ADA PUNGLI DI RUTAN RIAU
Ternyata, penjara atau rumah tahanan atawa rutan tidak se-streril
yang kita bayangkan dari berlangsungnya kejahatan. Bahkan, tindak kejahatan itu
bisa jadi dilakukan oleh para sipirnya sendiri. MEMALUKAN! Sebagaimana baru-baru
ini diberitakan, kaburnya ratusan tahanan di Rutan Sialang Bungkuk Kelas II B,
Pekanbaru, Riau lantaran maraknya praktik pungutan liar (pungli) disana.
Kementerian Hukum dan HAM memastikan 448 orang dari total 1.870 tahanan dan narapidana
yang melarikan diri. Setidaknya ada beberapa faktor lain yang menjadi motif
kaburnya para tahanan, seperti: penganiayaan, fasilitas kesehatan yang minim, dan
waktu ibadah yang sempit, serta petugas yang meminta uang dalam penambahan jam
besuk yang memang terbatas. Aih-aih! Sudah dibui, diperas pula! Sampai-sampai
kejadian memalukan itu mengundang amarah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Yasonna H. Laoly dengan menggebrak meja, “BRAKKK!” dan mengeluarkan kata, “BIADAB!”
dua kali, “Saya tidak akan toleransi. Perilaku ini benar-benar biadab, sangat
biadab,” kata Yasonna seperti dikutip dari SUARA.com (8/52017).
Hingga Minggu siang, tahanan yang ditangkap terus bertambah, yakni
242 orang. Jadi, sisa 206 tahanan lagi. Hayooo, mau lari kemana?? Maka daripada
itu, Pak Yasonna ada benarnya, bahwa sanksi yang paling tepat untuk para
bedebah ini adalah pidana. Musabab, mendapatkan pelayanan yang baik sekalipun di
rutan merupakan hak mereka. Jangan sampai hanya karena mereka berstatus
tahanan, lantas bisa diperas dan disiksa suka-suka gue! Tentu itu
tidaklah diperbolehkan, bahkan ikut melanggar hukum. Selain itu, Pemerintah juga
perlu memikirkan bentuk hukuman lain, sehingga tidak harus semua bandit di
jebloskan ke penjara, yang memang di Indonesia rata-rata sudah overload.
Bayangkan saja seperti rutan di Riau ini, kapasitas penghuni yang seharusnya
menampung 361 malah ‘dimuat-muatkan’ menjadi 1870 orang. Gile! Dalam satu
sel yang biasanya berisi 10-15 orang menjadi 30 orang. Miris!
Harapan saya dari kemarahan dan gebrakan meja Pak Yasonna, semoga bukan
hanya gertak sambal. Bukan panas-panas taik ayam. Melainkan sebagai sirine
tanda bahaya, bahwa pemberantasan pungli belum selesai. Semoga gebrakan meja
dan pekikan lantang kata “biadab” yang keluar itu mampu melecutkan kembali
pihak Kapolda Riau, Irjen Pol Zulkarnain, Gubernur Riau, Arsyadjuliandi
Rachman, dan Kepala Kanwil Kemenkumham Riau, Ferdinand Siagian untuk tidak
terkecoh kembali. Kini, Kanwil Kemenkumham Riau tengah menyelidikinya. Kita kawal!
MENCONTOH MARVEL DAN DC COMICS
Beda produsen beda pula tokoh dan jalan cerita yang disajikannya.
Baik itu Marvel yang terkenal lewat karakter Captain America, Spider Man, Iron
Man, Hulk, Thor, Doctor Strange, Dare Devil, Wolverine, Ant Man dan
kawan-kawan, ataupun DC Comics yang populer lewat tokoh superhero Flash,
Superman, Batman, Green Lantern, Wonder Woman, Aqua Man, Cat Woman dan
seterusnya. Namun yang pasti, kedua produsen sekaligus penyuplai komik terbesar
di dunia ini mengajarkan pada kita Bangsa Indonesia, bahwa cerita kepahlawanan
yang kuat dan mampu mengalahkan kejahatan pasti bakal terus laku di pasaran.
Hanya saja, komikus atau seniman kita seolah kekurangan dana dan daya
kreatifitas untuk mengembangkan karya-karyanya. Sehingga kita masih ‘merangkak’
dalam menciptakan cerita yang mampu menarik minat orang banyak, terutama remaja
dan anak-anak. Tentu, kedepannya kita berharap Pemerintah lewat Badan Ekonomi
Kreatifnya lebih serius menanggapi permasalahan ini. Musabab sejatinya komik,
film dan pernak-perniknya bukanlah hal sepele, melainkan bisnis yang
menjanjikan dan mengangkat nama besar bangsanya. Sebagaimana itu pernah berlaku
lewat Film Battle of Surabaya yang memenangkan beberapa nominasi penghargaan,
ataupun Adit & Sopo Jarwo, yang tengah berusaha melangkah maju agar tak
terlampau ketinggalan dengan negeri tetangga, yang sukses memproduksi Upin
& Ipin plus Boboiboy yang digandrungi anak-anak kita di rumah. Salut!
