LEBIH DEKAT DENGAN PARADIGMA KHUN
http://1.bp.blogspot.com |
Tak ada yang abadi, begitulah lirik salah satu lagu Noah beberapa
tahun silam. Lagu ini bercerita tentang seorang kekasih yang menyadari kasihnya
tidak akan bertahan lama. Ternyata, bukan hanya kasih atau orang saja yang
bersifat fana ( sementara), akan tetapi hal itu berlaku pada ilmu pengetahuan.
Ya, setidaknya itulah yang ada dalam benak Thomas Samuel Khun. Menurut Khun,
adakalanya ilmu itu tidak lagi bersifat linier-akumulatif, melainkan telah
membusuk dan harus digantikan dengan yang lain. Pandangan baru, katanya.
Sebagaimana halnya dalam perhelatan politik, pendatang baru kerap
mengancam incumbent. Sekalipun incumbent memiliki kelebihan-kelebihan tertentu.
Begitu pula halnya dengan ilmu pengetahuan, kehadiran paradigma baru barang
tentu bakal mengancam eksistensi paradigma lama. Kuhn berpendapat bahwa suatu
ilmu pengetahuan terikat oleh ruang dan waktu, maka suatu paradigma hanya cocok
dan sesuai untuk permasalahan yang ada pada saat tertentu saja, sehingga
apabila dihadapkan pada permasalahan yang berbeda dan kondisi yang berlainan,
maka perpindahan dari suatu paradigma ke paradigma yang baru dan sesuai adalah
suatu keharusan. Jadi paradigma lama harus benar-benar angkat kaki, begitulah
kira-kira.
Adapun paradigma sendiri menurut pemahaman penulis merupakan sudut
pandang seorang peneliti dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Lantas menurut Khun,
jika suatu teori telah usang, dan tidak mampu lagi untuk memecahkan
permasalahan yang ada untuk apa digunakan lagi?! Menurut penulis, Khun ingin
mengajari kita, bahwa bersikap taklid buta (fanatisme) bukanlah suatu hal yang
baik. Terutama dalam hal ilmu pengetahuan. Jadi menurut Kuhn “paradigma” tidak
berkembang berdasarkan siklus-siklus, melainkan terus bergerak maju, dan terus
berevolusi.
Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu lebih lebih cocok
dengan situasi sejarah. Dengan demikian diharapkan filsafat ilmu lebih
mendekati kenyataaan ilmu dan aktifitas ilmiah sesungguhnya. Menurutnya ilmu
harus berkembang secara revolusioner bukan secara kumulatif sebagaimana
anaggapan kaum rasionalis dan empiris. Sehingga dalam teori Kuhn, faktor
sosiologis, historis, serta psikologis ikut berperan.
###
Glosarium:
-
Anomali-Krisis
Dalam wilayah normal science, seringkali ada permasalahan yang
tidak terselesaikan dan banyak diantaranya amat penting menurut asumsi ilmuwan.
Yang pada akhirnya akan muncul keganjilan, ketidaksepakatan dan penyimpangan
dari hal-hal yang biasa. Maka oleh Kuhn situasi ini disebut anomali. Jika
anomali semakin banyak, hingga suatu komunitas ilmiah mengumpulkan data-data yang
tidak sejalan dengan pandangan paradigma mereka, serta mulai mempersoalkan
kesempurnaan paradigmanya, maka semenjak itu ilmu tesebut masuk dalam masa
krisis. Biasanya krisis ini timbul setelah mengalami sains normal dalam waktu
yang lama, dan hal ini merupakan suatu fase yang harus dilewati untuk menuju
kemajuan ilmiah. Karena adanya krisis, suatu komunitas ilmiah akan berusaha
menyelesaikan krisis tersebut, hal inilah yang disebut proses sains luar biasa.
Pada proses sains luar biasa ini, komunitas ilmiah akan dihadapkan pada dua
pilihan, apakah akan kembali pada cara-cara lama atau berpindah pada sebuah
paradigma baru, jika memilih yang kedua maka terjadilah apa yang disebut Kuhn “
Revolusi Sains”. Barang tentu kita perlu perubahan guna menuju ke suatu hal
yang lebih baik, dan musti berani untuk itu.
-
Revolusi
Sains – Ilmu Normal – Krisis Baru
Revolusi sais merupakan episode perkembangan non-kumulatif, dimana
paradigma lama diganti sebagian atau seluruhnya dengan paradigma baru yang
bertentangan. Oleh karena itu menurut Kuhn perkembangan ilmu itu tidak secara
kumulatif atau evolusioner, tetapi secara revolusioner yakni membuang paradigma
lama dan menggunakan paradigma baru yang berlawanan. Paradigma baru tersebut
dianggap lebih mampu memecahkan masalah untuk masa depan. Melalui revolusi
sains disinilah menurut Kuhn revolusi ilmu pengetahuan akan terjadi.
Apabila paradigma baru dapat diterima dan dapat bertahan dalam
kurun waktu tertentu, maka ilmu tersebut akan menjadi ilmu normal yang baru,
dan kemungkinan akan ditemukan anomali-anomali dan terjadi krisis baru. Begitu
seterusnya, dan baru terhenti ketika kiamat terjadi. Hehehe. Walhasil, menurut
beliau tidak ada paradigma yang sempurna dan terbebas dari kelainan-kelainan.
