KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN BUDAYA

www.wikihow.com
Akhirnya, kami berjumpa lagi dengan Miss Cerewet, setelah tiga minggu beliau tidak masuk. Kata beliau ada penelitian di luar daerah. Hari ini beliau hadir dan mendengarkan presentasi dari kelompok 1. Terdiri Kak Febby, Kak Uly, Kak Ripka ‘Penyiar’, Bang Bayu dan Kak Mona. Mereka membahas tentang pengertian komunikasi antarpribadi, dan kebudayaan sebagai dasar memahami komunikasi antarpribadi. Hmmm... berarti ada dua hal yang harus dipahami ya :).
1.      Pengertian Komunikasi AntarPribadi
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A mungkin merupakan pakar yang paling meyakini, bahwa komunikasi antarpribadi adalah jenis komunikasi yang paling ampuh dalam membentuk sikap dan perilaku orang lain. Sehingga fungsi ‘to persuade’ (mempersuasi) terasa lebih kental dalam komunikasi jenis ini.
Ciri khas lain yang terdapat dalam komunikasi antarpribadi adalah feedback (umpan balik)-nya terjadi secara langsung, seketika itu juga. Hmm... lantas bagaimana jika lawan bicara tidak mengatakan apapun. Apakah itu termasuk feedback? Aku jawab “Ya!”. Karena feedback tidak harus dalam bentuk verbal (kata-kata), tapi juga bisa non-verbal (tanda isyarat). Seperti mengangguk, tersenyum ataupun mengernyitkan dahi itu juga termasuk feedback. Hal ini musti kita pahami agar proses komunikasi berjalan efektif.
Selain itu, proses komunikasi ini juga menghendaki terjadinya interaksi timbal balik. Baik antara komunikator maupun komunikannya. Sehingga pada saat-saat tertentu mereka akan bertukar peran. Seperti komunikator berbicara - komunikan mendengar, dan komunikan berbicara – komunikator mendengar. Contoh: Khairul ingin melamar Humaira dihadapan Bapak dan Ibunya. Khairul berkata, “Adapun tujuan saya kemari adalah untuk melamar putri Bapak dan Ibu, Humaira”. Terus si Bapak berkata, “Kalau saya terserah si Ibunya saja”. Kemudian sang Ibu menimpali, “Kalau Ibu mah gimana Humaira-nya saja”. Lantas, Khairul pun menatap ke arah Humaira yang menunduk, malu-malu dan pipinya yang memerah. Apakah contoh ini termasuk jenis komunikasi antarpribadi? Jawabannya adalah “Ya!”. Meskipun Humaira tidak menjawab secara langsung, namun gesture tubuh dan air mukanya menunjukkan bahwa ia menerima pinangan Khairul. Alhamdulillah! Hahaha.
Menurut Joseph A. De Vito dalam bukunya “Interpersonal Communication Book” (1984: 4), komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua individu, atau antar individu dalam kelompok dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. Tapi harus digarisbawahi, bahwa komunikasi antarpribadi tidak melulu harus terjadi secara tatap muka. Perkembangan teknologi sekarang ini meniscayakan individu-individu yang berbeda tempat pun dapat tetap berinteraksi. Contohnya: Tania yang dikurung oleh Tante Sarah, tetap bisa meminta tolong kepada Eros lewat video call. Walaupun Eros dalam cerita itu berada di tempat yang berbeda (Sinetron Berkah Cinta).
Effendy (1993: 61) menyatakan, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana kontak langsung terjadi dalam bentuk percakapan. Bisa langsung berhadapan muka (face to face), atau bisa melalui media seperti telepon. Miss Cerewet termasuk dosen yang meyakini definisi ini. 
