AAC BUKU PERTAMAKU
Jika ada yang bertanya, “Rul, buku apa yang
pertama kali kau baca?”. Maka, aku akan menjawab, “Buku Ayat-Ayat Cinta (AAC)
karya Habiburrahman El-Shirazy Lc”. Ya, saat itu memang sedang booming-booming-nya
di pesantren. Aku termasuk tak menyangka bahwa buku yang hanya terdiri dari
tulisan itu dapat melambungkanku pada alam imajinasiku sendiri, atas setiap
adegan yang ada di dalamnya. Aku tak menyangka bahwa kumpulan huruf, kata dan
kalimat mampu mendeskripsikan dengan baik suatu latar, adegan dan setting
sebagaimana gambar/foto/video mampu melakukan itu. Sejak saat itulah aku mulai
keranjingan membaca. Kubaca habis setiap lembar dan bab dari buku AAC itu, kalau
tidak mengerti akan suatu kalimat, maka aku kembali mengulangi lagi bacaanku
sampai aku benar-benar paham maksud ceritanya. Jika ada kata-kata asing yang
tak kupahami dan ada disana, maka kuhapal lamat-lamat dalam hatiku, kemudian
mencatatnya dalam buku kecil. Setelah menamatkan buku itu, aku aneh sendiri
pada diriku; aku senyam-senyum sendiri, hatiku berbunga-bunga sendiri.
Tiba-tiba aku menjadi sosok Fahri yang baik hati dalam novel itu, tampaknya itu
kali pertama sebuah buku mampu membuatku begitu terimitasi, sehingga ingin
benar-benar menirunya.
Sejak saat itulah aku mulai membaca dan melahap
buku apapun. Kumulai dari buku Tetralogi Laskar Pelangi yang terdiri dari:
Laksar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov, kemudian kulanjutkan
dengan Trilogi 5 Menara; 5 Menara, Ranah 3 Warna dan Rantau 1 Muara. Semuanya
kubaca tanpa henti, bahkan pada saat membaca buku Laskar Pelangi aku menangis,
meratap jika kupikirkan nasib dan pendidikan anak-anak Belitong disana. Dalam
hati aku berkata, “Hebat benar penulis buku ini dapat membuat aku menangis!”.
Tidak berhenti sampai disitu, aku seolah menjadi haus akan cerita-cerita yang
disampaikan melalui tulisan. Aku pinjam semua buku cerita yang ada pada
temanku, sahabatku bahkan kepada ustad-ustadku. Aku tahu, di pesantren tidak
mudah mendapatkan buku-buku cerita, lebih mudah disana mendapatkan buku-buku
pelajaran dan kitab-kitab. Tapi aku haus, sangat haus, sehingga aku butuh
sesuatu untuk melegakannya.
Setelah aku duduk di bangku perkuliahan,
mendapatkan buku menjadi lebih mudah. Aku bisa meminjamnya di perpustakaan
dengan tenggat waktu dua minggu untuk pengembalian. Satu atau dua hari aku bisa
menghabiskan buku-buku yang kupinjam tersebut, apalagi jika buku tersebut
merupakan buku cerita, juga tergantung tebal-tipis dan berat-ringan
pembahasannya. “Hahaha”, terkadang aku tertawa sendiri dengan gayaku yang candu
terhadap buku. Aku pernah membacanya di wc karena seluruh lampu ponpes sudah
dimatikan. Aku pernah ketiduran di mimbar mesjid demi dapat menghabiskan satu
buku bertema horor kocak. Hahaha. Aku juga pernah dimarahi ibu, karena uang
jajanku kupakai untuk membeli buku-buku. Alhasil, aku kerap kedapatan membeli
buku-buku murah.
Kini
setelah menamatkan kuliah dan bekerja di tv milik pemerintah, aku punya hobi
baru, yaitu menulis. Kuhabiskan waktuku di sela-sela kesibukan untuk
menulis-menulis-menulis. Apapun kutuliskan, mulai dari hal yang penting sampai
hal-hal berbau remeh-temeh. Aku tak pernah peduli dengan orang-orang yang
menyebutkan tulisanku jelek, begini-begono. Aku hanya senang kalau aku sudah
meluapkan perasaan, pikiran atau apapun yang sedang kualami melalui media
tulisan. Aku tahu, keinginan untuk menulis adalah sebuah anugerah. Namun, untuk
mendapatkan anugerah itu diperlukan kegigihan seseorang untuk mau membaca,
membaca dan membaca.
Di hari buku sedunia ini yang jatuh pada 23
April, aku secara pribadi ingin memberikan penghargaan kepada penulis,
penerbit, pemegang hak cipta, ilustrator dan lainnya yang telah berjasa
memproduksi karya-karya yang mencerdaskan bangsa. Di hari buku sedunia ini, aku
juga ingin mengajak keluarga, teman-teman, sahabatku dan masyarakat Indonesia
untuk gemar membaca. Sebab membaca buku sangat bermanfaat dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudah saatnya bangsa kita bangkit dari
kolonialisasi di era modern berupa kebodohan, melalui peningkatan minat baca
masyarakat kita, juga pendistribusian dan pengadaan buku yang harus terus
digalakkan. Terakhir, Selamat Hari Buku Sedunia! “Bacalah! Dan Tuhanmu yang
Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantara kalam” (QS. Al-‘alaq).
Komentar
Posting Komentar