RESENSI NOVEL "GITA SENDU SEPANJANG MALAM"
dok. pribadi |
Novel tipis ini berjudul “Gita Sendu Sepanjang Malam”. Dari
judulnya saya sudah dapat menebak, bahwa novel ini bercerita tentang seorang
tokoh yang senantiasa bersedih (sendu), karena nasib hidup yang membelenggunya.
Dari cover buku yang menggambarkan seorang perempuan cantik setengah telanjang
itu. Saya juga yakin bahwa novel yang dikarang oleh Maulana Syamsuri ini,
berkisah tentang sosok perempuan sebagai tokoh utamanya.
Menurut saya novel ini
benar-benar bagus, karena menggambarkan kisah seorang buruh pabrik yang jarang terekspos
oleh penulis lainnya. Adapun menurut saya pula, setting waktu cerita ini
menjelang kerusuhan Mei 1998. Dimana memang pada saat itu tengah terjadi
gejolak ekonomi, yang berujung pada PHK[1]
massal. Selain itu, tujuan dari penerbitan buku ini juga bagus, karena
dimaksudkan untuk meningkatkan minat baca di kalangan pemuda kita. Hal ini
terdapat di sekapur sirih[2]
buku tersebut.
Pada awal cerita dikisahkan, Yuki (tokoh utama) mengalami mimpi
buruk dikejar-kejar oleh seekor harimau di hutan. Sehingga bajunya robek dan
terluka. Ia menceritakan mimpi buruk itu pada ibunya. Namun, sang ibu malah
sebaliknya, menafsirkan mimpi tersebut sebagai pertanda, bahwa sebentar lagi
anak gadisnya bakal dipinang oleh seorang lelaki yang setia. Tentu saja dengan
Teja, yang diyakini ibunya sebagai pemuda baik-baik. Padahal, Teja adalah
seorang preman terminal yang suka memalak para sopir angkot untuk mendapatkan
uang. Namun demikian, Teja merupakan seekor singa yang jinak bila berhadapan
dengan Yuki, perempuan bermata teduh dan berbibir tipis yang begitu
dicintainya.
Yuki memilih menjadi buruh karena keterbasan ekonomi yang dialami
keluarganya. Padahal, Yuki ingin sekali berkuliah seperti gadis-gadis remaja
pada umumnya. Namun, tidak berstatus sebagai mahasiswi bukan berarti
menghalangi Yuki untuk tetap bersikap kritis. Terutama saat menyangkut keadilan
bagi para buruh. Walhasil, teman-temannya sesama buruh sangat bersimpatik
kepadanya.
Selain Teja, ada lagi Pak Harmen yang juga mencintai Yuki. Ia merupakan
Kepala Produksi di pabrik tempatnya bekerja. Pak Harmen kerap mengajak Yuki
untuk makan siang dan jalan-jalan. Yuki tidak menolak karena Pak Harmen sudah
terlalu baik padanya. Lewat Pak Harmen lah isu-isu buruh bisa terangkat hingga
ke rapat dewan direksi. Namun kedekatan keduanya ternyata menyebabkan Yuki
di-PHK, lantaran pihak direksi takut hubungan mereka bakal mencoreng citra perusahaan.
Lagipun, Pak Harmen telah memiliki seorang istri dan dua orang anak.
Teman-teman sesama buruh pun menangisi kepergian Yuki.
Tak berselang lama, giliran Pak Harmen yang memutuskan hengkang
dari pabrik sebagai bentuk pertanggungjawabannya. Pak Harmen juga memberikan
modal untuk usaha Yuki. Sehingga Yuki pun bisa membangun sebuah cafe, dan
memperoleh penghidupan yang lebih baik dari sana.
Walaupun berfokus kepada kehidupan para buruh, novel ini tetap
lekat dengan bumbu-bumbu cinta antara Yuki, Teja dan Pak Harmen. Hingga
akhirnya Yuki memilih untuk menikahi Teja, dengan harapan mantan preman itu bisa
insaf. Lantas, benarkah Teja menjadi berubah sejak menikah dengan Yuki?
Bahagiakah Yuki bersanding dengan Teja? Dan, bagaimana nasib Pak Harmen yang
juga mencintai Yuki? Kita simak!
Komentar
Posting Komentar