TERGILA-GILA DENGAN MIE ACEH
Mungkin jika dapat dikata, Medan dan sekitarnya merupakan ladang subur bagi
para penjual Mie Aceh. Toh bagaimana tidak? Hampir rata-rata di pinggir jalanan
Kota Medan pasti ada warung Mie Aceh. Sebut saja yang terkenal seperti Mie Aceh
Titi Brobok di jalan Setia Budi No 17 D, dan Mie Aceh Baru jalan Setia Budi No
48. Keduanya terkenal karena telah berbentuk restoran dan rasa mienya yang
memang enak. Seperti rasa kuah yang gurih dan kaya akan rempah-rempah semakin
memanjakan selera mereka yang bertandang. Apalagi disajikan bersama dengan
irisan acar bawang sehingga menambah harum aromanya. Tak ketinggalan ditemani
dengan kerupuk emping dan irisan timun yang dipotong tipis-tipis tiap porsinya.
Pokoknya, mantap kali Lae!
Selain itu, terkhusus Mie Aceh Titi Bobrok kerap menjadi rekomendasi banyak
warga Medan, bagi yang ingin mencicip-cicip sebenar-benar Mie Aceh. Teknik
promosi word of mouth (dari mulut ke mulut) inilah yang secara tidak
langsung ikut melambungkan nama Mie Aceh Titi Bobrok. Mie Aceh Titi Bobrok
dibuka setiap hari mulai pukul 11.00 hingga 21.00 wib. Dalam penyajiannya ada
yang dicampur dengan kepiting, daging, udang atau telur. Bisa juga mie Aceh
goreng, goreng basah ataupun kuah. Although the place is simple, crowded,
hot, difficult to find seat and parking, also service is bad. But I really
enjoy the food. I love the fried noodle with meat. So, I went there once a
week. It’s easy, just ask many people in Medan. Most of them know where’s Mie
Aceh Titi Bobrok.
Sebagai orang Aceh tulen, saya sempat ternganga sendiri melihat masyarakat
Kota Medan yang plural seperti Batak, Melayu, Jawa, Padang dan Tionghoa namun
tetap doyan makan Mie Aceh. Termasuk teman-teman saya sendiri seperti
Arfan, Irfan, Evan dan Hendro, yang walau bukan orang Aceh tapi mengaku
tergila-gila dengan Mie Aceh. Padahal, di Aceh sendiri tidak ada penyebutan
khusus seperti “Mie Aceh”. Mie ya mie saja, paling ditambahkan kata kepiting,
daging, udang atau telur di belakangnya. Ternyata, Mie Aceh lebih terkenal di
luar ketimbang daerah asalnya. Hahaha. Penjual Mie Aceh yang saya jumpai di
Medan pun beragam, mulai dari yang Aceh beneran sampai dengan orang
Jawa. Hehehe.
Adapun untuk pertanyaan, “Berapa seporsi, Lae?” tak perlu khawatir.
Jangan ragu dan jangan bimbang, karena harga yang ditawarkan tidaklah mahal.
Hampir rata-rata warung Mie Aceh nyaris sama, yakni berkisar antara Rp. 10.000;
sampai dengan Rp. 40.000; saja. Tergantung keinginan pengunjung ingin pakai
kepiting, daging, udang atau telur atau biasa saja. Kiban bereh, Bang?
(Gimana mantap, Bang?). Baru-baru ini saya juga sempat berkunjung ke Kupi Ulee
Sure, yang terkenal dengan nuansa hijau dan Mie Aceh Ijo-nya. Benar-benar unik
dan patut untuk dicoba. Readers, selamat menggoyangkan lidah anda ya,
hahaha.
Komentar
Posting Komentar