Menurut beberapa buku yang aku baca, terjadinya proses komunikasi antarpribadi diukur dari suasana yang tercipta. Jika suasana komunikasi menjadi lebih formal dan kurang bersifat pribadi, maka dapat dipastikan itu bukanlah komunikasi antarpribadi. Sebaliknya, sekalipun komunikasi berlangsung dalam konteks lebih besar, seperti: komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, publik hingga media namun didalamnya memuat suasana privat, maka itu termasuk komunikasi antarpribadi. Setidaknya antara dua orang yang berbicara itu. Malcolm R. Parks mengatakan, begitu ukuran kelompok bertambah besar maka komunikasi menjadi lebih formal dan kurang bersifat pribadi. Contoh: Ketika Mario Teguh bertanya hal-hal yang sifatnya privasi pada salah seorang hadirinnya, maka itu disebut komunikasi antarpribadi. Setidaknya antara beliau dan hadirin tersebut (Mario Teguh Golden Ways, sekarang tidak tayang lagi –red).
Sedangkan menurut Miss cerewet, komunikasi antarpribadi terjadi apabila dilihat dari sudut pandang sebagai berikut:
a.       Situational, didalamnya terjadi dyadic communication (komunikasi antara dua orang), ataupun dalam kelompok kecil berjumlah 10-15 orang.
b.      Interactional, terjadinya interaksi dari cultural (homogen/heterogen) kepada psikologis (intim),
c.       Terjadinya perkembangan hubungan.
1.A Perbedaan Komunikasi AntarPribadi
 Kemudian muncul kembali pertanyaan di benak kita, “Bagaimana cara membedakan komunikasi antarpribadi dan komunikasi non-antarpribadi? Jawabannya adalah “Mudah saja!”. Cukup kita klasifikasikan ia kedalam beberapa hal, seperti:
a.       Sifat Pengirimnya
Dalam komunikasi antarpribadi, pengirim telah akrab dengan komunikan, sehingga terciptalah keterbukaan antara kedua belah pihak.
b.      Sifat Pesannya
Dalam komunikasi antarpribadi, pesan bersifat pribadi dan cenderung tidak formal (kaku).
c.       Sifat Salurannya
Dalam komunikasi antarpribadi, saluran bisa berlangsung secara tatap muka ataupun melalui media; gadget, video call, telepon dan sebagainya.
d.      Sifat Komunikannya
Dalam komunikasi antarpribadi, komunikan telah akrab dengan komunikator, sehingga terciptanya suasana intim (ctrl+c, ctrl+v, hahaha v:)
e.       Sifat Feedback-nya
Dalam komunikasi antarpribadi, feedback terjadi secara langsung, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
1.B Karakteristik Komunikasi AntarPribadi
Judy C. Pearson menyebut ada enam karakteristik komunikasi antarpribadi, diantaranya:
a.       Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self)
Komunikasi antarpribadi dimulai dari diri kita sendiri, dan bagaimana cara kita memandang dunia (persepsi). Nah, persepsi itu sangat bergantung pada pengetahuan dan pengalaman kita. 
b.      Komunikasi antarpribadi mencakup isi pesan, dan hubungan antarpribadi
Tidak hanya pesan yang bersifat pribadi, tapi juga hubungan didalamnya. Contoh: Hubungan antarpribadi yang terjalin antara Tania dan Om Danar. Monggo dibaca resensinya di blog saya berjudul “Resensi Novel: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”. Promosi, wkwkwk.
c.       Komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan fisik, antara pihak-pihak yang berkomunikasi
Contoh: Yuki yang curhat kepada Ibunya, setelah mengalami mimpi buruk dikejar-kejar harimau di hutan. Curhat Yuki tersebut terjadi karena adanya kedekatan fisik antara Yuki sebagai anak dengan Ibunya. Monggo dibaca resensinya di blog-ku berjudul “Resensi Novel: Gita Sendu Sepanjang Malam”. Lagi-lagi promosi, hehehe.
d.      Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional
Adanya persetujuan antara komunikator dan komunikan untuk saling tukar-menukar pesan. Contoh:
Khairul      : Ra, Aku cinta sama kamu!
Humaira    : Terus?
Khairul      : Kamu cinta ga sama aku?
Humaira    : Ga
Khairul      : Hufffttt! Kenapa?
Humaira    : Aku pengen fokus belajar!
Khairul      : :(
Tamat.
e.       Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu sama lainnya
Contoh: Tania (Kakak) meminta bantuan kepada Dede (adiknya), untuk mencari tahu masalah keluarga Kak Ratna (Kakak Ipar) dengan Om Danar (abang angkat).
f.       Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang
Pesan yang kita sampaikan bersifat irreversible (tidak dapat ditarik kembali). contoh:
Khairul      : Adik macam apa kau, pergi tak pamit!
