ARAB SAUDI
Berbicara Arab Saudi memang tidak akan pernah ada habisnya. Mungkin
karena Arab Saudi merupakan peradaban Islam yang pertama, terutama di Kota
Mekkah dan Madinah sebagai objek utama umat Islam dalam melaksanakan ibadah
haji sebagai rukun Islam yang kelima. Beberapa bulan yang lalu, salah seorang
rajanya yang dermawan, Raja Salman juga sempat berkunjung ke Indonesia guna
menyepakati beberapa kerjasama investasi di tanah air, bahkan setelah itu kuota
haji Indonesia pun bertambah. Alhamdulillah. Tidak hanya masyarakat, terutama
warga muslim yang kepalang senang dengan kedatangan Sang Baginda Raja. Pihak
pariwisata Indonesia pun membuat iklan ‘terima kasih’ khusus kepada Raja Salman
yang sempat berlibur ke Bali. Republika sebagai salah satu media cetak harian
bersegmentasi Islam pun memuat satu halaman penuh pemberitaan terkait kunjungan
Raja Salman dengan lafaz Arab di headlinenya. Ada apa sebenarnya dengan
Arab Saudi?
Arab Saudi sejatinya adalah negara kerajaan yang bersendikan Islam.
Hal itu dipertegas dengan undang-undangnya yang bersendikan al-Qur’an dan
al-Hadist. Namun, tidak semua pihak tentu menyenangi perkara yang satu ini.
musabab hal tersebut jelas berlawanan dengan mereka yang memusuhi dan
mendiskreditkan Islam baik secara politik maupun secar agama. Biasanya kelompok
ini tidak hanya berasal dari golongan non-Islam, tapi bisa juga dari dalam
daging sendiri. Sayang, kebanyakan dari mereka berlaku seperti itu karena
mengonsumsi pemberitaan Islam yang timpang di media secara mentah-mentah.
Teroris Tuduhan Tak Berdasar
Adapun secara mazhab mereka terbuka kepada mazhab yang empat, dan
tidak fanatik kepada salah satunya saja (Maliki, Syafi’i, Hambali dan Hanafi).
Hal baik yang perlu dicontoh oleh pemerintah kita dari Arab Saudi ialah mereka
meleluasakan para ‘ulama untuk melakukan kajian-kajian Islami secara luas.
Selama tidak bertentangan dengan Nash dan menyebar benih permusuhan
(terorisme). Bahkan, pemerintahan mereka bakal menindak tegas terkait pelaku
terorisme. Oleh karena itu, agak janggal menurut saya jika Arab Saudi masih
diidentikkan sebagai terorisme oleh sebagian kalangan Barat dan Eropa.
Padahal, mereka yang melakukan tindak teror dan mengatasnamakan
Islam adalah mereka yang salah menafsirkan ajaran Islam, dan cenderung
menggunakan pendekatan hard (keras) guna menyelesaikan persoalan
keumatan.
“Agama Islam mengharamkan tindakan teror. Barangsiapa yang
melakukan gerakan tersebut dengan mengatasnamakan Islam, maka dia jahil
terhadap agama ini”.
Adapun yang dilakukan Hamas di Palestina menurut penulis bukanlah
satu tindakan teror, melainkan hanya upaya membela diri terhadap tanah mereka
yang terus direnggut oleh Israel secara paksa. Bahkan, upaya paksa ini sering
menimbulkan korban jiwa dari pihak anak-anak, perempuan dan ibu-ibu serta
masyarakat sipil Palestina yang tak berdosa. Bahkan, sampai detik ini
pembangunan pemukiman ilegal masih terus dilakukan. Padahal, PBB dan dunia
telah mengecam aksi masif dan sepihak ini.
Maka, tuduhan Negara Arab Saudi sebagai negara terorisme sangat
tidak berdasar dan unfair. Mereka kaum sekuler dan liberal beranggapan,
bahwa kafir dalam Islam harus dibunuh maka tentu tidak akan ada aturan yang
berkaitan dengan kafir dzimmi. Padahal, pada kenyataannya ada
orang-orang kafir yang tidak melakukan penyerangan terhadap kaum muslimin tetap
diizinkan hidup dan tinggal di negeri muslim, semisal Arab Saudi dengan syarat-syarat
tertentu. Hanya saja dalam konteks kasus penistaan agama surat Al-Maidah ayat
51 di Indonesia lain lagi ceritanya. Dalam kasus ini Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) memang tidak melakukan penyerangan terhadap umat Islam di Indonesia,
namun beliau telah melukai perasaan umat Islam dengan perkataan, “Jangan mau
dibohongi pakai Al-Maidah 51” di Kepulauan Seribu, yang notabene kitab suci dan
panduan hidup umat Islam se-dunia.
Arab Saudi disanjung oleh para pemujinya karena kontribusinya dalam
hal kemanusiaan dan Islam. Namun, hal ini jarang bahkan tidak terekspos media
yang cenderung berkiblat anti-Arab dan anti-Islam. Tapi, Arab Saudi tetap jalan
terus dengan misinya demi membela rakyat Palestina, Bosnia dan lainnya. Semoga
kedekatan Arab Saudi dengan Amerika tidak menjadikan kita, terutama umat Islam
untuk bersu’udzhon, bahwa Arab Saudi adalah sempalan (antek) Amerika. Na’udzublillahi
min dzalik. Pada akhirnya, masyarakat yang akan menilai; mana yang benar
dan mana yang salah, mana yang ikhlas beramal demi kemaslahatan dunia, dan mana
yang cenderung lebay dalam memberitakan Arab Saudi sebagai sarang
terorisme dan wahabi (aliran Islam garis keras). Semua akan diperlihatkan
dengan jelas oleh Allah Al-Faruq (Sang Maha Pembeda). Amin Ya Rabbal
‘alamin.
Komentar
Posting Komentar