KAPAN TERAKHIR AKU BERDO’A?

Entah kapan terakhir aku berdo’a? Menengadahkan kedua tangan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Entah kapan? Mungkin kalau bukan karena hadiah dari sahabatku berjudul, “100 DOA MUSTAJAB”, mungkin aku akan semakin jauh saja dari Tuhan dan dari kata “DOA”. Terimakasih sahabatku, mungkin kau mengerti, selama ini hidupku begitu gersang tanpa hadirnya do’a. Padahal, didalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman, “Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan kuperkenankan bagimu” (QS. Ghafir: 60), dan, “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu ada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah: 186).

Berarti, angkuh sekali aku selama ini. Sudah diberi kesempatan untuk meminta, eh malah sombong pula dengan tidak mau meminta (baca: berdo’a). Lantas, untuk apa aku memiliki Tuhan, jika jarang sekali aku meminta dan memohon pertolongan kepadaNya? Bukankah Dia tempat meminta dan memohon pertolongan? Memang sudah menjadi kebiasaanku, sehabis shalat langsung terburu-buru pergi tanpa berdo’a terlebih dahulu, sangking takutnya aku akan ketinggalan berbagai macam tetek-bengek kesibukan dunia. Parah! Tanpa sadar, betapa lalainya aku selama ini dari mengingatMu, dan betapa terlalu cintanya aku terhadap segala macam pernak-pernik kehidupan dunia.

Padahal, sedari dulu aku telah tahu, bahwa do’a menandakan seseorang hamba masih memiliki harapan. Tatkala setiap orang tak ada lagi yang mau atau bisa menolongnya, maka ia tidak berputus asa. Ia tidak akan berpikir bahwa mimpi, cita-cita dan harapan-harapannya hanyalah pepesan kosong belaka. Musabab ia masih memiliki Tuhannya, Allah SWT sebagai tempat ia melabuhkan segala harapan-harapannya. Pertanyaannya, apakah selama ini aku telah sebegitunya kehilangan harapan? Sehingga tak tahu lagi kemana harus berlabuh? Sekaligus enggan memohon pertolongan kepadaNya? Na’udzubillah tsumma na’udzubillahi min dzalik! Maafkan aku, Ya Allah. Jangan sampai aku kehilangan harapan-harapanku, sebab aku tahu harapan sangat diperlukan dalam mengarungi kehidupan. Agar aku selalu optimis, dan agar tetap bersemangat dalam menjalani kehidupanku yang penuh dinamika ini. Dan do’a adalah salah satu perwujudan dari masih adanya harapan itu. Sebagaimana yang dituliskan dalam buku tersebut, “Do’a apapun bentuknya selalu menyuarakan sebuah harapan disela-sela diri kita, bahwa semaksimal apapun atau secermat apapun prediksi matematis usaha yang kita lakukan, hasil-hasilnya tetaplah diluar jangkauan estimasi kita”.         

Lewat buku ini aku pula mengetahui, bahwa do’a memiliki syarat, rukun, sebab serta waktu diterimanya suatu do’a. Jika kesemuanya tepat, insya Allah do’a kita akan kuat dan sampai serta memperoleh pengabulan dari Allah SWT. Syaratnya ialah ketulusan. Rukun-rukunnya ialah seperti hadirnya hati kala bedo’a, jadi bukan hanya lisan saja, memelas, merendahkan diri, serta khusyu’. Sebabnya seperti terdzalimi dan lain-lain. Waktu-waktunya meliputi ketika sahur, berbuka puasa, antara adzan dan iqamah, turunnya hujan, seusai shalat serta waktu-waktu yang diijabah lainnya. Catatan penting lainnya ialah tidak sopan dihadapan Allah SWT, ketika seorang hamba berdo’a atau berharap ‘begini-begono’ tanpa adanya tindakan nyata. Oleh karena itu, setiap do’a harus juga dibarengi dengan amal perbuatan yang sungguh-sungguh.  


Terakhir, terimakasih sahabatku, Aryga Noorhadi El-Moursi. Sungguh buku ini sangat bermanfaat bagiku, dan aku kembali meyakini satu hal, bahwa do’a bukanlah sekedar do’a. Melainkan didalamnya kita juga turut meyakini dan memahami serta menghayati apa yang telah kita panjatkan itu kepada Allah SWT. Semoga hari ini tidak lagi menjadi hari terakhirku berdo’a dan memohon ampun kepadaMu Ya Allah. “Aku berlindung diri kepadaMu dari segala kejahatan yang pernah, sedang atau akan aku lakukan. aku mengakui segala nikmat yang telah Kau limpahkan kepadaku, keluargaku, nusa dan bangsaku serta dunia ini adalah berkat rahmatMu. Aku mengakui dosaku. Ampunilah dosa-dosaku yang bergelimpangan banyaknya. Sungguh, tiada siapapun yang berkuasa mengampuni dosaku selain daripada Engkau, serta tunjukilah aku jalan yang lurus. Segala puji bagiMu, yang telah memberikan karunia berupa kemudahan rezeki kepada keluargaku. Hingga aku dapat menyelesaikan studiku tepat waktu. Semoga kedepannya Engkau sudi memberikan hambaMu ini kemudahan untuk melanjutkan pendidikannya. Amin Ya Rabbal ‘alamin. Wallahu’alam bish shawab.

Komentar

Postingan Populer