BENARKAH ISLAM ITU TERORIS?
Memahami Islam tidak hanya cukup melalui media, sebab media bisa
pangling, tergantung siapa empunya dan apa orientasinya dalam memberitakan
Islam. Menyamakan teroris dengan konteks ajaran agama Islam juga merupakan
suatu tindakan yang tidak senonoh. Apalagi saat ini, media sedang
gembar-gembornya memberitakan hal tersebut. Walhasil, muslim sebagai korban
yang dipertaruhkan identitasnya jadi tak sedap dipandang mata. Padahal, agama
ini merupakan agama yang notabene mengajarkan kedamaian serta kebajikan antar
sesama umat manusia di dunia.
Terorisme secara bahasa juga berasal dari kata “Teror”. Jadi, siapa
dan latar belakang apapun dapat saja melakukan teror. Seperti teror Israel
terhadap Palestina lewat pemukiman ilegalnya yang bahkan ditentang oleh PBB,
penjatuhan bom “Little Boy” dan “Fat Man” ke Hiroshima dan
Nagasaki, atau tekanan Amerika dan Rusia terhadap tragedi yang kini terjadi di
Suriah. Semua itu adalah bentuk teror yang mengancam keberlangsungan hidup
manusia. lantas, kenapa Islam saja yang disematkan stigma ini? Sungguh
benar-benar suatu tindakan unfair.
Faktor Munculnya Teroris
Adapun faktor munculnya gembong teroris dalam Islam ialah, karena
pemahaman mereka yang salah terhadap nilai-nilai luhur yang diajarkan Islam.
Namun, untuk menangkal ataupun deradikalisasi tidak perlulah menciptakan
sebutan “Islam Sinkretisme”, yang merupakan gabungan Islam Nusantara dan Islam
Muhammadiyah, sebagaimana yang dikatakan Kapolri Tito Karnavian dalam suatu
pemberitaan. Saya pikir Islam ini satu, sehingga tidak perlu ada penggabungan
Islam begini dan Islam begono. Saya kira menciptakan Islam yang moderat
bukanlah dengan membentuk istilah Islam baru, melainkan dengan mempelajari
Islam secara utuh dan kaffah (keseluruhan).
Bias Media dalam Pemberitaan Teroris
Parahnya lagi dalam suatu pemberitaan teroris yang ditangkap
ataupun ditembak mati (judicial killing) kerap disandingkan dengan hal
yang aneh-aneh; seperti pelaku sehari-hari berprofesi sebagai penjual susu,
memiliki isti 2, memiliki perawakan yang tertutup dan kurang bersosialisasi
dengan masyarakat sekitar. Saya takut pola pikir yang dibentuk seperti ini
malah membuat masyarakat takut kepada penjual susu dan memiliki istri 2.
Apalagi, pakaian para istri yang bercadar dan serba hitam, yang benar-benar
merefleksikan Islam.
Memang ada benarnya juga jika media bermaksud agar masyarakat
waspada. Sebab pelaku teror bisa saja berkamuflase dan akrab dengan penduduk
sekitar. Namun, jika masyarakat didalam alam bawah sadarnya telah mengamini,
bahwa mereka yang berpenampilan islami dengan memelihara jenggot, memakai
celana di atas mata kaki, memakai gamis, dan istrinya bercadar sebagai teroris
perlu diralat juga. Media punya tanggungjawab untuk itu. Bukankah didalam Islam
memang telah diajarkan tata cara berpakaian yang sopan dan menutup aurat?
Efek Terorisme Terhadap
Citra Islam
Menurut saya pribadi para pelaku teroris dimanapun ia berada,
terutama yang berlabelkan Islam juga merupakan korban dalam kesalahpahaman
memahami ajaran Islam. Sejatinya, mereka ingin menentang pengaruh buruk
globalisasi yang menjurus kepada budaya westernisasi (kebarat-baratan),
yang bahkan dapat membahayakan ‘aqidah. Hanya saja dalam praktiknya
saudara-saudara kita lebih mengutamakan pendekatan hard (keras)
ketimbang soft (lunak). Selain itu, mereka juga muak dengan sistem
pemerintahan yang berjalan, yang menurut mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai
keislaman.
Semoga saudara-saudara kita diberikan hidayah untuk memilih jalan
dakwah yang lebih lunak, kreatif dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sehingga, tidak akan ada lagi ungkapan, “Gara-gara setitik, rusak susu
sebelanga”. Sehingga, tidak perlu lagi ada polisi yang mengawasi da’i yang
sedang berkhutbah. Sehingga, tidak ada lagi wacana sertifikasi lulus untuk para
ustadz yang ingin berdakwah hanya karena takut timbulnya pemikiran-pemikiran
radikal. InsyaAllah hal-hal bernada kebencian tersebut tidak ada dalam Islam,
dan pengawasan yang terlalu overprotctive ini hanya akan melukai pemeluk
agama ini dimanapun mereka berada.
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat
tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata” (QS. Al-Ahzab: 58). Semoga kita terhindar dari
perbuatan yang tidak perlu, dan malah menjelekkan citra Islam di mata dunia. Amin
Ya Rabbal ‘alamin. Wallahu ‘alam bish shawab.
Notebook: Baru-baru ini
bom kembali meledak di dua gereja yang terdapat di Mesir. Insiden ini terjadi
lewat bom bunuh diri yang dilakukan pelakunya. Semoga Islam tidak lagi dituduh
sebagai biang keladi, sekalipun ISIS yang notabene tidak merepresentasikan
nilai Islam mengakui itu sebagai perbuatannya. Amin Ya Rabb...
yg benar itu, kebetulan teroris beragama islam, kalo islam itu teroris belum tentu
BalasHapusTerimakasih bang admin komburkali 😊
HapusSetuju sama kalimat "Saya kira menciptakan Islam yang moderat bukanlah dengan membentuk istilah Islam baru, melainkan dengan mempelajari Islam secara utuh dan kaffah (keseluruhan", tapi masih banyak muslim yang belum menyadarinya.
BalasHapusAlhamdulillah, terimakasih banyak Mas Nikmal Abdul😊
BalasHapus