Jangan Tangisi Sahabatmu
Aku telah mengenalmu sedari dulu. kita seirama
selagu sejak semester satu, hingga kita berada di penghujung cerita nostalgia
kampus. Tangis dan tawa mengisi bingkai cerita kita, dan saling merangkul saat
salah satu dari kita terjerembab dalam asa, cita dan cinta.
Tangismu adalah tanda kau hidup, girangmu
adalah kebangkita jiwa, sahabat. Kini diantara kita, hanya ada kata “Selamat
Jalan”, dan kita pun saling beranjak pergi, kemanapun arah mata angin membawa
kita nantinya.
Tapi jangan takut, jangan nanar kau tatap aku.
Sebab kita pasti akan bertemu dan bersenda gurau lagi. Sebagaimana Adam dan
Hawa dipertemukan atas nama cinta.
Maka, jangan pernah kau tangisi sahabatmu itu.
Tapi, rangkul ia, yakinkan ia, bahwa ia mampu mengejar mimpi, meraih asa dan
cita serta cinta. Selama ia mau berjuang, berpeluh-peluh dan berkeringat, serta
pelupuk mata yang basah oleh karena do’a yang terucap saban hari.
Selamat jalan sahabatku, kudo’akan kau sukses
dan menginspirasi di luar sana.....
***
Jangan
pernah berharap kasih dariku
Nanti
kamu akan kecewa
Jangan
pernah berharap sayang dariku
Nanti
kamu akan menangis
Jangan
pernah berharap rindu dariku
Nanti
kamu akan gila
Jangan
pernah berharap cinta dariku
Nanti
kamu akan memaki
Biarkan
semuanya berjalan apa adanya
Aku
memang suka sikapmu
Tapi
suka belum sampai ke taraf cinta
Jangan
pernah berkhayal aku seorang pangeran
Sebab
aku hanya mahasiswa yang terlunta-lunta di perantauan
Jangan
pernah berkhayal aku gagah perkasa
Sebab
aku kurus-ceking dan mudah disapu angin
Jangan
pernah berkhayal aku berkendara kuda
Sebab
aku mahasiswa yang mengayuh pedal dan memutar roda cita-cita
Jangan
pernah konstruksi aku di pikiranmu
Sebab
kita hidup di dunia bernama: REALITA..
***
INSPIRASIKU
Tidak
ada lagi warna di setiap tulisanku
Karena
tidak ada lagi rona merah di pipimu
Yang
dapat kubayangkan biasanya
Hanya
tinta hitam yang menemani keseharianku
Seperti
hampanya kegelapan hatiku
Engkau
tahu itu
Tapi
kau biarkan saja
Dulu
aku seperti warna merah
Yang
berani, bergairah, pantang menyerah, spirit,
Pantang
mundur, tak kenal loyo, ingin terus berlari
Walau
dalam labirin cinta yang kau buat
Aku
akan tetap menemukanmu
Tapi
itu dulu,
Sekarang,
Aku
hanya kelelawar bodoh
Yang
tak bisa apa-apa di siang hari
Dan
berharap bisa menulis di malamnya
Diterangi
cahaya bulan
Tidak
lagi diterangi rona merah pipimu
Inspirasiku...
Komentar
Posting Komentar