Sehingga konsekuensinya ilmu harus mengandung suatu cara untuk mendobrak keluar
dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih baik, inilah fungsi revolusi.
Kan benar seperti intro di atas, tak ada yang abadi~
###
Biografi
Thomas Samuel Kuhn lahir di Cicinnati, Ohio pada tanggal 18 juli
1922. Kuhn lahir dari pasangan Samuel L, Kuhn seorang Insinyur industri dan
Minette Stroock Kuhn. Pada tahun 1946 Kuhn belajar sebagai fisikawan namun baru
menjadi pengajar setelah mendapatkan gelar Ph.D dari Harvard pada tahun 1949.
Tiga tahunnya dalam kebebasan akademik sebagai Harvard Junior Fellow sangat
penting dalam perubahan perhatiannya dari ilmu fisika kepada sejarah (dan
filsafat) ilmu. Dia kemudian diterima di Harvard sebagai asisten profesor pada
pengajaran umum dan sejarah ilmu atas usulan presiden Universitas James Conant.
Setelah meninggalkan Harvard dia belajar di Universtitas Berkeley
di California sebagai pengajar di departemen filosofi dan sains. Dia menjadi
profesor sejarah ilmu pada 1961. Di berkeley ini dia menuliskan dan menerbitkan
bukunya yang terkenal The Structure Of Scientific Revolution pada tahun 1962.
Pada tahun 1964 dia menjadi profesor filsafat dan sejarah seni di Princeton
pada tahun 1964-1979. Kemudian di MIT sebagai professor filsafat. Tetap di sini
hingga 1991. Dia menikah dua kali dan memiliki tiga anak. Kuhn mendapat banyak
penghargaan di bidang akademik. Sebagai contohnya dia memegang posisi sebagai
Lowel lecturer pada tahun 1951, Guggeheim fellow dari 1954 hingga 1955, Dan
masih banyak penghargaan lain. Pada tahun 1994, Kuhn didiagnostik dengan kanker
dari Bronchial tubes. Dia meninggal pada tahun 1996 di rumahnya di Cambridge
Massachusetts.
###
Flash Back
Sebutan paradigma pada masa sebelumnya belum terlalu nampak
mencolok namun setelah Thomas Khun memperkenalkannya melalui bukunya yang
berjudul “The Structure of Scientific Revolution”, yang membicarakan tentang
Filsafat Sains. Khun menjelaskan bahwa Paradigma merupakan suatu cara pandang,
nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar atau memecahkan sesuatu masalah yang
dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu tertentu. Apabila suatu cara
pandang tertentu mendapat tantangan dari luar atau mengalami krisis,
kepercayaan terhadap cara pandang tersebut menjadi luntur, dan cara pandang
yang demikian menjadi kurang berwibawa, pada saat itulah menjadi pertanda telah
terjadi pergeseran paradigma.
Penelitian ilmiah sangat tergantung pada dogma dan terikat pada
teori yang lama. Dalam pemikiran Kuhn paradigma secara tidak langsung
mempengaruhi proses ilmiah dalam empat cara dasar. Yaitu: Apa yang harus
dipelajari dan diteliti? Pertanyaan yang harus ditanyakan? Struktur sebenarnya
dan sifat dasar dari pertanyaan itu? Dan bagaimana hasil dari suatu riset
diinterpretasikan?
Ketika sebuah paradigma tidak bisa dipertahankan, maka para ilmuwan
bisa berpindah ke paradigma baru. Ketika berada pada periode pengumpulan data
maka ilmu pengetahuan mengalami apa yang dikatakan perkembangan ilmu biasa.
Dalam perkembangan ilmu biasa sebuah ilmu pengetahuan mengalami perkembangan.
Ketika Paradigma mengalami pergeseran maka itu disebut masa revolusioner.
Menurut Kuhn, secara manusiaw akan sulit bagi seseorang yang mau menjatuhkan
teori yang telah dibangunnya sendiri dengan susah payah. Malah biasanya akan
mempertahankannya sehingga munculah silang pendapat dan polemik.
###
Tentang Buku
The Structure of Scientific Revolutions adalah sebuah buku yang
ditulis pada tahun 1962 mengenai sejarah sains. Buku ini ditulis oleh fisuf
Thomas Kuhn. Penerbitan buku ini merupakan peristiwa penting dalam bidang
filsafat sains dan memicu diskusi dan perdebatan dalam komunitas cendekiawan.
Kuhn menentang pandangan yang banyak dianut pada saat itu mengenai kemajuan
dalam "sains normal". Kemajuan ilmiah sebelumnya dianggap sebagai
"pengembangan lewat akumulasi" fakta-fakta dan teori-teori yang telah
diterima. Kuhn berargumen bahwa kontinuitas semacam itu diganggu oleh
periode-periode kemunculan sains revolusioner. Penemuan "anomali"
selama revolusi sains memunculkan paradigma baru.
Dikutip dari berbagai sumber dengan beberapa perubahan.
Komentar
Posting Komentar