UNTUKMU MIMPI DAN CALON ISTRIKU
Hidup memang
tak selebar daun kelor, dan hidup tak semudah kata-kata bijak, serta tak
seindah yang kubayangkan. Kupikir setelah selesai dengan pendidikan S1-ku, aku
bakal dengan mudah medapatkan pekerjaan. Setidaknya aku bisa menjadi seorang
asisten dosen, sebab selama ini aku lumayan pintar dan gigih. Kubayangkan, jika
hal itu terealisasikan tentu amat-sangat menyenangkan. Sembari mengajar, aku
akan menulis banyak artikel baik itu opini maupun puisi, yang bakal kukirimkan
ke suratkabar-suratkabar lokal atau bahkan nasional. Jika pun ada tulisanku
yang tak dimuat, maka aku masih bisa menjadikannya sebagai stok tulisan di blog
pribadiku khairullahbinmustafa.blogspot.co.id. Dan karena aku banyak menulis,
aku akan dipanggil salah satu suratkabar dan menjadi editor mereka untuk sebuah
rubrik. Tentu bagiku hal ini sangat menyenangkan.
Jadi paginya
aku mengajar, sorenya aku mengedit beberapa tulisan untuk dicetak. Disela-sela
itu aku masih bisa menghadiri beberapa seminar dan kuliah S2. Walaupun masih
menggunakan biaya dari orangtua, ya setidaknya uang jajanku lepaslah. Dan
setelah menamatkan pendidikan magisterku, baru deh aku membangun sebuah
ruko tiga pintu dari hasil uang yang kukumpulkan selama ini. Selain dari
memiliki tiga pintu sebagaimana namanya nanti “Toko Buku Tiga Pintu", dia juga
memiliki tiga tingkat. Tingkat pertama untuk orang yang ingin ngemil dan
minum kopi. Tapi keunikannya ialah kafe ini bakal didesain mirip tempat
bertukar pikirannya para wartawan, cendikia, pemikir dan sebagainya. Jadi,
sambil mencicipi kopi mereka bisa memesan sebuah buku untuk dibaca dan saling
bertukar pikiran juga. Sedangkan untuk tingkat kedua adalah toko buku. Tapi
suasana di tingkat ini lebih didesain tenang tanpa ada suara-suara berisik. Jadi
para pembaca bisa fokus dengan buku yang sedang dibacanya. Di tingkat ini, pengunjung
juga bakal dimanjakan dengan lukisan-lukisan yang sarat makna, instrumen yang bikin
rileks dan membawa kedamaian. Suasananya juga bakal lebih sejuk daripada
tingkat yang pertama. Adapun tingkat ketiga adalah tempat tinggalku bersama calon
istri dan anak-anakku nanti untuk bercengkrama, saling berbagi cerita atau
melepas penat setelah seharian bekerja.
Tapi, sampai
saat ini itu semua hanyalah mimpi. Aku sampai sekarang masih berstatus
pengangguran dengan nama kerennya Job Seeker. Alhamdulillah, hal tersebut
tidak membuatku berhenti menulis, dan masih tetap setia berkelana dengan
buku-buku sebagai teman sejati. Ya, aku tidak akan pernah berhenti, biar mampus
aku akan terus bermimpi untuk memiliki buku-bukuku sendiri, dan tak perlu membelinya
lagi. Musabab, di rakku penuh dengan buku-buku yang saling berimpitan, seerat gandengan
tanganku terhadap calon istriku.
Kupersembahkan
tulisan ini, seluruh hidupku. Sebaik yang aku mampu. Untukmu mimpiku dan calon istriku.
Terimalah doa dan ketidakputusasaanku. Amin, Ya Rabbal ‘alamin. Semoga tulisan
ini mampu menjadi cambuk inspirasi bagi para pembacanya, bahwa hidup itu harus berarti
dan bermakna bagi orang lain, dan bukan hanya berdiam dan meratapi apalagi mengutuki
diri sendiri. Sekian.
Komentar
Posting Komentar