David        : Urus saja urusanmu sendiri!
Khairul      : Aku begini karena aku abangmu!
Mama        : Sudah-sudah jangan ribut!
Khairul      : Dasar anak durhaka!
David        : Apa kau bilang heh?!
Dari contoh di atas, dapatlah disimpulkan, bahwa apa yang dikatakan Khairul tidak dapat ditarik kembali. David pun bakal terus mengingat, bahwa si abang pernah marah padanya, karena pergi tanpa pamit.
1.C Efektivitas Komunikasi AntarPribadi
Menurut De Vito, komunikasi antarpribadi akan berjalan efektif apabila menjalankan kiat-kiat berikut ini:
a.       Adanya keterbukaan (openness) dalam berinteraksi.
b.      Adanya rasa empati (empathy) dalam menanggapi pembicaraan. Terutama pada pembicaraan-pembicaraan yang menyedihkan.
c.       Adanya sikap saling mendukung (supportiveness) antara kedua belah pihak.
d.      Adanya efek positif (positiveness) dari hasil pembicaraan.
e.       Adanya kesetaraan (equality) dalam memandang lawan bicara.
Alhamdulillah! :)
2.      Kebudayaan Sebagai Dasar Memahami Komunikasi AntarPribadi
Kata Miss Cerewet, kebudayaan adalah dasar untuk melakukan komunikasi antarpribadi. Sekaligus mempengaruhi cara kita melakukan pendekatannya. Ya, budaya berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti akal. Budaya adalah sesuatu yang kita yakini kebenarannya dan menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. Budaya tidak hanya mencakup tarian tradisional ataupun pakaian adat yang dikenakan pada pawai 17-an. Lebih dari itu, budaya adalah suatu hal yang kompleks. Mulai dari bahasa, makanan hingga nilai-nilai yang kita anut. Kebudayaan inilah yang mendasari komunikasi antarpribadi. Apabila tidak dipahami dengan baik dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menimbulkan konflik.
Contoh:
a.       Khairul (Muslim) berbicara dengan Ribka Roida Manullang (Kristen Katolik).
b.      Khairul (Aceh) berbicara dengan Ribka Roida Manullang (Batak).
c.       Khairul (Laki-laki) berbicara dengan Ribka Roida Manullang (Perempuan).
Tentu, perbedaan budaya ini menentukan bagaimana Khairul menyampaikan pesan, dan bagaimana Ribka menanggapinya. Begitupula sebaliknya. Tentu Khairul dan Ribka harus sama-sama bijak dalam menyandi maupun menanggapi pesan. Sehingga terciptalah suasana komunikasi antarpribadi yang harmonis diantara keduanya.
Berbicara tentang komunikasi antarpribadi, maka yang dimaksud adalah dua orang atau lebih orang terlibat dalam komunikasi verbal atau nonverbal secara langsung. Apabila kita tambahkan dimensi ,perbedaan kebudayaan didalamnya, maka kita berbicara tentang komunikasi antarbudaya. Maka acapkali dikatakan juga komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antarpribadi dengan perhatian khusus pada faktor-faktor kebudayaan yang mempengaruhinya (Lubis, 2016: 102).
Last but not least, kebutuhan manusia tidak hanya sandang, pangan dan papan. Tapi lebih dari itu, manusia juga butuh berkomunikasi sebagai entitas makhluk sosial, yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. “You can love someone with all your heart and soul. But without communication, it is nearly impossible for a relationship to survive.” (Youtube, “Love Him VS Her”). Regards! :)

Thanks to:
Effendy, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Lubis, Lusiana Andriani. (2016). Pemahaman Praktis Komunikasi AntarBudaya. Medan: USU Press.
Pearson, Judy C. (1983). Human Communication. Europe: McGraw-Hill Publishing Co.
Sumber lain:
Makalah Kak Febby dkk (12/10/17)
Youtube “Love Him VS Her”, diakses pada 14/10/2017.

Komentar

Postingan Populer