Kalau istilahku ibarat orang jatuh cinta,
dia tidak akan langsung mengatakan will you marry me?, tapi lelaki yang
berpikir deduktif bakal berkata: “Kudamba kau menjadi pendamping hidupku, dan
calon ibu bagi anak-anak kita. Eyak! Baru kemudian latar belakang
masalah yang dianggap sudah oke itu ditutup dengan kata-kata kunci penelitian,
yakni: “Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas,
maka peneliti tertarik untuk meneliti (masuk judul) bla bla bla. :)
Kedua, ketika kita sudah selesai
dengan latar belakang masalah, dan anggap saja kita telah selesai dengan segala
teori yang berkaitan dengannya (Bab II), maka kita pun masuk ke Bab III yakni
metodologi penelitian. Sudah dijelaskan bahwa penelitian kita di atas adalah
kuantitatif karena mencari tahu tentang dampak (pengaruh), dan kita katakan
saja paradigma penelitian kita itu positivis. Karena biasanya penelitian
kuantitatif tidak jauh-jauh dari sifatnya yang deskriptif (menggambarkan)
ataupun eksplanatif (menjelaskan) suatu fenomena yang terjadi. Dan, ternyata
tidak cukup sampai disitu juga. Ingat, kita tengah mengerjakan penelitian
kuantitatif. Jadi, jelas kita butuh variabel-variabel.
Untuk memahami variabel itu tidak
sulit, sebab variabel itu ada dua, yakni variabel independen dan variabel
dependen. Nah, variabel independen adalah yang mempengaruhi dan variabel
dependen adalah yang dipengaruhi. Kerennya begini, variabel independen itu
adalah x, dan variabel dependen itu y. Jadi, kita ingin mengetahui apakah
variabel x (dampak tayangan media/sinetron) mempengaruhi variabel y (perilaku
remaja)? Hehehe, pasti sudah mafhum, kan?
Cuman, karena gengsi kita adalah
mahasiswa/i S2, maka variabel yang mempengaruhi tidak boleh cuma 1 tok. Ga
boleh. Haram! Hehe. Jadi muncul lah X1, X2, X3 dan seterusnya yang
bisa jadi turut mempengaruhi Y. Kali ini kita ambil contoh dari Mr.
Quantitative, beliau menjelaskan bahwa ketergantungan seseorang terhadap suatu
tayangan media tidak hanya disebabkan oleh satu faktor. Simpelnya begini, nenek-nenek
(hehehe) yang berada di suatu kampung sangat suka dengan film-film India
yang diputar di ANTV, dan tidak ingin meninggalkannya barang satu episode pun.
Maka jelas, secara teori nenek-nenek di kampung itu sudah mengalami
‘ketergantungan’ terhadap media singkatnya depedency media. Nah, si
peneliti ingin tahu apakah nenek-nenek di kampung itu ‘benar-benar’ telah mengalami
ketergantungan media, hanya karena faktor hobi semata atau jangan-jangan ada
banyak faktor lainnya.
Maka, ketika dirumuskan jadinya seperti
ini:
X1: Media Use (Uses and
Gratification), memang hobi mereka yang sukak nonton India.
X2: Media Exposure/Terpaan Media
(Agenda Setting), habis di ANTV yang diputar India terus.
X3: Social Political Context, hmmm
atau jangan-jangan ada unsur ekonomi politik media (mencari untung), yang ingin
didapatkan pihak ANTV dari tayangan India yang ada.
Dan, Y: Media Depedensi
(Ketergantungan Media).
Sedangkan Z: Variabel Kontrol
(Controlling)/Antara (Kategori responden yang ditentukan oleh peneliti, misal:
gigi neneknya harus 2, umurnya 70 tahun ke-atas, dan sebagainya, hehehe).
Semua proses ini disebut juga dengan
Research Methods Application. Dan, kalau variabel-variabel di atas sudah
oke, tinggal melanjutkannya ke tahap hipotesis. Apa itu? Hipotesis itu asumsi
dasar peneliti atas suatu penelitian yang dikerjakannya. Pada kasus di atas,
maka terdapatlah dua hipotesis. Yang satu disebut Ha dan yang kedua disebut Ho.
Ha untuk menunjukkan bahwa tayangan India di ANTV berpengaruh terhadap
ketergantungan nenek-nenek di kampung........... dalam mengonsumsi media.
Sedangkan, Ho adalah kebalikannya, tidak terdapatnya pengaruh antara tayangan
India di ANTV dengan ketergantungan nenek-nenek di kampung............. dalam
mengonsumsi media. Namun, Mr Quantitative menegaskan, bahwa peneliti tidak
boleh memaksakan hasil penelitiannya harus Ha. Jika memang Ho ya tuliskan Ho,
karena tugas peneliti hanya membuktikan (S1) dan menguji teori (S2) saja.
Karena variabel yang mempengaruhi di
atas tadi ada banyak, maka biasanya akan ada skala-skala tertentu. Misalnya
hasil penelitian kita di atas adalah Ha, berarti ada pengaruh antara tayangan
India di ANTV terhadap ketergantungan mengonsumsi media. Namun harus diperjelas
lagi variabel manakah yang paling dominan. Apakah ketergantungan si nenek
karena X1 selanjutnya X2, atau hanya X1 saja dan lainnya tidak ada. Untuk itu, dibutuhkan
skala-skala untuk mengkategorikannya. Nah, disini saya mulai meraba-raba
bagaimana cara menentukan skalanya. Mungkin karena saya phobia angka
dari Kelas III SD kali ya, hehehe.
Kalau Bab III kita diatas sudah
rampung plus populasi dan sample, serta teknik pengambilan sampling-nya
sudah jelas, maka kita pun tinggal melaju ke Bab IV (Pembahasan). Horeeee!
Hahaha. Tapi untuk sampai di bab ini gampang-gampang susah, karena
kita harus turun ke lapangan, dan menyerahkan angket kepada responden terpilih
untuk diisi. Hal inilah yang disebut dengan Empirical Observation atau
mengamati kejadian nyata lewat data, kan penelitian kuantitatif. Hehehe.
Pada tahap inilah peneliti mulai mengoleksi data (data collection), dan
sekiranya sudah lengkap maka kita pun telah benar-benar masuk Bab IV. Kita cukup
menganalisis data yang kita koleksi tadi dengan teknik pengukuran data tertentu.
Biasanya mahasiswa/i/peneliti menggunakan aplikasi program SPSS. Sehingga
proses analisa data/uji tabel tunggal/presentase dan segala macamnya bisa lebih
cepat terselesaikan ketimbang menggunakan cara manual. Secara tidak langsung,
maka kita pun tengah menguji hipotesis yang ada (hypotheses testing).
Jika hipotesis telah dapat
ditentukan, maka kita telah sampai ke tahap Data Interpretation,
singkatnya hasil penelitian. Dan, hampir menyelesaikan Bab IV secara
keseluruhan (Bab V ga dibahas karena cuma kesimpulan doang, wkwkwk).
Pada tahap terakhir inilah hasil penelitian yang telah kita dapatkan diuji
kembali, apakah temuan dalam sample kita itu bisa mewakili populasi yang
kita teliti. Jika bisa, maka selamat lah kita, alhamdulillah. Sedangkan,
jika penelitian kita tidak mampu digeneralisasikan secara umum (tingkat
populasi lebih besar lagi dari populasi yang ada), maka penelitian kita tetap
sah-sah saja, dengan catatan kontektualnya yang lemah. Sekian. Terimakasih
:)
Komentar
Posting Komentar