CURHATAN HATI SEORANG GURU
Namaku Trisno, aku seorang guru SD di pelosok
desa. Sejak kecil ibu telah mempersuasifku, bahwa menjadi guru itu berart ikut
membawa perubahan bagi bangsa dan negara. Hingga jadilah aku seorang guru
honorer IPS, yang memilih profesi ini bukan semata karena uang, tapi
sebagaimana yang dikatakan ibuku, “Menjadi guru itu berarti ikut membawa
perubahan bagi bangsa dan negara lewat mencerdaskan murid-muridmu”.
Kuakui tidaklah mudah menjadi seorang guru,
apalagi di zaman student center learning ini, dimana murid diharapkan
lebih aktif ketimbang gurunya dalam hal belajar dan mengemukakan pendapat.
Namun yang sering kuhadapi sebaliknya, adalah murid-murid yang bandel, dan
sedikit bebal dalam menangkap pelajaran yang kuterangkan.
Si gempal dan si jangkung adalah dua orang
murid kesayanganku. Semangat dan kegigihan mereka dalam belajar serta sopan
santun mereka membuatku haru. Karena mereka, aku jadi menempatkan gaji sebagai
faktor terbawah, walaupun aku juga punya anak dan istri yang harus kuberi
makan. Saat itu aku mulai meyakini satu hal, bahwa kepuasan seorang guru itu
adalah saat melihat kemajuan murid-muridnya. Sungguh, merupakan hal indah yang
tak ternilai harganya.
Kini muridku telah merantau ke Kota Surabaya,
melanjutkan pendidikan sekaligus membantu perekonomian keluarga mereka
masing-masing. Si gempal membantu ibunya berdagang baju, dan si jangkung mulai
hobi beternak ayam. Aku jadi rindu pada mereka berdua. Walaupun kini mereka
telah lulus sekolah, bagiku tak ada istilah mantan murid. Mereka tetaplah
anak-anak didikku. Biar raga mereka hilang, namun hati guru-murid senantiasa
terpaut satu dengan yang lain.
Sekarang aku sudah semakin tua dan memilih
tidak mengajar lagi. Pekerjaanku kini duduk di beranda rumah, dan mengenang
kisah-kisah dulu. saat aku memegang kapur dan menuliskan soal-soal di papan
hitam, atau saat mendiktekan kepada muridku suatu catatan penting dengan
sesekali tersenyum melihat tingkah lucu dan mata berbinar kalian, yang masih
polos dalam memandang dunia. Aku rindu kalian, anak-anakku.
Jika sempat disela-sela kesibukanmu mengejar
mimpi, asa dan cita-cita mampirlah ke rumah. Bapak akan memberitahu sesuatu
yang belum kalian ketahui, bahwa menjadi guru itu tidaklah mudah; ia dituntut
untuk adil mengalirkan ilmunya kepada siapapun, termasuk kepada muridnya yang
paling bebal sekalipun. Ia harus bersabar atas kejengkelan akan tingkah nakal
murid-murid yang berkecamuk di dada dan benaknya, tapi ia tetap diharuskan
sabar. Ia juga harus tetap melaju di atas jalanan berlumpur, atau menyebrangi
sungai berbatu licin, atau tanpa alas kaki melalui jalanan setapak yang penuh
onak duri demi tetap bisa mengajar murid-muridnya, yang telah menunggu dengan
wajah ceria di gerbang sekolah. Bahkan, seorang guru harus tetap tersenyum dan mengajar
dengan ikhlas mengajar ditengah carut-marut ekonomi mereka yang tak menentu. Dan
hal yang paling sulit dari semua ini adalah ketika engkau telah lulus, ia harus
rela melepaskanmu pergi, walau kenangan belajar-mengajar telah begitu indah terajut.
Oleh karena itu, gempal dan jangkung, hormatilah guru-gurumu dimanapun kalian berada.
Salam kangen bapak buat kalian berdua J
Komentar
Posting Komentar