Tentu ada banyak cara untuk menarik minat orang banyak. Seperti
misalnya mengusung tema yang lebih serius dan menegangkan. Sebagaimana ciri
khas DC Comics lewat film “Batman VS Superman”. Sehingga remaja hingga orang
dewasa pun betah dan tertarik membaca atau menontonnya. Atau menawarkan konsep
penceritaan yang inovatif seperti yang kerap disajikan lewat karya-karya
besutan Marvel; dua atau lebih karakter yang pada awalnya bersahabat, namun
kemudian terlibat cekcok lantaran berbeda pandangan. Hingga akhirnya
saling bertarung satu sama lain. Tentu kita menyadari, bahwa kultur di
Indonesia lebih menghendaki gaya penceritaan yang lebih membumi dan manusiawi.
Oleh karena itu, kita dapat mencontoh Marvel yang memunculkan kisah dilema
seorang superhero dengan identitas ganda yang dimilikinya alias lebih
realistis. Namun, maksud penulis menuliskan ini, bukan berarti kita harus mendadak
jadi plagiator, dan hobi meng-copy paste sana-sini jalan penceritaan
orang lain. Melainkan maksud penulis ialah industri kreatif kita ya harus lebih
kreatif lagi dalam menelurkan karya-karyanya. Bukan malah stag dengan
drama sinetron atau cerita mistis + porno yang tak kunjung ada habisnya. Mau
sampai kapan? Kita benar-benar harus memperbaiki ritme dan tone karya-karya
seni kita.
Walhasil, Marvel dan DC
Comics sama saja! Sama-sama menghasilkan komik dan membuat film superhero yang
keren-keren, sehingga menjadi layak dan patut menjadi contoh serta tauladan
seniman kita dalam berkarya. Terakhir, maju terus indutri kreatif di Indonesia!
TRUMP SI OVER
PROTECTIVE
Mungkin Trump merupakan satu dari sekian banyak pemimpin dunia, yang tidak
mengenal Islam dengan baik. Bagaimana tidak? Dia pernah berkicau sema 100 hari
ia menjabat dalam twitter-nya yang berbunyi, “Kita tidak boleh
membiarkan ‘orang jahat’ masuk ke negara kita”. Ha, what the hell?! Bagaimana
mungkin orang sekelas taipan properti itu menyamakan frase ‘orang jahat’ dengan
muslim. Setelah kicauannya itu, diketahui ia pun melarang sejumlah negara yang
mayoritas penduduknya muslim untuk datang ke negaranya, dengan alasan mencegah
terorisme dan menjaga keamanan negara.
O so sweet. Mungkin Trump merupakan tipe pemimpin yang bersifat
kebapakan, yang begitu sayang terhadap anaknya (baca: Amerika), sehingga
menjadi begitu over protective. Amat sangat disayangkan memang, dan
semoga hubungan Barat dan Islam tetap berjalan baik-baik saja. Amin Ya Rabbal
‘alamin.
BABAK BARU KONFLIK PILGUB: FLOWER WAR
Padahal, Pilgub DKI kita anggap telah usai dengan Anies-Sandi
sebagai pemenangnya. Bukan hanya pemenang bagi para pendukungnya tapi juga bagi
seluruh warga Jakarta. Sebab Pilgub DKI sejatinya dilaksanakan untuk memilih
pemimpin bersama, bukan malah pemimpin kubu-kubuan. Sayang, gencarnya karangan
bunga ke berbagai institusi, mulai dari Kantor Balai Kota DKI Jakarta, Mabes
Polri, Kompleks Istana Negara dan Kantor Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU)
menunjukkan sikap tidak sportif, terutama bagi mereka yang belum bisa move
on menerima kekalahan. Hal ini sekaligus menunjukkan, bahwa perang urat
saraf melalui ‘flower war’ masih terjadi. Sungguh amat disayangkan,
benar-benar menunjukkan ketidak dewasaan pemilih.
Apalagi pesan yang disampaikan melalui karangan bungan itu
mendikotomikan kebhinekaan versus gerakan Islam. Jadi, seolah-olah Islam itu
ancaman tho? Mbalelo! Justru orang-orang cerdas akan menilai,
tindakan ini menunjukkan sikap yang tidak ksatria dalam menerima hasil yang
dikultuskan demokrasi. Padahal menang jadi arang, kalah jadi abu.
Siapapun yang menang harus kita dukung untuk membangun Jakarta yang lebih baik
lagi. Jangan sampai lah terkesan ‘flower war’ sebagai babak baru konflik
Pilgub DKI.
Terakhir, tindakan ‘flower war’ dengan nada-nada provokatif seperti
‘radikalisme’ hanya akan memperkeruh suasana yang mulai sedikit adem-ayem
ini. Karena sejatinya, secara tidak langsung mereka yang memperkeruh suasana
lah yang anti kebhinekaan dan intoleran. Terbukti, umat muslim sudah sedari
sejarah berdirinya bangsa ini sudah menyatakan setia kepada pancasila, dan
mengakui Bhineka Tunggal Ika. Jadi kalau sampeyan mengatakan secara
tidak langsung bahwa Islam tidak cinta damai, mohon dijelaskan mas dan mbak,
“Itu Islam yang mana ya?” Toh dari namanya saja Islam itu sudah bermakna
‘damai’. Tentu kita berharap, Pak Tito mau ‘mengingatkan’ saja para anonymus
pengirim ‘flower war’ ini untuk tidak memecah belah bangsa yang
telah terajut lewat tindakannya. Sekali NKRI tetap NKRI. Hidup TNI POLRI!
Komentar
Posting Komentar